30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jadi Produser dan Pemain

Marcella Zalianty

Sepertinya, cukup lama publik tidak menikmati akting Marcella Zalianty (31), di layar lebar. Terakhir dia berperan di film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita pada 2010. Tetapi, film tersebut belum diputar di bioskop Indonesia. Film karya sutradara Robby Ertanto itu diputar perdana di Australia tahun lalu.

Mengobati kerinduan penggemar, Kamis malam (12/5) Marcella menunjukkan karya terbarunya. Dia bermain dalam film berjudul Batas yang premiere-nya dilakukan di Epicentrum, Kuningan, Jakarta. Kali ini istri pembalap Ananda Mikola tersebut tidak hanya berakting sebagai pemeran utama, tetapi juga bertindak sebagai produser. Sebenarnya, kiprah putri aktor senior Tetty Liz Indriati itu sebagai produser bukanlah yang pertama.

Pada 2009, dia pernah memproduseri film berjudul Lastri. Tetapi, pembuatan film tersebut terkendala karena Marcella tersandung kasus hukum. Tak patah semangat, perempuan yang tengah hamil 30 minggu itu kembali memproduseri sebuah film. Dia menggandeng Rudy Soedjarwo sebagai sutradara. “Saya tidak main-main menggarap film ini. Perlu waktu dua tahun sampai akhirnya film ini bisa dirilis. Perlu observasi, menulis, bertemu Rudy, sampai casting,” tutur perempuan yang mengakhiri masa lajang pada akhir November tahun lalu itu.

Film Batas bercerita tentang kehidupan masyarakat di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Mulai pendidikan hingga realitas kehidupan di sana.

Marcella yang berperan sebagai Jaleshwari diceritakan memiliki ambisi untuk memperbaiki kinerja program CSR perusahaannya tentang pendidikan di perbatasan. Sampai di sana, Jaleshwari dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan memiliki pola kehidupan sendiri. Mereka juga memiliki titik pandang yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan.

Rudy Soedjarwo sebagai sutradara menjelaskan bahwa mereka yang hidup di perbatasan menganggap orang yang hidup di seberang (masuk wilayah Malaysia, Red) adalah saudara. “Mereka merasa sedarah. Hanya, secara politis ada batasnya. Mereka tidak menganggap adanya batas itu. Mereka senang karena bisa mendapatkan barang-barang lebih murah di Malaysia,” katanya.

Untuk itu, Rudy dan Marcella sepakat tidak hanya ingin memberikan hiburan dalam film tersebut, tetapi juga media edukasi. “Untuk mengingatkan pentingnya sebuah pendidikan dan kesejahteraan supaya mereka tidak tertinggal. Mudah-mudahan pembagunan di daerah sana lebih cepat,” harap Marcella yang ketika melakoni syuting film tersebut tengah hamil muda.

Selain Marcella, bintang lain yang ikut berperan dalam film itu adalah Arifin Putra dan Ardina Rasty. Dua artis ibu kota tersebut memiliki kesan masing-masing ketika harus melakoni syuting di pedalaman Kalimantan. “Di sana itu susah cari sinyal handphone. Tidurnya di barak tentara, banyak babi berkeliaran. Benar-benar merasakan budaya yang belum pernah saya rasakan,” ungkap Rasty.

Arifin menambahkan, babi menjadi hewan yang begitu dijaga. “Kalau sampai kita naik mobil ngebut dan menabrak babi, disuruh ganti rugi sampai ratusan juta rupiah,” tambah Arifin. (jan/c6/dos/jpnn)

Marcella Zalianty

Sepertinya, cukup lama publik tidak menikmati akting Marcella Zalianty (31), di layar lebar. Terakhir dia berperan di film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita pada 2010. Tetapi, film tersebut belum diputar di bioskop Indonesia. Film karya sutradara Robby Ertanto itu diputar perdana di Australia tahun lalu.

Mengobati kerinduan penggemar, Kamis malam (12/5) Marcella menunjukkan karya terbarunya. Dia bermain dalam film berjudul Batas yang premiere-nya dilakukan di Epicentrum, Kuningan, Jakarta. Kali ini istri pembalap Ananda Mikola tersebut tidak hanya berakting sebagai pemeran utama, tetapi juga bertindak sebagai produser. Sebenarnya, kiprah putri aktor senior Tetty Liz Indriati itu sebagai produser bukanlah yang pertama.

Pada 2009, dia pernah memproduseri film berjudul Lastri. Tetapi, pembuatan film tersebut terkendala karena Marcella tersandung kasus hukum. Tak patah semangat, perempuan yang tengah hamil 30 minggu itu kembali memproduseri sebuah film. Dia menggandeng Rudy Soedjarwo sebagai sutradara. “Saya tidak main-main menggarap film ini. Perlu waktu dua tahun sampai akhirnya film ini bisa dirilis. Perlu observasi, menulis, bertemu Rudy, sampai casting,” tutur perempuan yang mengakhiri masa lajang pada akhir November tahun lalu itu.

Film Batas bercerita tentang kehidupan masyarakat di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Mulai pendidikan hingga realitas kehidupan di sana.

Marcella yang berperan sebagai Jaleshwari diceritakan memiliki ambisi untuk memperbaiki kinerja program CSR perusahaannya tentang pendidikan di perbatasan. Sampai di sana, Jaleshwari dihadapkan pada kenyataan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan memiliki pola kehidupan sendiri. Mereka juga memiliki titik pandang yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan.

Rudy Soedjarwo sebagai sutradara menjelaskan bahwa mereka yang hidup di perbatasan menganggap orang yang hidup di seberang (masuk wilayah Malaysia, Red) adalah saudara. “Mereka merasa sedarah. Hanya, secara politis ada batasnya. Mereka tidak menganggap adanya batas itu. Mereka senang karena bisa mendapatkan barang-barang lebih murah di Malaysia,” katanya.

Untuk itu, Rudy dan Marcella sepakat tidak hanya ingin memberikan hiburan dalam film tersebut, tetapi juga media edukasi. “Untuk mengingatkan pentingnya sebuah pendidikan dan kesejahteraan supaya mereka tidak tertinggal. Mudah-mudahan pembagunan di daerah sana lebih cepat,” harap Marcella yang ketika melakoni syuting film tersebut tengah hamil muda.

Selain Marcella, bintang lain yang ikut berperan dalam film itu adalah Arifin Putra dan Ardina Rasty. Dua artis ibu kota tersebut memiliki kesan masing-masing ketika harus melakoni syuting di pedalaman Kalimantan. “Di sana itu susah cari sinyal handphone. Tidurnya di barak tentara, banyak babi berkeliaran. Benar-benar merasakan budaya yang belum pernah saya rasakan,” ungkap Rasty.

Arifin menambahkan, babi menjadi hewan yang begitu dijaga. “Kalau sampai kita naik mobil ngebut dan menabrak babi, disuruh ganti rugi sampai ratusan juta rupiah,” tambah Arifin. (jan/c6/dos/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/