25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Siswa SUPM Banda Aceh Asal Medan Dibunuh, Sebelum Tewas, Raihan Ngaku Dianiaya

PEMAKAMAN:
Jenazah Raihan Asyahri dimakamkan pihak keluarga tidak jauh dari rumah duka, Minggu (3/3).

SUMUTPOS.CO – Jenazah Raihan Alsyahri (16), siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ledong, Banda Aceh tiba di rumah duka, Minggu (3/3) sekira pukul 10.00 WIB.

SUASANA rumah di Jalan RPH, Gang Sastro, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli sangat berduka. Isak tangis keluarga dan sanak saudara mengiringi pengangkatan peti jenazah dari ambulance ke rumah duka.

Tanpa menunggu lama, proses persemayaman anak pasangan Sofyan dan Reni Rahayu segera diberangkatkan ke taman pemakaman umum (TPU) Mabar.

Di sela-sela duka, Sofyan menceritakan misteri kematian anak kandungnya. Di bagian wajah korban ditemukan tanda kekerasan dengan luka lembam. Ia tak menyangka, Raihan yang baru duduk di semester I tingkat pertama tewas dengan kondisi tidak wajar.

“Anak saya ini meninggal dibunuh. Kami mau pelakunya ditangkap dan dihukum seberatnya. Jangan jadikan nyawa anak kami tidak ada harganya,” ungkapnya dengan nada sedih.

Sambil menunjukkan foto semasa hidup anaknya dari handphone, Sofyan mengisahkan kematian Raihan yang ditemukan terkapar tidak bernyawa di bukit belakang sekolah yang berjarak sekitar 300 meter.

Selasa (26/2) malam, Raihan sempat cerita dengan ibunya melalui massanger facebook. Dalam percakapan itu, Rihan mengaku mereka (siswa dari Medan) sedang bermasalah semua.

“Masalah itu sudah sampai ke Jakarta. Istri saya heran malam itu, kenapa si Raihan ngomong gitu,” tutur Sofyan.

“Ketikata ditanya masalah apa, si Raihan cuma bilang dia (Raihan) dipukuli pun diam saja. Istri saya pun tertidur, tidak melanjutkan percakapan itu. Besoknya kami hubungi handphone Raihan tidak bisa dihubungi lagi,” bebernya.

Cemas, Sofyan bersama istrinya menelpon pihak sekolah. Ternyata, sejak Rabu (27/2) hingga Kamis (28/2) Raihan tidak ada berada di asrama sekolah. Hingga akhirnya, Jumat (1/3) Raihan ditemukan tidak bernyawa di bukti belakang sekolah.

“Setelah kami dapat kabar anak kami itu meninggal, kami pun berangkat ke Banda Aceh. Kami mendengar cerita dari teman – temannya, si Raihan punya utang dengan seniornya. Katanya si Raihan dipukuli dan handphonenya diambil sama seniornya,” bebernya tak kuasa menahan sedih.

Selama proses otopsi di rumah sakit, mereka marasa curiga dengan pihak sekolah menutupi kematian Raihan.

Bahkan, kepolisian diduga tidak serius untuk mengungkap misteri kematian anak kedua dari lima bersaudara tersebut.

“Yang jelas, sampai saat ini orang yang dicurigai itu tidak berada di sekolah. Tapi, polisi belum menentukan pelakunya, kami ingin kasus ini segera diungkap. Kami tidak mau nyawa anak kami tidak ada harganya,” ketus pria berusia 42 tahun ini.

Mengenang anaknya, Sofyan mengaku selama ini Raihan punya kepribadian baik. Bahkan, berangkat sekolah ke Banda Aceh karena keinginnya sendiri dengan mengikuti ujian secara online.

“Anak saya ini memang punya kemauan tinggi. Dia pernah bilang, berangkat ke Banda Aceh ingin merubah nasib keluarga. Tapi, itu semua tinggal kenangan. Kami hanya ingin pelakunya segera ditangkap,” tandas Sofyan.

Sebelumnya, Raihan Alsyahri ditemukan sudah tidak bernyawa di pegunungan komplek SUPM Negeri Ladong. Tepatnya di Gampong Rayung, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Jumat (1/3) lalu. Saat ini, petugas Reskrim Polsek Krueng Raya tengah melakukan penyelidikan.(fac/ala)

PEMAKAMAN:
Jenazah Raihan Asyahri dimakamkan pihak keluarga tidak jauh dari rumah duka, Minggu (3/3).

