Site icon SumutPos

Kakek Kaya dari Pesugihan, Begitu Ninggal Keturunannya Melarat

Dulu keluarga sang suami, Tongat (35) terkenal kaya raya. Tapi pas generasi ketiga yakni Tongat dan tiga saudaranya miskin dan sengsaranya minta ampun.

Sampai akhirnya, si istri Butet (33), mencari asal penyebabnya. Setelah diketahui, dia pun mengajukan gugatan cerai pada Oktober tahun lalu.

Versi Butet, miskinnya generasi ketiga kakek Tongat tidak lain karena kesalahan si kakek. Karena miskin dan sengsaranya, Tongat dan ketiga saudaranya terbilang super mengenaskan. “Kekurangannya lebih parah daripada miskin. Ya fakir dan sengsara,” kata Butet mengelus dada.

Hal itu dialami setelah kakek Tongat meninggal pada tahun 2005 silam.

Tongat yang keluarganya serba berkecukupan langsung kekurangan.

Selalu ada masalah yang bikin harta warisan ludes. Misalnya, kakak Tongat menabrak orang dan akhirnya harus memberi uang kepada keluarga yang meninggal supaya tidak dibawa ke penjara.

Atau orangtua Tongat terlilit utang. Sampai akhirnya rumah seluas 350 meter dijual Rp4 miliar untuk membayar utang.

Rumah yang dibelikan kakek dan ditinggali Tongat juga turut dijual untuk bayar utang. Padahal, rumah itu merupakan hadiah dari mendiang kakeknya buat Tongat dan Butet.

Utang menumpuk sampai akhirnya ayahanda Tongat harus masuk penjara karena melakukan tindakan kriminal. Ibu dan saudara-saudaranya hidup ngontrak. Sementara Tongat ngekos tidak jauh dengan kontrakan sang ibu dan saudara-saudaranya yang semuanya tinggal serumah.

Hari demi hari mereka lalui sangat menderita. Sampai mereka harus puasa tiap hari karena tidak punya uang dan terlilit utang pada renterir.

“Suami kerjanya sampai malam. Keempat saudaranya juga mati-matian kerja jaga warung dan ada yang jadi manol (pengusung barang). Ya tapi untuk makan saja kami tidak pernah bisa,” kata Butet.

Bahkan, kedua anak dan keponakannya juga tidak bisa bersekolah karena tidak pernah punya uang saku sekolah. “Sekolah emang gratis, tapi untuk berangkat sekolah anak gak bisa makan. Tidak punya saku,” kata Butet.

Butet pun akhirnya berangkat ke orang-orang pintar mencari tahu penyebab seretnya rezeki keluarga. Di situlah terkuak bila memang ada sekat hitam yang memang membuat keluarga besar Tongat miskin dan fakir.

“Katanya itu karena rezeki keluarga sudah diambil oleh almarhum kakeknya yang meninggal… semacam pesugihan itu. Sistem pesugihan itu ‘kan sama saja mengambil rezeki keturunannya,” kata Butet.

Makanya itu, Butet pun merasa kehidupan keluarga dulu sangat berpengaruh terhadap kakeknya. Semasa hidupnya mertua dan suaminya memang menggantungkan diri kepada kakek mertuanya.

Kebutuhan sehari-hari tinggal minta kepada mertuanya. Mertua dan cucu-cucunya santai-santai. Mereka tidak mau sekolah. Hanya Tongat yang sekolah sampai tamatan perguruan tinggi.

Namun, hidupnya masih menderita dan hanya jadi kuli bangunan. Tidak ada perusahaan yang mau menerimanya. Bisnis apapun juga pasti gagal. “Suami selalu tidak percaya kalau saya katakan yang sebenarnya. Saya yakin suami juga tahu kalau dulu kakeknya pakai pesugihan,” kata Butet.

Tak ingin ikut-ikutan sengsara, Butet pun mengajak Tongat hijrah ke luar kota atau kalau perlu ke luar negeri. Namun, Tongat menolak. Karenanya Butet bertekad meninggalkan sang suami.

“Aku hanya ikut menikmati hasil pesugihan kakeknya selama tiga tahun. Masa harus menderita seumur hidup? ‘Kan nggak cocok. Makanya aku mengajukan cerai,” ketus Butet.(jpg/ras)

Exit mobile version