Site icon SumutPos

”Uang Rp1 Triliun Tak Bisa Gantikan Anak Saya”

F : Gatha Ginting/PM Mobil Mercy BK 1 NC milik Hagania Sinukaban, putri ketua Komisi A DPDRD Sumut menabrak seorang supir taxi hingga tewas di Jl Gatot Subroto, Medan.
F : Gatha Ginting/PM
Mobil Mercy BK 1 NC milik Hagania Sinukaban, putri ketua Komisi A DPDRD Sumut menabrak seorang supir taxi hingga tewas di Jl Gatot Subroto, Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Duka mendalam menimpa keluarga Sumarja (38). Ya, kematian warga Jl. Klambir V Pasar III Gang Antara, Desa Kelambir V Dusun XXI, Kec. Hamparan Perak, Deliserdang itu membuat syok keluarga dan kerabatnya. Rumah dengan luas kurang lebih 100 meter persegi ini masih memasang tenda berkabung.

Saat disambangi ke rumahnya, Rabu (30/4) sore, terlihat jelas mimik wajah dan suasana duka menyelimuti orang-orang di sana. Ibu korban, Suryati (64) yang diwawancarai masih tampak terpukul atas insiden yang menewaskan anaknya itu.

“Uang Rp1 triliun pun nggak bisa gantikan nyawa anak saya. Andai dia (Sumarja) bisa hidup, saya pilih dia hidup kembali. Karena, dia itu tulang punggung keluarga. Dia yang membantu saya dan adik-adiknya,” tutur wanita paruh baya ini dengan mata yang berkaca-kaca.

Untuk itu, kata Suryati, ia berharap kepada keluarga pelaku untuk bertanggung jawab penuh sampai anak Sumarja, Jibril (6), menanggung biaya pendidikannya. “Siapa yang mau membiayai sekolahnya kalau begini. Ibunya (Nova, ibu Jibril) masih syok. Keluarga kami pas-pasan. Jadi, kami harap mereka tidak hanya janji saja tetapi menepati,” sebutnya.

Nanda (37), adik kandung Sumarja menuturkan, abangnya itu merupakan anak pertama dari 7 bersaudara dan tulang punggung keluarga. Pekerjaannya sebagai supir taksi Exspress. “Dia (Sumarja) punya anak satu, Jibril namanya dan baru berusia 6 tahun. Kalau istrinya Nova dan sekarang di dalam kamar masih syok,” ujar Nanda.

Ia menyebut, sejauh ini pihak keluarga pelaku telah memberikan bantuan. Mulai dari pemakaman, biaya rumah sakit dan lainnya. “Terakhir mereka memberikan uang Rp11,5 juta untuk biaya pemakaman dan nantinya akan berlanjut lagi,” sebutnya.

Keluarga pelaku, lanjut Nanda, terus menghubungi dan menanyakan kabar istri Sumarja. Bahkan, mereka menawarkan untuk dirawat di rumah sakit bila kondisinya sudah tidak memungkinkan. “Tetapi, kami tidak mau karena memang kondisinya masih bisa ditangani keluarga dan tidak sakit parah,” ucapnya.

Bahkan saat kembali ditemui Kamis (1/5) malam, keluarga korban juga mengaku belum ada menerima kesepakatan damai, termasuk pembiayaan terhadap anak almarhum Sumarja (38) yang masih berusia 5 tahun. Hal tersebut lantaran saat ini pihak keluarga korban masih berduka dan belum menerima keluarga pelaku untuk membicarakan hal tersebut.

“Masih berduka bang. Dan belum ada membicarakan itu, lagian kakak itu (istri korban) belum tentu mau langsung membicarakannya,” ujar Ridwan (27) yang merupakan adik korban. Akan tetapi, meskipun belum ada pembicaran tersebut. Pihak dari keluarga pelaku sudah menghubungi mereka dan mengatakan bahwa mereka siap bertanggungjawab.”Keluarga pelaku memang udah menghubungi lagi tadi pagi. Dan mengatakan kapan ada waktu kami membicakannya. Tapi kami jawab masih berdua. Dan memberi waktu sama kami,” tambah anak ke enam dari tujuh bersaudara tersebut.

Saat ditanya kapan kira-kira mereka menerima kedatangan keluarga pelaku, dia menjawab dalam minggu ini. “Mungkin bisa hari Sabtu atau Minggu bang. Karena masih baru kan,” tambahnya lagi.

