Sampah, bisa bernilai jika pandai mengelolanya. Seperti yang dilakukan ibu yang satu ini. Ainun Saniah menciptakan souvenir yang kreatif dari daur ulang sampah menjadi barang produktif dan bernilai ekonomis. Dengan kreatifitas dari daur ulang tersebut wanita berusia 55 tahun ini akhirnya bisa menabung buat ongkos naik haji.
“Awalnya saya pada tahun 2007 itu membuat pupuk kompos. Karena melihat banyaknya sampah disekitar saya. Nah akhirnya saya mengajak ibu-ibu di lingkungan saya. Dan masuk tahun 2008 akhirnya saya mencoba membuat karya souvenir dari daur ulang seperti koran bekas, kain goni dan mulai menekuninya. Akhirnya terbentuklah ‘Beng kel Kreasi Daur Ulang Family’ ini,” katanya saat dijumpai wartawan Sumut Pos dalam Pameran UMKM Nasional 2013 Medan City Ekspo 24-27 April di Lapangan Merdeka Medan. Dengan tujuan membangun ekonomi berbasis sampah ini, Ainun yang sebelumnya merupakan binaan BI (Bank Indonesia) ini saat ini sudah mampu mandiri dan bergerak sendiri.
“Ada satu tahun lamanya saya menjadi binaan BI dimana saat itu mereka memberi saya kompresor dan bahan dari cacahan uang yang sudah rusak. Itulah saya kreasikan dengan berbagai bentuk, seperti tempat sampah, boneka kecil dan lainnya. Namun, alhamdulillah saya sudah bergerak sendiri dan hasilnya sudah bisa ongkos haji,” ujarnya tersenyum. Dikatakannya awalnya dirinya hanya mencoba-coba untuk membuat daur ulang berbahan koran tersebut.
Karena dilihat tetangga dan tertarik akhirnya dibeli tetangga dengan harga modal saja. Dari situlah akhirnya banyak tetangga yang tertarik membeli hasil kreasinya, padahan bahan dasarnya hanya koran, plastik atau botol-botol air mineral dan kulit jagung serta pelepah kulit pisang.
“Kalau berbahan koran bisa menjadi keranjang, tempat sampah dan toples. Kalau bros dari kulit jagung dan pelepah pisang, sementara kain goni bisa menjadi alas meja, bungkus air galon dan alas kulkas. Dan setiap satu ming gu sekali ada pesanan souvenir untuk pernikahan,” ucapnya.
Wanita kelahiran tanggal 5 November 1957 ini mengatakan memang belum memiliki galeri tersendiri. Barang-barang buatannya di letakkan di dalam rumahnya yang beralamat Jalan Riau Timur No.71, Belawan. “Di depan rumah itu saya banyak menanami tanaman organic dari pupuk kompos yang saya buat. Dan potnya itu tetap berbahan dasar sampah, tetap saya manfaatkan ya, seperti sachet minyak goreng yang saya guntung atasnya dan isi tanah kompos,”tuturnya. (mag-12)
Sampah, bisa bernilai jika pandai mengelolanya. Seperti yang dilakukan ibu yang satu ini. Ainun Saniah menciptakan souvenir yang kreatif dari daur ulang sampah menjadi barang produktif dan bernilai ekonomis. Dengan kreatifitas dari daur ulang tersebut wanita berusia 55 tahun ini akhirnya bisa menabung buat ongkos naik haji.
“Awalnya saya pada tahun 2007 itu membuat pupuk kompos. Karena melihat banyaknya sampah disekitar saya. Nah akhirnya saya mengajak ibu-ibu di lingkungan saya. Dan masuk tahun 2008 akhirnya saya mencoba membuat karya souvenir dari daur ulang seperti koran bekas, kain goni dan mulai menekuninya. Akhirnya terbentuklah ‘Beng kel Kreasi Daur Ulang Family’ ini,” katanya saat dijumpai wartawan Sumut Pos dalam Pameran UMKM Nasional 2013 Medan City Ekspo 24-27 April di Lapangan Merdeka Medan. Dengan tujuan membangun ekonomi berbasis sampah ini, Ainun yang sebelumnya merupakan binaan BI (Bank Indonesia) ini saat ini sudah mampu mandiri dan bergerak sendiri.
“Ada satu tahun lamanya saya menjadi binaan BI dimana saat itu mereka memberi saya kompresor dan bahan dari cacahan uang yang sudah rusak. Itulah saya kreasikan dengan berbagai bentuk, seperti tempat sampah, boneka kecil dan lainnya. Namun, alhamdulillah saya sudah bergerak sendiri dan hasilnya sudah bisa ongkos haji,” ujarnya tersenyum. Dikatakannya awalnya dirinya hanya mencoba-coba untuk membuat daur ulang berbahan koran tersebut.
Karena dilihat tetangga dan tertarik akhirnya dibeli tetangga dengan harga modal saja. Dari situlah akhirnya banyak tetangga yang tertarik membeli hasil kreasinya, padahan bahan dasarnya hanya koran, plastik atau botol-botol air mineral dan kulit jagung serta pelepah kulit pisang.
“Kalau berbahan koran bisa menjadi keranjang, tempat sampah dan toples. Kalau bros dari kulit jagung dan pelepah pisang, sementara kain goni bisa menjadi alas meja, bungkus air galon dan alas kulkas. Dan setiap satu ming gu sekali ada pesanan souvenir untuk pernikahan,” ucapnya.
Wanita kelahiran tanggal 5 November 1957 ini mengatakan memang belum memiliki galeri tersendiri. Barang-barang buatannya di letakkan di dalam rumahnya yang beralamat Jalan Riau Timur No.71, Belawan. “Di depan rumah itu saya banyak menanami tanaman organic dari pupuk kompos yang saya buat. Dan potnya itu tetap berbahan dasar sampah, tetap saya manfaatkan ya, seperti sachet minyak goreng yang saya guntung atasnya dan isi tanah kompos,”tuturnya. (mag-12)