Site icon SumutPos

3 Saudara Teroris Ditangkap Lagi Bawa Rantang

FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Petugas Densus 88 menggiring 1 dari 3 tersangka diduga teroris yang berhasil diamankan di kawasan Medan Marelan, Senin ( 16/12) malam di Mako Brimob Sumut Jalan Wahid Hasyim Medan, Selasa (17/12). Tiga tersangka diduga terlibat dalam perampokan Bank CIMB Niaga tahun 2010 dan perampokan Bank Mestika tahun 2009 dan penyerangan Polsek Hamparan Perak beberapa waktu lalu.
FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Petugas Densus 88 menggiring 1 dari 3 tersangka diduga teroris yang berhasil diamankan di kawasan Medan Marelan, Senin ( 16/12) malam di Mako Brimob Sumut Jalan Wahid Hasyim Medan, Selasa (17/12). Tiga tersangka diduga terlibat dalam perampokan Bank CIMB Niaga tahun 2010 dan perampokan Bank Mestika tahun 2009 dan penyerangan Polsek Hamparan Perak beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sehari pasca ditangkap Densus 88 Anti Teror di kawasan Medan Marelan, tiga terduga teroris yang masuk dalam kelompok Fadli Sadama, napi teroris yang dibekuk di Malaysia setelah sempat kabur dalam kerusuhan Lapas Tanjung Gusta beberapa waktu lalu, akhirnya diterbangkan ke Mabes Polri, Selasa (17/12) siang.

Fachrul Rozi Lubis (32), Hayatullah Mushab Hasibuan alias Ayat (27) dan abang kandungnya Thomas Muslim Hasibuan (30) dikirim ke Jakarta dengan pengawalan ketat. Selain tangan digari, kaki dirantai dan wajah ditutup dengan sebo, pengiriman juga mendapat pengawalan puluhan Brigade Mobil (Brimob) Poldasu bersenjata lengkap.

“Kita bawa (ketiga terduga teroris) ke Jakarta hari ini,” ujar Kombes Ibnu Suhendra, Kepala Tim Densus 88 Mabes Polri saat ditemui di Mako Brimob Poldasu, Jl. Wahid Hasyim Medan. Pantauan kru koran ini, petugas bersenjata lengkap mengawal tersangka menggunakan 3 unit mobil terpisah, masing-masing Kijang Innova warna silver BK 1456 HA, Kijang Innova warna silver BK 1414 JS dan mobil Toyota Avanza BK 1574 BH. Selain itu, sejumlah mobil juga mengapit iring-iringan kendaraan yang membawa para tersangka.

“Kami bawa via Bandara Kualanamu,” kata Ibnu. Diakui Ibnu, penangkapan itu adalah hasil pengembangan dari Fadli Sadhama. “Ketiga tersangka ini kami tangkap setelah mendapat info dari Fadli Sadhama. Ketiganya sudah lama kami cari dan ketika ditangkap mereka tidak melawan,” terangnya.

Menurutnya, penangkapan tersebut berjalan lancar karena petugas sudah mengintip dan mengawasi gerak-gerik ketiganya. Keseharian ketiganya adalah usaha catering.”Kita tangkap ketika mereka sedang melakukakan aktivitas. Ketiganya kita bawa ke Jakarta. Memang mereka terlibat dalam perampokan sejumlah bank di Medan seperti Bank Mestika, Cimb Niaga dan Money Changer,”pungkasnya.

Terpisah, Mabes Polri membenarkan bahwa Tim Densus 88 telah membekuk tiga terduga teroris di Medan. Ketiga pemuda terduga teroris itu ditangkap dari tiga tempat berbeda, Senin (16/2) siang. Pihak Mabes Polri juga memastikan bahwa ketiganya merupakan kelompok dari Fadli Sadama.

“Kita tangkap bagian kelompok Fadli Sadama di Medan. Penangkapan tiganya merupakan hasil pengembangan penyidikan pasca kaburnya Fadli Sadama,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafly Amar saat dtemui di Mabes Polri, Selasa (17/12).

Masih kata Boy, ketiga terduga teroris itu merupakan kelompok Fadli Sadama yang diduga ikut terlibat dalam perampokan bank. Boy juga menjelaskan, pada hari yang sama, Senin, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri juga berhasil menangkap seorang terduga teroris di Jl. Gajah Mada, Kampung Penatoi, Kab. Bima, Nusa Tenggara Barat. Dia adalah Ruri Alexander Rumatarai alias Iskandar alias Habib Bima alias Adi Alex alias Kendo.

