28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Film Tulang Belulang Tulang, Gelar Syuting Perdana di Humbahas

SUMUTPOS.CO – Film berjudul ‘Tulang Belulang Tulang’, yang merupakan karya Sammaria Sari Simanjuntak, syuting perdana di Kabupaten Humbanghasundutan (Humbahas), Selasa (9/5) lalu. Dan syuting film ini akan berlangsung selama 22 hari di kawasan Danau Toba.

Tulang Belulang Tulang yang merupakan hasil karya Sammaria bersama Lies Nanci Supangkat, diproduksi Adhya Pictures dan Pomp Films, serta didukung Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek.

Menurut Sammaria, film ini terinspirasi dari upacara adat Batak, yakni mangokkal holi. Yang merupakan adat istiadat kebanggaan suku Batak, dalam pemindahan tulang belulang leluhur.

Upacara adat ini, dilakukan dengan membongkar kembali makam (udean) untuk mengumpulkan sisa tulang belulang (holi-holi) dan menempatkannya ke tugu (simin). Mangokkal holi berlangsung dalam rangkaian upacara adat, baik sebelum, saat, dan setelah makam digali dan tulang belulang dikumpulkan.

“Pelaksanaan mangokkal holi ini bukanlah tradisi sembarangan, karena harus dilakukan sesuai dengan adat Batak. Hal ini karena marga yang menggelar mangokkal holi harus menjamu seluruh keluarga besar dan tetangga kampung yang ada,” ungkap Sammaria.

Di samping itu, Stering Committe Indonesiana Film, Ricky Pesik mengatakan, dalam film ini juga disediakan kain ulos yang dilambangkan sebagai simbol pengharapan, agar keturunan orang yang sudah meninggal tersebut, selalu diiringi dengan keberkahan.

Menurutnya, ide cerita film itu sangat menarik. Sebuah drama komedi keluarga yang sarat dengan pesan moral dan muatan lokal. Tidak menggurui, namun sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, karena kemasannya yang ringan.

“Kami yakin film ini bisa menjadi hiburan dan penambah pengetahuan budaya lokal,” jelas Ricky, didampingi Shierly Kosasi selaku VP Adhya Pictures.

Sementara itu, Direktur Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengapresiasi pelaksanaan produksi film itu, sebagai satu cara pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Terlebih Indonesia memiliki budaya yang dapat dipublikasikan melalui film.

Selain menggambarkan nilai-nilai hidup pada masyarakat adat, film ini juga memiliki nilai kearifan lokal yang menarik untuk masyarakat.

“Kemendikbudristek terus memprioritaskan kebebasan masyarakat dalam berkarya, tentunya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya, satu di antaranya melalui film,” tegas jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, Kemendikbudristek akan terus berkomitmen melalui berbagai program strategis, guna mendukung film berbasis lokal yang bernilai global. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kesempatan yang diberikan, serta dukungan kepada para sisneas Indonesia, untuk bersaing di kancah internasional.

“Contohnya, beberapa film hasil kompetisi produksi film pendek dari 2021 dan 2022 yang memenangkan penghargaan bergengsi di luar negeri. Seperti ‘Kabar dari Kubur’ yang menang pada Viddsee Jureee Asia 2022; ‘Heirlooms’ yang menembus Gandhara Independent Film Festival 2023; ‘Teh Tawar untuk Akong’; serta ‘Toya dan Roh Seninya’ yang keduanya mendapatkan kesempatan tayang di market screening pada festival film Clermont-Ferrand,” beber Mahendra.

Mahendra juga mengatakan, pelaksanaan produksi film yang bermuatan lokal ini, perlu menjadi program utama yang perlu terus dilanjutkan. Film ini, menurutnya, memiliki narasi muatan lokal yang sangat baik, dan dapat dinikmati oleh seluruh pihak.

Selain itu, film ini dapat memenangkan hati penonton, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Sehingga, karya seperti itu diharapkan tetap dilanjutkan.

