Site icon SumutPos

Si Putri Sulung Sempat Ngomong Ingin Jalan-jalan ke Surga

Foto: Polisi
Jenazah Yani, dan kedua anaknya Naya serta Gilang Raksono, dibunuh di tempat tidur, di Mabar, Medan Deli.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Suasana duka menyelimuti pemakaman pembunuhan sekeluarga di Jalan Mangaan, Lingkungan 11, Kelurahan Mabar, Medan Deli, Senin (10/4). Ratusan warga dari segala penjuru memadati rumah duka, isak tangis terpancar dari keluarga, sanak saudara dan masyarakat yang ikut merasakan kesedihan.

Berbagai ucapan duka dalam bentuk papan bunga terpampang di sepanjang jalan lokasi tempat persemayaman, Iriyanto alias Anto (40), istrinya Yani (35), dan kedua anaknya Naya (14), dan Gilang Raksono (10) serta mertuanya, Sumarni (60).

Di sela – sela proses pemakaman berlangsung, Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution beserta jajaran dari Pemko Medan dan anggota DPRD Medan, Mulia Asri Rambe Sabar Syamsurya Sitepu, serta Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Yemi Mandagi turut hadir menyaksikan proses pemakaman.  Proses pemakaman dengan iringan isak tangis tak dapat dibendung dari kalangan keluarga maupun masyarakat, pengurus fardhu kifayah mempersiapkan prosesi Shalat kepada kelima jenazah di halaman rumah orang tua Iriyanto.

Masuk waktu Zuhur, kelima jenazah di letakkan secara sejajar dengan tenda teratak yang telah bediri. H Ilyas Ali menjabat sebagai Kabag Agama di Pemko Medan menjadi imam salat kelima jenazah. Prosesi pemakaman pun berlangsung dengan suasana histeris dari yang berduka.

Kelima jenazah dinaikkan ke dalam ambulan diberangkatkan ke pemakamanan umum di Jalan Kawat 7, Gang Wakaf, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, dengan pengawalan polisi dari Polres Pelabuhan Belawan. Dengan dipadati ratusan para pelayat mengiringi pemakaman, satu persatu jenazah dikeluarkan dari ambulan. Masing-masing jenazah dikuburkan secara terpisah.

Jenazah Iriyanto dan istrinya Yani serta mertuanya Marni, dikebumikan di liang yang berbeda, sedangkan kedua anaknya, Naya dan Gilang Raksono dikebumikan satu liang dengan empat liang secara berjajar. Setelah prosesi pemakaman berlangsung, Wakil Walikota Medan, Akhyar Nasution mengatakan, pembunuhan sekeluarga yang menimpa keluarga tergolong kejam.

“Pelaku ini sangat biadab dengan tega menghabisi satu keluarga. Untuk itu, kita harapkan kepada polisi untuk dapat mengungkap pelakunya,” kata Akhyar di rumah duka.

Dijelaskan orang nomor dua di Pemko Medan ini, pihaknya sebagai pejabat Pemko Medan berjanji akan memberikan perhatian terhadap Kinara yang selamat dan masih menjalani perawatan di rumah sakit. “Untuk biaya kesehatan Kinara akan ditanggung Pemko Medan, kita sudah cek kondisi korban melalui Dinas Kesehatan yang kini masih dirawat,” ungkap Akhyar.

Foto: Polisi
Jenazah Iriyanto dan mertuanya, di rumah mereka di Mabar Medan. Pembunuhnya diduga masih keluarga.

Disinggung mengenai nasib pendidikannya, apakah akan ditanggung pemerintah, Akhyar mengaku, pihaknya akan berupaya memberikan bantuan demi masa depan anak yang selamat. “Untuk masa depan si anak, kita akan lakukan kordinasi dengan pihak ahli waris, jadi kita masih menunggu perundingan dari ahli waris mengenai nasib anak ini,” sebut Akhyar.

Sementara, teman-teman sekolah Naya, anak sulung korban, tampak mengikuti prosesi pemakaman. Sejumlah siswa dan guru dari SMP Amal Bakti itu tak sanggup menahan air mata mereka. Ternyata, sebelum pembunuhan tragis itu terjadi, sudah ada tanda buruk dari ucapan Naya kepada teman sekolahnya.

Menurut teman-temannya, Naya pernah bercerita kalau dia ingin pergi ke lokasi refresing. Tapi dari cerita Naya itu ada yang aneh. Anak sulung dari tiga bersaudara ini mengaku ingin pergi ke surga. “Kemarin kami ada cerita ramai-ramai, kalau libur mau pergi liburan, tapi si Naya bilang mau pergi ke surga saja, kami tak menyangka rupanya itu tanda aneh yang diucapkannya,” ungkap Nurul, teman sekolah Naya dengan terisak.

Nurul mengaku, Naya adalah teman yang baik dan tidak sombong, bahkan, Naya selama ini tidak pernah mengaku masalah keluarganya. “Sama saya baik sekali si Naya, karena dia sahabat saya, makanya saya terkejut kenapa dia yang baik bisa dibunuh,” kata Nurul.

Begitu juga dengan teman sebangku Naya, Fitria merasa kehilangan sosok teman sebangku yang selalu ceria dan baik. “Dia itu baik, kalau kami keluar main-main di sekolah selalu sama, dia tak pernah kasar sama teman, pokoknya dia baik,” ungkap Fitria mengenang korban.

Sementara itu, wali kelas Naya, Nurmaida membenarkan, selama ini Naya berprilaku baik dan rajin masuk sekolah. “Selama saya jadi wali kelasnya, si Naya ini banyak diamnya di kelas, tidak pernah bertingkah aneh kalau belajar,” kenang Nurmaida di rumah duka. (fac/gus/adz)

Exit mobile version