Hj Sutiyas Handayani
Menjadi istri seorang pejabat pemerintah, tentu harus legowo menerima konsekuensi yang ada. Salah satunya harus banyak bersabar dan harus menjadi istri yang mandiri.
egitulah yang dilakukan Hj Sutiyas Handayani, istri dari Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho.
Meski demikian, mantan anggota DPRD Deli Serdang Periode 2004-2009 ini tidak merasa terbebani dengan statusnya sebagai istri orang nomor satu di Sumut ini. Bahkan ibu dari 5 orang putri ini mengaku tak berbeda dan berlebihan menjalani hidupnya meski menjadi istri Plt Gubsu.
Sutiyas bercerita, sejak awal pernikahannya, ia sudah sering ditinggal suami yang saat itu masih berprofesi sebagai pendakwah. Bahkan saat melahirkan buah hatinya yang pertama, wanita tamatan D3 ini tidak ditemani suami karena sedang keluar kota.
“Untungnya saya sudah terbiasa mandiri. Waktu remaja dulu saya ngekos dan tinggal jauh dari orangtua karena saya kuliah. Dengan mandiri saya tidak selalu tergantung segala hal kepada suami,” ujarnya.
Selain menanamkan sifat mandiri, kata dia, sebagai istri Plt Gubsu ia juga harus bisa membaca situasi sikologis suaminya yang memiliki banyak kegiatan sehingga menyita waktu dan pikiran.
“Kalau sudah melihat bapak banyak pikiran, saya biasanya menyelesaikan sendiri sebuah masalah. Nah, bila suasana sudah tenang, maka saya akan membicarakan sama bapak,” ujarnya.
Baginya, semua masalah harus dibicarakan dengan suami, bukan disembunyikan. Sebab, masalah akan lebih mudah diselesaikan bila menggunakan dua kepala dibandingkan satu kepala. Artinya harus dipecahkan secara bersama-sama.
Menurutnya, membaca situasi dan keadaan suami ini juga dapat membuat suami merasa nyaman. Ia juga mendukung semua keputusan yang diberikan suami. Karena itu, salah satu usaha yang dilakukannya tidak meributkan segala hal, baik dalam rumah tangga maupun pemberitaan di media.
“Istri itu harus bisa bersikap dewasa, bila perlu lebih dewasa dari suami. Kalau ada pemberitaan tentang suami, saya pelajari dulu, baru setelah agak tenang saya tanyakan sama suami. Tetapi pada dasarnya, saya mengenal pribadi suami sehingga saya lebih percaya dengan suami saya,” kata wanita kelahiran Medan 22 Mei 1964 silam ini.
Sebagai ibu rumah tangga yang memiliki peran penting di keluarganya, Sutiyas juga selalu menanamkan sikap demokratis dalam keluarganya. Hal ini untuk memudahkan anggota keluarganya mengungkapkan pendapatnya. “Demokratis juga bisa mengajarkan kita mengenal permasalahan dan membuat kita lebih berani dalam bersikap,” kata dia.
Sutiyas juga bilang, ia bersama suami juga membangun keluarga berlandaskan agama. Makanya, ia tak canggung menghadapi rekan-rekannya di PKK Pemprovsu. “Saya bernaung di PKS, dan di PKS saya diberikan pelajaran tentang segala hal dalam aspek agama. Ini memudahkan saya untuk bersikap dan banyak mendapatkan wawasan agama,” bilang ibunda dari Affifah Radhiatullah, Fauziah Diniy Hanif, Rumaisho’ Haniy Muthiah, Maryam Balqis Salimah dan Aisyah Nailah Robbaniy ini.
Nah, meski menjadi istri Plt Gubsu, hal itu tiak membuatnya tinggi hati. Makanya Sutiyas juga selalu menerapkan kesederhanaan, termasuk dalam penampilannya sehari-hari. Bahkan dirinya tidak pernah menggangap ada perubahan pada dirinya, dirinya tidak merasa harus terkenal dan dikenal oleh orang lain. “Kalau tidak dikenal ya sudah, saya tidak mau merusak mood saya karena orang lain, yang penting saya tidak bersikap berlebihan,” ujarnya.
Tidak terlalu famous membuat dirinya juga lebih tenang dalam menjalani kesehariannya. Bahkan Sutiyas dan anak-anaknya pernah jalan ke pusat pembelanjaan, walau ada yang negur tetapi tidak semua orang yang mengenalnya. “Jadi lebih enak jalannya karena saya tidak mau terbebani dengan status saya,” ujarnya.
Tidak terbebani, bukan berarti Sutiyas tidak menjaga penampilan. Malah sebaliknya, sebagai seorang ibu dan istri , dirinya merasa bertanggung jawab dengan penampilannya. (juli)
“Mendukung suami salah satunya adalah menjaga image, walau keseharian saya selalu berpenampilan sederhana. Tapi pada moment tertentu saya tampil dengan sedikit riasan. Penampilan sebagai penunjang yang penting,” pungkasnya. (juli ramadhani rambe)