“Besar harapan kami untuk film ini diterima dan diapresiasi oleh masyarakat, baik dalam maupun luar negeri,” harap Mahendra. (des/saz)

SUMUTPOS.CO – Film berjudul ‘Tulang Belulang Tulang’, yang merupakan karya Sammaria Sari Simanjuntak, syuting perdana di Kabupaten Humbanghasundutan (Humbahas), Selasa (9/5) lalu. Dan syuting film ini akan berlangsung selama 22 hari di kawasan Danau Toba.

Tulang Belulang Tulang yang merupakan hasil karya Sammaria bersama Lies Nanci Supangkat, diproduksi Adhya Pictures dan Pomp Films, serta didukung Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek.

Menurut Sammaria, film ini terinspirasi dari upacara adat Batak, yakni mangokkal holi. Yang merupakan adat istiadat kebanggaan suku Batak, dalam pemindahan tulang belulang leluhur.

Upacara adat ini, dilakukan dengan membongkar kembali makam (udean) untuk mengumpulkan sisa tulang belulang (holi-holi) dan menempatkannya ke tugu (simin). Mangokkal holi berlangsung dalam rangkaian upacara adat, baik sebelum, saat, dan setelah makam digali dan tulang belulang dikumpulkan.

“Pelaksanaan mangokkal holi ini bukanlah tradisi sembarangan, karena harus dilakukan sesuai dengan adat Batak. Hal ini karena marga yang menggelar mangokkal holi harus menjamu seluruh keluarga besar dan tetangga kampung yang ada,” ungkap Sammaria.

Di samping itu, Stering Committe Indonesiana Film, Ricky Pesik mengatakan, dalam film ini juga disediakan kain ulos yang dilambangkan sebagai simbol pengharapan, agar keturunan orang yang sudah meninggal tersebut, selalu diiringi dengan keberkahan.

Menurutnya, ide cerita film itu sangat menarik. Sebuah drama komedi keluarga yang sarat dengan pesan moral dan muatan lokal. Tidak menggurui, namun sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, karena kemasannya yang ringan.

“Kami yakin film ini bisa menjadi hiburan dan penambah pengetahuan budaya lokal,” jelas Ricky, didampingi Shierly Kosasi selaku VP Adhya Pictures.

Sementara itu, Direktur Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengapresiasi pelaksanaan produksi film itu, sebagai satu cara pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Terlebih Indonesia memiliki budaya yang dapat dipublikasikan melalui film.

Selain menggambarkan nilai-nilai hidup pada masyarakat adat, film ini juga memiliki nilai kearifan lokal yang menarik untuk masyarakat.

“Kemendikbudristek terus memprioritaskan kebebasan masyarakat dalam berkarya, tentunya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya, satu di antaranya melalui film,” tegas jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, Kemendikbudristek akan terus berkomitmen melalui berbagai program strategis, guna mendukung film berbasis lokal yang bernilai global. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kesempatan yang diberikan, serta dukungan kepada para sisneas Indonesia, untuk bersaing di kancah internasional.

“Contohnya, beberapa film hasil kompetisi produksi film pendek dari 2021 dan 2022 yang memenangkan penghargaan bergengsi di luar negeri. Seperti ‘Kabar dari Kubur’ yang menang pada Viddsee Jureee Asia 2022; ‘Heirlooms’ yang menembus Gandhara Independent Film Festival 2023; ‘Teh Tawar untuk Akong’; serta ‘Toya dan Roh Seninya’ yang keduanya mendapatkan kesempatan tayang di market screening pada festival film Clermont-Ferrand,” beber Mahendra.

Mahendra juga mengatakan, pelaksanaan produksi film yang bermuatan lokal ini, perlu menjadi program utama yang perlu terus dilanjutkan. Film ini, menurutnya, memiliki narasi muatan lokal yang sangat baik, dan dapat dinikmati oleh seluruh pihak.

Selain itu, film ini dapat memenangkan hati penonton, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Sehingga, karya seperti itu diharapkan tetap dilanjutkan.

“Besar harapan kami untuk film ini diterima dan diapresiasi oleh masyarakat, baik dalam maupun luar negeri,” harap Mahendra. (des/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/