Site icon SumutPos

Kriminolog: Aksi Tembak Mati Sulitkan Pengungkapan Sindikat

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Mabes Polri dibantu dengan aparat Polda Sumut berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba jaringan international jalur laut, dan mengamankan 4 orang tersangka bersama barang bukti 48kg sabu-sabu dan 70.000 butir pil ekstasi. Polisi memaparkan penangkapan tersangka kepada media di Mako Brimob Jalan Wahyid Hasyim Medan, Senin (6/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Usai Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat menangkapi jaringan peredaran narkoba internasional Malaysia-Aceh-Medan, giliran polisi unjuk gigi. Kali ini, tim khusus (Timsus) Narcotic International Center (NIC) Direktorat Narkoba Bareskrim Polri menggagalkan penyelundupan 41 kilogram sabu dan 70 ribu pil ekstasi asal Malaysia yang hendak masuk ke Sumut. Dalam aksinya, lagi-lagi bandar narkoba tewas diterjang peluru.

Tim kepolisian dan BNN kian sering mengobral peluru untuk menangkap bandar narkotika di Sumut. Sepanjang 2017, ada empat orang tewas diterjang timah panas di Kota Medan dan Deliserdang. Dari keempat orang yang tewas itu, polisi menembak satu orang, sedangkan BNN menembak mati tiga orang.  Dari empat kali aksi penangkapan sepanjang 2017, Polisi dan BNN Pusat berhasil mengamankan sekitar 100 Kg sabu-sabu, dan menyita puluhan ribu pil ekstasi.

Dalam pengungkapan kasus tersebut, hasil yang didapatkan kian fantastis. Namun, dalam aksinya ada kesan Polisi dan BNN saling gagah-gagahan dalam memburu bandar narkoba di Sumut. Alhasil, peluru semakin diobral untuk mematikan para bandar narkoba.

Melihat kondisi aparat yang kian mengumbar peluru di Medan, Kriminolog asal Sumut, Redianto Sidi mengatakan, secara aturan tidak diharamkan kedua lembaga ini untuk beraksi mengungkap dan memberantas sindikat pengedar barang haram ini, keduanya diberi wewenang yang sama dalam mengungkap jaringan narkoba.

“Pada prinsipnya Polisi dan BNN dua lembaga memiliki kewenangan yang untuk memberantas narkoba dan secara prinsip tidak ada persoalan,” katanya.

Dia melihat sepertinya saat ini Polisi dan BNN tidak lagi ada sinergi, bahkan seakan tumpang tindih atau dalam tanda kutip berebut lahan. “Ini sangat disayangkan,” kata Redianto Sidi, kepada Sumut Pos, Senin (6/3).

Dia menyatakan, selayaknya dalam setiap pengungkapan sindikat narkoba jaringan internasional di Sumut, alangkah baiknya bila dua lembaga ini bersinergi. “Saya pikir dengan bekerja sama semua bandar narkoba jadi takut, tapi dengan begini saya pikir bandar malah ketawa karena sepertinya dua lembaga ini sedang berebut lahan,” sebutnya.

Menurut Redianto, aksi tembak mati bandar narkoba sangat disayangkan. Tentunya, bandar narkoba yang masih hidup akan memudahkan pengungkapan sindikat bisnis narkoba yang lebih besar lagi.

“Kita sangat menyayangkan dan kecewa dengan ditembak matinya salahsatu pelaku, karena sebenarnya mengungkap peristiwa itu dari sana untuk dikembangkan,” katanya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan, begitu banyaknya narkoba masuk ke Sumut dengan jumlah yang begitu besar menjadi pertanyaan serius, kenapa Poldasu dan jajarannya yakni Polres Langkat dan Binjai bisa melewatkan itu begitu saja.

“Ini sekilas pertanyaan dari masyarakat, selama ini petugas penegak hukum di Sumut yang mengawasi kemana, kok bisa segitu banyaknya masuk ke daerah kita. Nah ini kan harus dijawab. Kalau ternyata ada indikasi permainan oknum penegak hukum, saya pikir harus ditindak tegas dan berat. Itu pertanyaan yang saat ini beredar di masyarakat,” katanya.

Masuknya narkoba ke Sumut tanpa diketahui oleh Poldasu maupun BNNP Sumut seakan pencuri yang masuk ke rumah tanpa pengetahuan petugas jaga malam.  “Logikanya kan begitu, ke mana petugas yang tugasnya melakukan pengawasan dan pencegahan. Nah, kalau seandainya petugas sudah bekerja tapi tidak tertangkap berarti kan lebih hebat banditnya, bisa mereka mengelabui orang yang sudah berpengalaman dalam penegakan hukum. Secara umum kepolisian (Poldasu,red) sudah kalah dalam melakukan antisipasi atau ada pembiaran,” pungkas Redianto. (mag-01/ril)

Exit mobile version