32 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Tak Dapat Setoran, Polisi Mengamuk dan Pukuli Jukir

21-1- Gibson- Ahmad Fauzan, korban penganiayaan Aiptu M Ishak saat berada di lokasi kejadianMEDAN,SUMUTPOS.CO- Citra kepolisian kembali tercoreng. Kali ini giliran Aiptu M Ishak yang bikin ulah. Gara-gara tak dapat uang setoran, anggota Samapta Polsek Medan Barat ini tiba-tiba mengamuk dan memukuli tukang parkir. Tak cuma itu, pelaku yang mengenakan baju dinas lengkap ia juga mengancam para tukang parkir di sana dengan pisau lipat. Peristiwa yang sempat mengegerkan warga ini terjadi di depan gedung PT. Asuransi Kesehatan (Askes) Regional I Sumut-Aceh, Jl. Karya, Kel. Karang Berombak, Kec. Medan Barat, Selasa (21/1) sekira pukul 10.00 WIB.

Info yang , siang itu jibunan warga tengah mengurus kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Sangkin banyaknya warga, lokasi parkir di dalam gedung pun habis. Alhasil, ratusan warga yang datang mengendarai sepeda motor memilih parker di luar gedung, tepatnya di pinggir jalan besar. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan para pemuda setempat untuk mengutip retribusi parkir Rp 2000/kereta. Melihat itu, Ishak yang memantau dari kejauhan pun mendatangi lokasi dan menginterogasi para juru parkir. Karena tak ada ‘pengertian’ tuk memberi setoran, Ishak sontak emosi dan mengamuk. “Mana semua setoran kalian, kok aku tak dapat pulak,” bentak kepada salah seorang juru parkir di depan gadung Askes.

Merasa takut, seorang pria berkulit hitam lantas datang dan menyerahkan uang pecahan Rp 50 ribu dan sebungkus rokok pada pelaku. Tapi Ishak tetap tak puas, hingga ia menyeberang ke arah perumahan Pamen Kodam dan menemui salah seorang juru parkir bernama Ahmad Fauzan (20), warga Jl. Bilal, Gang Pusara, Medan Barat. Namun, bukannya meminta uang secara baik-baik, Ishak langsung menunjang dan menyulut api rokok ke leher remaja malang itu hingga lari pontang panting. Usai menghajar Ahmad Fauzan, pelaku lantas membuka baju dinasnya. Mengenakan kaos bertuliskan ‘gegana’ itu, Ishak kembali menemui para jukir di sekitar lokasi.

Bak orang mabuk, Ishak langsung ngoceh tak menentu. Dengan pisau lipat di tangan, ia mengaku sudah capek menikami orang. “Biar tau kalian ya, aku ini mantan anggota Olo Panggabean, sudah capek aku nikami orang dan membuang mayatnya ke sungai daerah Sunggal sana. Jadi, kalian jangan macam-macam samaku ya,” teriaknya pada para juru parkir. Mendengar itu, beberapa juru parker sontak ketakutan dan memilih berpaling sambil melihat-lihat aksi oknum polisi kurus itu. “Dia itu sudah pernah masuk penjara bang, kalau tidak salah kasusnya di daerah Belawan. Dan, infonya dia sudah punya kartu merah. Makanya gayanya sok preman,”celetuk seorang juru parkir. Puas marah-marah, Ishak pun berlalu begitu saja.

Tapi satu jam kemudian, orangtua Fauzan bernama Ani (40) kemudian datang ke warung kopi tempat semula polisi itu duduk-duduk. Setiba di lokasi,wanita itu langsung marah-marah. Ia tak terima atas perlakuan Ishak terhadap anaknya. “Aku kesini untuk mencari pak polisi yang nunjang anakku dan menyulut lehernya dengan rokok itu. Kenapa dia polisi tapi kelakuan seperti preman. Aku tidak senang anakku diperlakuan seperti ini. Aku mau mencari dia,” teriak wanita tersebut didampingi rekan-rekan Fauzan. Melihat ada keributan, Kanit Patroli Polsekta Medan Barat, AKP MN Sibatuara memanggil anggotanya dan menanyakan alasan Ani marah-marah. Setelah mendapat keterangan, akhirnya Sibatuara pun menyuruh anggotanya mencari Ishak. “Sudahlah ibu jangan ribut-ribut. Sekarang dia kami cari,”ujar Sibatuara pada Ani sembari memerintahlkan empat orang anggotanya mencari Ishak. Sementara itu, korban mengatakan bahwa dia langsung lari usai ditunjang.