Dugaan keterlibatan Ruri, dia diduga kuat menerima uang hasil perampokan atau fai jaringan teroris Abu Roban sebesar Rp 47 juta, yang diserahkan oleh Rabito alias Boim. Menurut Boy, Ruri juga memiliki peran penting dalam kelompok jaringan teroris Abu Roban. Peran dia antara lain melakukan rekrutmen di Bima kemudian dikirim ke Sulawesi untuk berpartisipasi dalam kegiatan mereka. Menurut Boy pula, Ruri diduga kerap menyembunyikan teroris Satrio Sandra Wiguna alias Indra alias Jendol yang sudah ditangkap Densus Jumat 18 Oktober 2013 lalu di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bima, NTB.

Sekedar mengingatkan, penangkapan ini berawal saat Ayat dibekuk di Jl. Marelan Raya, Kel. Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan.

Densus 88 Mabes Polri menggunakan mobil pribadi menyergap Ayat saat mengantar catringan. Usai menggiringnya ke dalam mobil, detik berikutnya petugas bergerak ke arah Medan. Tepatnya di Jl. Veteran Raya, Pasar 8, Desa Manunggal, Kec. Labuhan Deli, tim berhasil menangkap Thomas. Menit berikutnya, petugas menciduk Fachrul di Jl. Veteran Raya, Pasar IV, Desa Helvetia, Kec. Labuhan Deli. Selanjutnya, ketiga tersangka diboyong ke Mako Brimobdasu. Dalam penangkapan itu, sepeda motor milik ketiga terduga teroris masih berisikan rantangan dijemput oleh pihak keluarga dan pemilik catering.

“Saya semalam dapat kabar kalau anak saya ditangkap, makanya saya jemput kereta anak saya di pinggir jalan,” kata Himbalo, orangtua dari Ayat dan Thomas.

Penangkapan kedua abang beradik dan saudara sepupu itu sangat mengejutkan pihak keluarga, karena selama ini mereka tak pernah mengetahui ketiganya pernah melakukan aksi teror atau kegiatan anarkis di luaran. “Kedua anak saya itu sudah dua tahun kerja antar rantangan, kalau kerja tak pernah kemana – mana,” kata Himbalo. Dijelaskannya, ketika mengambil kereta anaknya, warga sekitar mengatakan petugas yang menangkap mengaku mereka ditangkap karena masalah narkoba.

“Kalau memang anak saya ada bawa narkoba tolong dibuktikan, jangan main tangkap di jalan dan saya tak ingin anak saya ditembak dengan alasan yang tak jelas,” protes Himbalo.

Dikatakan bapak anak 5 yang sehari – hari bekerja sebagai padagang jam itu, Thomas merupakan anak ke 3 dan Ayat anak ke 4 dari pernihakannya dengan istrinya. Selama ini kedua anaknya itu tak pernah melakukan kegiatan aneh diluar dugaannya. Begitu juga dengan saudara seupupunya Fachrul tidak pernah terlibat dengan prilaku yang sudah dilakukan oleh Fadli Sadama selaku saudara ipar mereka.

“Mereka bertiga itu sudah 2 tahun kerja antar rantangan,” ungkap Himbalo. Pihaknya sangat mengharapkan kepada pihak kepolisian yang telah menangkap anak mereka agar tidak melakukan kekerasan dan bila bersalah perlu dibuktikan silahkah hukum sesuai dengan perbuatannya.

“Saya selama ini tak tahu dengan aktivitas anak saya itu, karena mereka sudah berumah tangga, selama ini saya sering manesehati mereka, kalau memang dalam kasus ini mereka bersalah jangan diberikan kekerasan tapi dihukum sesuai dengan perbuatannya,” harap Himbalo. Terpisah, usaha catering atau rantangan tempat kerja ketiga terduga teroris di Jl. Titi Pahlawan, Gang Taucit, Kel. Paya Pasir, Kec. Medan Marelan ketika didatangi, para karyawan yang ada di tempat itu tak menyangka dengan penangkapan ketiga pengantar rantangan yang sudah bekerja selama 2 tahun itu.

Karena selama ini Facrul, Thomas dan adiknya Ayat mereka lihat tak pernah berprilaku aneh dan senang berseloro dengan sesama teman kerjanya. “Kalau lihat kelakuan mereka tak ada yang aneh, bahkan mereka itu baik – baik,” kata Katin, pemilik catering.

“Kalau memang mereka ada kegiatan lain diluar atau bisnis narkoba tak mungkin mereka mau utang. Kami pokoknya tak percaya kalau mereka yang ditangkap,” kata wanita berdarah Tionghoa itu diamini puluhan karyawannya. Bahkan, kata Ketin, selama ini, usai mengantar catering, mereka bertiga biasanya sering duduk di warung sambil ngopi dan langsung pulang. “Kalau lihat mereka itu sangat baik, tak pernah cerita yang aneh – aneh kalau kerja,” ungkap Ketin. (sam/gib/deo)

Exit mobile version