Saat pulang setelah sekian hari menghilang, Yenny Anggraeny tampil berkerudung. Dia mengaku kalau baru saja mencari ketenangan pada seorang guru spiritual di Jawa Barat.
Namun saat ditanya tentang pakaian jilbab yang dipakainya saat itu, mantan personil Trio Macan ini sengaja sudah menanggalkannya. Dia mengaku ingin mempersiapkan diri dulu kala memakai pakaian muslimah.
“Mengubah penampilan harus dari hati kok,” tegas Yenny Anggraeny di AdStudio, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (4/2).
Dalam keterangannya, Yenny menyangkal jika dirinya diculik atau dihipnotis oleh seseorang saat menghilang beberapa waktu lalu. Selama rentang 25 Januari hingga 31 Januari, dia mengaku pergi ke sebuah padepokan di Jawa Barat.
“Diam-diam naik taksi, bapak cuci motor dan ibu sholat. Tidak pamit. Sampai di Jakarta langsung naik taksi dan pergi ke suatu tempat dan bertemu dengan guru spiritual di daerah Jawa Barat,” katanya.
Menurut Yenny, guru spiritual tersebut adalah orang yang dituakan di padepokan tersebut. Di sana, dirinya banyak mencurahkan isi hatinya.
“Guru spiritual ini ‘orang tua’ saja di padepokan. Saya banyak bercerita dengan orang-orang yang kurang beruntung dan tersisih dari lingkungan. Saya banyak belajar tentang kehidupan. Hidup itu berwarna ternyata ya. Tadinya nggak mau pulang,” lanjutnya.
(kpl/ato/dar)
Saat pulang setelah sekian hari menghilang, Yenny Anggraeny tampil berkerudung. Dia mengaku kalau baru saja mencari ketenangan pada seorang guru spiritual di Jawa Barat.
Namun saat ditanya tentang pakaian jilbab yang dipakainya saat itu, mantan personil Trio Macan ini sengaja sudah menanggalkannya. Dia mengaku ingin mempersiapkan diri dulu kala memakai pakaian muslimah.
“Mengubah penampilan harus dari hati kok,” tegas Yenny Anggraeny di AdStudio, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (4/2).
Dalam keterangannya, Yenny menyangkal jika dirinya diculik atau dihipnotis oleh seseorang saat menghilang beberapa waktu lalu. Selama rentang 25 Januari hingga 31 Januari, dia mengaku pergi ke sebuah padepokan di Jawa Barat.
“Diam-diam naik taksi, bapak cuci motor dan ibu sholat. Tidak pamit. Sampai di Jakarta langsung naik taksi dan pergi ke suatu tempat dan bertemu dengan guru spiritual di daerah Jawa Barat,” katanya.
Menurut Yenny, guru spiritual tersebut adalah orang yang dituakan di padepokan tersebut. Di sana, dirinya banyak mencurahkan isi hatinya.
“Guru spiritual ini ‘orang tua’ saja di padepokan. Saya banyak bercerita dengan orang-orang yang kurang beruntung dan tersisih dari lingkungan. Saya banyak belajar tentang kehidupan. Hidup itu berwarna ternyata ya. Tadinya nggak mau pulang,” lanjutnya.