“Aku tidak tau apa salahku, tiba-tiba ditunjangnya aku. Kalau bapak itu minta duit baik-baik, kami juga pengertian. Aku langsung lari karena takut ditikamnya bang,” beber Ahmad Fauzan pada kru koran ini. Salah seorang juru di sana juga menambahkan bahwa mereka minta uang parkir Rp 2000 ribu per kereta pada masyarakat yang masuk ke gedung Dinkes. Sebagian uang tersebut disetor ke polisi dan petugas Dishub yang bertugas di sekitar lokasi.  “Kami kutip Rp 2000 ribu dan sebagaian kami setor ke polisi dan Dishub yang duduk-duduk di warung kopi itu bang. Memang polisi tadi (Ishak) kami dengar baru keluar penjara makanya agak arogan gitu,”ujar pria berkulit hitam itu. Terpisah, Kapolsek Medan Barat, Kompol Ronny Sidabutar membenarkan bahwa Ishak adalah anggota Polsek Medan Barat.

“Benar, dia anggota saya. Saya juga sudah mendengar kelakuannya di Jl. Karya tadi. Nanti yang bersangkutana akan saya panggil,” janjinya. Ditanya sanksi apa yang dijatuhkan atas perbuatan pelaku yang mengancam warga? Ronny berdalih bahwa itu adalah tugas Provos. “Saya baru pulang dan belum tahu banyak kasusnya. Silahkan korban buat lapor ke Provos Polresta Medan,”ucapnya. Apakah benar, pelaku baru keluar dari penjara? Lagi-lagi mantan Kapolsek Parapat itu berkilah dan mengaku tak tau. “ Saya tidak tau, nantilah saya cek dulu ya,” katanya. Ditanya apakah, ia juga turut menerima setoran dari parkir di wilayah hukum Polsek Medan Barat, pria berkacamata itu menjawab tidak ada. “Jangan bilang gitula, tidak ada itu,” tandasnya dengan wajah gugup. (gib/deo)

21-1- Gibson- Ahmad Fauzan, korban penganiayaan Aiptu M Ishak saat berada di lokasi kejadianMEDAN,SUMUTPOS.CO- Citra kepolisian kembali tercoreng. Kali ini giliran Aiptu M Ishak yang bikin ulah. Gara-gara tak dapat uang setoran, anggota Samapta Polsek Medan Barat ini tiba-tiba mengamuk dan memukuli tukang parkir. Tak cuma itu, pelaku yang mengenakan baju dinas lengkap ia juga mengancam para tukang parkir di sana dengan pisau lipat. Peristiwa yang sempat mengegerkan warga ini terjadi di depan gedung PT. Asuransi Kesehatan (Askes) Regional I Sumut-Aceh, Jl. Karya, Kel. Karang Berombak, Kec. Medan Barat, Selasa (21/1) sekira pukul 10.00 WIB.

Info yang , siang itu jibunan warga tengah mengurus kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Sangkin banyaknya warga, lokasi parkir di dalam gedung pun habis. Alhasil, ratusan warga yang datang mengendarai sepeda motor memilih parker di luar gedung, tepatnya di pinggir jalan besar. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan para pemuda setempat untuk mengutip retribusi parkir Rp 2000/kereta. Melihat itu, Ishak yang memantau dari kejauhan pun mendatangi lokasi dan menginterogasi para juru parkir. Karena tak ada ‘pengertian’ tuk memberi setoran, Ishak sontak emosi dan mengamuk. “Mana semua setoran kalian, kok aku tak dapat pulak,” bentak kepada salah seorang juru parkir di depan gadung Askes.

Merasa takut, seorang pria berkulit hitam lantas datang dan menyerahkan uang pecahan Rp 50 ribu dan sebungkus rokok pada pelaku. Tapi Ishak tetap tak puas, hingga ia menyeberang ke arah perumahan Pamen Kodam dan menemui salah seorang juru parkir bernama Ahmad Fauzan (20), warga Jl. Bilal, Gang Pusara, Medan Barat. Namun, bukannya meminta uang secara baik-baik, Ishak langsung menunjang dan menyulut api rokok ke leher remaja malang itu hingga lari pontang panting. Usai menghajar Ahmad Fauzan, pelaku lantas membuka baju dinasnya. Mengenakan kaos bertuliskan ‘gegana’ itu, Ishak kembali menemui para jukir di sekitar lokasi.

