Site icon SumutPos

Maling Ini Diseret Pakai Motor sambil Dilempari, Mayatnya Diikat di Pohon

Foto: Amri/PM Agus Manao terkapar di lokasi kejadian, usai diseret dengan sepeda motor sambil dilempari batu.
Foto: Amri/PM
Agus Manao terkapar di lokasi kejadian, usai diseret dengan sepeda motor sambil dilempari batu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Agus Meliau Manao (36) tewas tragis. Pria Nias itu dibantai di Jalan Sukarela Barat, Senin (20/4) dini hari. Dibalok tak mempan, dia ditelanjangi lalu diseret pakai sepeda motor, sembari dilempari batu. Mayatnya diikat di pohon dan mau dibakar. Astaga!

Jelas saja, aksi itu menggegerkan warga di Dusun V Desa Lau Dendang, Percut Seituan. Awalnya, sekira pukul 04.00, Farel Simbolon (41), keluar rumah menuju mobil Kijang BK 1586 QZZ yang diparkirkannya di samping rumah. Dia bersiap membawa dagangannya ke Pasar Sentral.

Dia sempat kaget melihat ada pemuda yang berusaha membuka pintu mobilnya. Saat itu, alarm mobil pun bunyi. Kebetulan, Farel sudah keluar pintu rumah, menuju mobilnya di samping kediamannya.

“Kulihat dia udah buka pintu mobil kijangku. Pas kutanya mau ngapain, dibilangnya mau kencing. Kubilanglah, ‘Masa mau kencing, kau pakai kunci mau buka pintu mobilku, berarti kau mau maling ya’ kubilang gitu. Terus dia pergi mau lari. Kuteriakilah maling,” jelas Farel.

Spontan Agus kabur. Ternyata, Agus tak sendiri. Ada temannya yang menunggu di atas Scoopy. Namun, temannya itu langsung tancap gas begitu mendengar teriakan maling. Dia meninggalkan Agus yang berlari berusaha menyelamatkan diri dari rumah Farel.

Sial buat Agus. Teriakan Farel terdengar tetangga dan jam segitu sudah banyak yang bangun untuk beraktifitas. Agus dikejar dan tertangkap. Kabar maling tertangkap cepat menyebar. Warga langsung berkerumun. Ada membawa balok dan batu, langsung menghajar Agus. Maklum, selama ini warga kerap kehilangan, sehingga melampiaskan kekesalan pada Agus.

Tapi warga sempat heran. Meski dipukuli dan ditendang, bahkan kepalanya dibalok, Agus seakan tak merasakan kesakitan. Pukulan bertubi tak mempan. Agus lalu ditelanjangi. Ditemukan semacam selendang berwarna merah, dililitkan di pinggangnya.

Setelah selendang itu dibakar, Agus mulai merasakan kesakitan saat dipukulli. “Kami lihat dari jarak 5 meter. Maling itu ditelanjangi dan dapat selendang merah diikatkan di perutnya. Pas diambil barulah dia ampun-ampun, nangis kami lihat waktu dipukulin,” ujar warga setempat. “Memang sakti kawan itu. Dipukulin kayu pun tak mempan. Tapi pas dibakar kain merah itu, baru dia lemas,” ujar Farel.

Hantaman bertubi membuat Agus tak sadarkan diri. Wajah dan tubuhnya bersimbah darah. Tak puas juga, kaki Agus diikat pakai tali, lalu diseret pakai kereta, sekira 100 meter. Tragisnya, saat disereta pakai kereta itu, warga yang mengikuti dari belakang, tak tinggal diam. Mereka melempari Agus pakai batu.

“Aku sampai gak tahan nengoknya Dek. Pas diseret naik kereta, dilempari lagi dia pakai batu,” ujar seorang ibu, mengaku menyaksikan langsung kejadian itu. Seakan tak puas juga, tubuh Agus disiram bensin dan diikatkan ke pohon sawo. Beruntung, niat warga membakar Agus berhasil dihalangi kepling setempat, Susanto.

Agus pun dibiarkan di lokasi, terikat di pohon sawo dan bersimbah darah. Sekira 5 jam kemudian polisi datang dan membawa Agus ke RS Pirngadi. Sayang, nyawanya tak tertolong lagi. “Aku lihat pelaku diikat ke kereta dan diseret naik kereta. Terus dilempari batu sampai nafasnya terdengar kayak orang yang ngorok tidurnya,” tambah warga itu lagi.

Sementara, Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung mengaku anggotanya sudah membawa tersangka yang tewas ke RS Pirngadi Medan. “Dari tangan tersangka yang tewas, kita amankan 1 buah kunci Letter T, 2 buah KTP atas nama Agus Manio. Tapi kedua KTP-nya beda alamat. Satu beralamat di Jalan Seksama, Kelurahan Binjan, Kecamatan Medan Denai. Satu lagi alamat di Sunggal. Di KTP juga agamanya beda, ada Islam dan Kristen. Selain itu, kita juga mengamanakan mobil Kijang milik korban sebagai barang buktinya. Sementara, kita masih mencari tahu keberadaan keluarga tersangka,” pungkasnya.(mri/trg)

Exit mobile version