Belum adanya perdamaian ini juga diakui Kanit Laka Polresta Medan, AKP Gandi D Yudianto. Meski begitu, namun Gandi bilang keluarga korban atas nama Jefri Yolanda (29), warga Jl. Markisa, Gang Boni Binjai Barat dan keluarga tersangka memang sudah datang, namun hanya sebatas kordinasi saja.

“Tadi datang, tapi tidak ada memberikan surat perdamaian, hanya sebatas kordinasi saja. Kan belum damai,” terangnya. Lanjutnya, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan BAP agar segera dikirim ke jaksa. Namun mereka tinggal menunggu surat visum kematian korban dari RS Adven Medan.

“Sudah kami minta ke sana. Namun sudah tiga hari belum diberikan kepada kami. Memang itu domain mereka, tapi, meskipun begitu, besok atau Senin (5/5) mendatang akan kami kirim SPDP ke kejaksaan, kalau ada yang kurang akan kami lengkapi,” ujarnya.

Menurutnya, apapun yang dilakukan keluarga korban adalah usaha mereka, dan mereka telah memproses tersangka sesuai prosedur hukum. “Sudah kita periksa 1×24 jam dan sudah kita tetapkan tersangka dan ditahan. Selama 20 hari kedepan, dia akan berada di sel wanita,”ucap perwira tiga balok emas di pundaknya itu.

 

HAGANIA BARU MAU MAKAN

Tiga hari mendekam di tahanan wanita Polresta Medan, kondisi psikologis Hagania br Sinukaban alias Nia (23), tersangka tabrakan maut yang menewaskan sopir taksi, Senin (28/4) lalu, berangsur membaik. Bahkan, saat dikunjungi keluarganya, Kamis (1/5) siang, anak Ketua Komisi A DPRD-SU, Layari Sunikaban itu sudah tampak tegar dan ikhlas menerima hukumannya. Gadis berparas manis itu juga sudah mau makan dan ganti baju. Hal ini diakui Anna br Kaban, kakak kandung Nia saat ditemui kru koran ini di Polresta Medan.

“Tadi kami sudah menjenguknya (Nia) sebentar dan memberikan nasihat kepadanya agar bersabar. Kami juga mengatakan agar dia tetap makan dan minum agar sanggup menjalankan hukuman,” paparnya.

Langkah apa yang akan mereka tempuh selanjutnya? Anna mengaku sejauh ini keluarga besarnya masih terus berupaya mengajukan perdamaian pada keluarga para korban. “Masih kami usahakan untuk melakukan perdamaian dengan korban. Tadi kami sudah komunikasi dengan salah satu keluarga korban di kantor polisi dan mudah-mudahan mereka mau menerima permintaan maaf dari kamu,” ujarnya.

Dikatakan Anna, pasca kejadian adiknya memang sempat trauma berat. Karena itulah, Nia sempat mogok bicara dan makan. “Tapi tadi kondisinya sudah membaik. Dia sudah mulai mau bicara dan mau mengganti bajunya. Kemarin dia susah kali makan dan masih memakai baju yang lama, sekarang sudah mau makan tapi sedikit dan sudah mau ganti baju. Kami hanya berharap agar kasus ini cepat selesai,” harapnya.

Ditanya apakah Nia punya teman dekat selama ini (kekasih)? Anna mengaku adiknya masih single. “Tidak cowok-cowok, dia masih sendiri. Sudahla, biarla kasus ini tuntas dulu,” pungkasnya sembari berlalu. Sementara itu, saat hendak ditemui kru koran ini, Nia belum bersedia diwawancarai.

Dia memilih menyendiri di ujung kamar tahanan berukuran sekitar 15×8 meter yang dihuni sekitar 20 tahanan wanita dari kasus berbeda, seperti judi dan penipuan itu. Salah seorang petugas jaga yang ditemui kru koran ini mengakui tersangka baru saja dijenguk keluarganya. “Tadi memang datang kakaknya dan langsung pulang. Semalam tersangka kami dengar dari tahanan lainnya tidak mau makan dan hanya diam saja meskipun ditanya-tanya tahanan wanita lainnya terkait kasusnya,” beber pria berpangkat Bripka itu. (gib/tun/deo)

Exit mobile version