Bak orang mabuk, Ishak langsung ngoceh tak menentu. Dengan pisau lipat di tangan, ia mengaku sudah capek menikami orang. “Biar tau kalian ya, aku ini mantan anggota Olo Panggabean, sudah capek aku nikami orang dan membuang mayatnya ke sungai daerah Sunggal sana. Jadi, kalian jangan macam-macam samaku ya,” teriaknya pada para juru parkir. Mendengar itu, beberapa juru parker sontak ketakutan dan memilih berpaling sambil melihat-lihat aksi oknum polisi kurus itu. “Dia itu sudah pernah masuk penjara bang, kalau tidak salah kasusnya di daerah Belawan. Dan, infonya dia sudah punya kartu merah. Makanya gayanya sok preman,”celetuk seorang juru parkir. Puas marah-marah, Ishak pun berlalu begitu saja.

Tapi satu jam kemudian, orangtua Fauzan bernama Ani (40) kemudian datang ke warung kopi tempat semula polisi itu duduk-duduk. Setiba di lokasi,wanita itu langsung marah-marah. Ia tak terima atas perlakuan Ishak terhadap anaknya. “Aku kesini untuk mencari pak polisi yang nunjang anakku dan menyulut lehernya dengan rokok itu. Kenapa dia polisi tapi kelakuan seperti preman. Aku tidak senang anakku diperlakuan seperti ini. Aku mau mencari dia,” teriak wanita tersebut didampingi rekan-rekan Fauzan. Melihat ada keributan, Kanit Patroli Polsekta Medan Barat, AKP MN Sibatuara memanggil anggotanya dan menanyakan alasan Ani marah-marah. Setelah mendapat keterangan, akhirnya Sibatuara pun menyuruh anggotanya mencari Ishak. “Sudahlah ibu jangan ribut-ribut. Sekarang dia kami cari,”ujar Sibatuara pada Ani sembari memerintahlkan empat orang anggotanya mencari Ishak. Sementara itu, korban mengatakan bahwa dia langsung lari usai ditunjang.

“Aku tidak tau apa salahku, tiba-tiba ditunjangnya aku. Kalau bapak itu minta duit baik-baik, kami juga pengertian. Aku langsung lari karena takut ditikamnya bang,” beber Ahmad Fauzan pada kru koran ini. Salah seorang juru di sana juga menambahkan bahwa mereka minta uang parkir Rp 2000 ribu per kereta pada masyarakat yang masuk ke gedung Dinkes. Sebagian uang tersebut disetor ke polisi dan petugas Dishub yang bertugas di sekitar lokasi.  “Kami kutip Rp 2000 ribu dan sebagaian kami setor ke polisi dan Dishub yang duduk-duduk di warung kopi itu bang. Memang polisi tadi (Ishak) kami dengar baru keluar penjara makanya agak arogan gitu,”ujar pria berkulit hitam itu. Terpisah, Kapolsek Medan Barat, Kompol Ronny Sidabutar membenarkan bahwa Ishak adalah anggota Polsek Medan Barat.

“Benar, dia anggota saya. Saya juga sudah mendengar kelakuannya di Jl. Karya tadi. Nanti yang bersangkutana akan saya panggil,” janjinya. Ditanya sanksi apa yang dijatuhkan atas perbuatan pelaku yang mengancam warga? Ronny berdalih bahwa itu adalah tugas Provos. “Saya baru pulang dan belum tahu banyak kasusnya. Silahkan korban buat lapor ke Provos Polresta Medan,”ucapnya. Apakah benar, pelaku baru keluar dari penjara? Lagi-lagi mantan Kapolsek Parapat itu berkilah dan mengaku tak tau. “ Saya tidak tau, nantilah saya cek dulu ya,” katanya. Ditanya apakah, ia juga turut menerima setoran dari parkir di wilayah hukum Polsek Medan Barat, pria berkacamata itu menjawab tidak ada. “Jangan bilang gitula, tidak ada itu,” tandasnya dengan wajah gugup. (gib/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/