Site icon SumutPos

Cewek 13 Tahun Tewas Dicekoki Pil Dextro

SEMASA HIDUP: HAS diabadikan semasa hidupnya.

HAS, seorang remaja putri di Kota Padangsidimpuan tewas usai minum obat-obatan yang diberikan oleh temannya. Korban mengaku dipaksa temannya minum puluhan pil dextromethorphan hingga overdosis.

HAS sempat mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan, Jumat (10/8). Namun, nyawanya tidak tertolong.

Korban akhirnya dimakamkan di TPU Muslim Jalan Imam Bonjol, Kota Padangsidimpuan, Sabtu (11/8). “Sebelum meninggal, adiknya pergi bersama teman lelakinya berinisial S. Saat itulah korban mengaku dirinya dicekoki obat-obatan pil dextromethorphan. Bahkan, korban mengaku dipaksa mengonsumsi hingga 30 butir pil,” ungkap kakak korban, Wike.

Setelah minum puluhan pil itu, teman lelakinya mengantarkan korban ke rumah teman korban di daerah Sigalangan, Kota Padangsidimpuan. Kondisinya juga sudah memburuk. Keluarga korban akhirnya menjemput korban yang sudah dalam kondisi lemas dan menggigil.

“Waktu kami jemput, dia sudah kedinginan. Kata mamak temannya, dia sakit, jatuh dari motor. Tapi, ayah tidak percaya, dia pikir dia dipukul. Dia bilang ke ayah, dia dikasih teman laki-lakinya pil anjing (dextro). Ada mungkin 30 butir dikasih,” kata Wike.

Keluarga juga mendapat informasi dari orang tua teman korban bahwa korban tengah hamil dua bulan. Diduga, teman lelaki korban sengaja mencecokinya dengan pil dextro untuk menggugurkan janin di kandungannya.

“Yang bilang adik saya hamil dua bulan uwak itu, tapi enggak tahu kenapa teman laki-lakinya itu nyuruh dia minum pil itu,” kata Wike.

Sebelumnya, keluarga dan sanak saudara meratapi kepergian anak keempat dari 8 bersaudara buah hati pasangan AH dan LW Boru Batubara yang sudah bercerai.

“Selama ini, dia (korban) tinggal sama ayahnya di Padangmatinggi, kami sudah bercerai,” ungkap LW, ibu kandung korban yang tinggal di Desa Sidadi, Batang Angkola, Tapsel.

Cerita LW, putrinya diketahui mengonsumsi pil dextro kurang lebih sebanyak 30 butir. Keterangan itu didapatnya dari beberapa teman sepermainan putrinya yang tinggal di daerah Sigalangan, Batang Angkola.

“Malam Rabu kemarin (Selasa Malam), dia dibawa temannya ke Sigalangan dan sempat tinggal di sana. Soalnya, kata temannya dia takut mau pulang ke rumah atau ke rumah saya,” ujar LW berlinang air mata sambil menggendong anaknya yang masih bayi di RSUD Kota Padangsidimpuan.

Rupanya, cerita LW, kata teman putrinya, setelah memakan puluhan butir pil yang diakuinya Pil Dextro, korban merasakan sakit di bagian dada. Nafasnya kemudian sesak dan terus gelisah.

Hal itu kemudian diberitahukan teman putrinya kepada Kakak Korban Wike yang tinggal di Aek Tampang, Kota Padangsidimpuan. Mendapat kabar itu, putrinya pun dijemput dan dibawa ke rumah ayah mereka di Padangmatinggi.

“Mungkin karena dia takut mau pulang ke mana, jadi dibawa ke tempat kawannya. Baru setelah itu dikasih tahu sama kakaknya, dan dijemput ke Sigalangan,” terang ibu korban.

Rabu (8/8) malam, korban dijemput kakaknya dan dibawa ke rumah ayah mereka. Di sana, kata LW, kondisi putrinya semakin parah. Kemudian dibawa ke RSUD Kota Padangsidimpuan.

“Baru Jumat malam ini saya dapat kabar, anak saya sudah meninggal,” tukasnya sedih.

Mirisnya, sejak LW dan suaminya bercerai, HAS putrinya tidak lagi melanjutkan sekolah. Bahkan, kegiatan sehari-hari putrinya pun tidak diketahuinya pasti. “Putus sekolah, tidak sekolah lagi, hanya SD,” ungkapnya.

Sementara, Kapolres Padangsidimpuan Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Hilman Wijaya mengatakan, sudah meminta keterangan dari empat saksi yang mengetahui kematian HAS.

Dari pemeriksaan tersebut, petugas mendapat informasi sebelum tewas, korban sudah tiga hari tidak pulang ke rumahnya. Korban juga dicecoki pil dextromethorphan.

Namun, untuk memastikan apakah kematian warga Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Padangsidimpuan tersebut karena overdosis atau tidak, polisi mengalami kesulitan. Pasalnya, pihak keluarga tidak bersedia jenazah korban diautopsi. “Keluarga menolak otopsi dilakukan terhadap jasad korban,” kata Hilman Wijaya.

Dari penelusuran METRO TABAGSEL (Grup Sumut Pos), lewat akun FB yang diduga milik korban atas nama Fan S, korban sempat memposting dua bungkus plastik putih berisi puluhan butir obat berwarna kuning dan putih. Bahkan, korban juga pernah melakukan “Live” (Siaran Langsung) sambil meneguk obat tersebut.

Setelah korban meninggal, beberapa akun-akun lain yang diyakini teman-teman korban tampak memenuhi berandanya dan mengucapkan duka cita.(yza/inc/smg/ala)

Exit mobile version