SUMUTPOS.CO – Jenazah Raihan Alsyahri (16), siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ledong, Banda Aceh tiba di rumah duka, Minggu (3/3) sekira pukul 10.00 WIB.

SUASANA rumah di Jalan RPH, Gang Sastro, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli sangat berduka. Isak tangis keluarga dan sanak saudara mengiringi pengangkatan peti jenazah dari ambulance ke rumah duka.

Tanpa menunggu lama, proses persemayaman anak pasangan Sofyan dan Reni Rahayu segera diberangkatkan ke taman pemakaman umum (TPU) Mabar.

Di sela-sela duka, Sofyan menceritakan misteri kematian anak kandungnya. Di bagian wajah korban ditemukan tanda kekerasan dengan luka lembam. Ia tak menyangka, Raihan yang baru duduk di semester I tingkat pertama tewas dengan kondisi tidak wajar.

“Anak saya ini meninggal dibunuh. Kami mau pelakunya ditangkap dan dihukum seberatnya. Jangan jadikan nyawa anak kami tidak ada harganya,” ungkapnya dengan nada sedih.

Sambil menunjukkan foto semasa hidup anaknya dari handphone, Sofyan mengisahkan kematian Raihan yang ditemukan terkapar tidak bernyawa di bukit belakang sekolah yang berjarak sekitar 300 meter.

Selasa (26/2) malam, Raihan sempat cerita dengan ibunya melalui massanger facebook. Dalam percakapan itu, Rihan mengaku mereka (siswa dari Medan) sedang bermasalah semua.

“Masalah itu sudah sampai ke Jakarta. Istri saya heran malam itu, kenapa si Raihan ngomong gitu,” tutur Sofyan.

“Ketikata ditanya masalah apa, si Raihan cuma bilang dia (Raihan) dipukuli pun diam saja. Istri saya pun tertidur, tidak melanjutkan percakapan itu. Besoknya kami hubungi handphone Raihan tidak bisa dihubungi lagi,” bebernya.

Cemas, Sofyan bersama istrinya menelpon pihak sekolah. Ternyata, sejak Rabu (27/2) hingga Kamis (28/2) Raihan tidak ada berada di asrama sekolah. Hingga akhirnya, Jumat (1/3) Raihan ditemukan tidak bernyawa di bukti belakang sekolah.

“Setelah kami dapat kabar anak kami itu meninggal, kami pun berangkat ke Banda Aceh. Kami mendengar cerita dari teman – temannya, si Raihan punya utang dengan seniornya. Katanya si Raihan dipukuli dan handphonenya diambil sama seniornya,” bebernya tak kuasa menahan sedih.

Selama proses otopsi di rumah sakit, mereka marasa curiga dengan pihak sekolah menutupi kematian Raihan.

Bahkan, kepolisian diduga tidak serius untuk mengungkap misteri kematian anak kedua dari lima bersaudara tersebut.

“Yang jelas, sampai saat ini orang yang dicurigai itu tidak berada di sekolah. Tapi, polisi belum menentukan pelakunya, kami ingin kasus ini segera diungkap. Kami tidak mau nyawa anak kami tidak ada harganya,” ketus pria berusia 42 tahun ini.

Mengenang anaknya, Sofyan mengaku selama ini Raihan punya kepribadian baik. Bahkan, berangkat sekolah ke Banda Aceh karena keinginnya sendiri dengan mengikuti ujian secara online.

“Anak saya ini memang punya kemauan tinggi. Dia pernah bilang, berangkat ke Banda Aceh ingin merubah nasib keluarga. Tapi, itu semua tinggal kenangan. Kami hanya ingin pelakunya segera ditangkap,” tandas Sofyan.

Sebelumnya, Raihan Alsyahri ditemukan sudah tidak bernyawa di pegunungan komplek SUPM Negeri Ladong. Tepatnya di Gampong Rayung, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Jumat (1/3) lalu. Saat ini, petugas Reskrim Polsek Krueng Raya tengah melakukan penyelidikan.(fac/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/