30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

House of the Dragon, Film 10 Episode sebelum Game of Thrones

Wars often begin in times of peace. Ungkapan George RR Martin di Fire & Blood itu, terwujud di House of the Dragon. Persaingan dan ambisi antar keturunan Klan Targaryen perlahan memanas. Perang merebut Takhta Besi dimulai.

Hampir 2 abad sebelum Daenerys lahir, Klan Targaryen adalah penguasa Westeros. Namun klan itu-sama dengan yang terjadi di Game of Thrones atau GoT-seakan dikutuk. Pemegang takhta Klan Targaryen tidak pernah memiliki keturunan laki-laki yang bakal mewarisi takhta.

Putra King Jaehaerys Targaryen (Michael Carter) meninggal di suatu tragedi. Lewat pemilihan, takhta diserahkan kepada Viserys (Paddy Considine), yang dipilih dewan pertimbangan kerajaan. Padahal, ada Rhaenys (Eve Best), kandidat unggulan yang merupakan keturunan dari anak pertama Jaehaerys, Aemon. ‘Kutukan’ yang ditanggung sang kakek seakan diwariskan kepada Viserys.

Viserys tidak kunjung memiliki putra. Dia baru dianugerahi satu putri, penunggang naga andal yang cerdas Rhaenyra (Milly Alcock/Emma D’Arcy). Di persalinan yang dinantikan, dia kehilangan sang istri, Permaisuri Aemma Arryn (Sian Brooke). Bayi laki-laki itu akhirnya hadir. Namun, dalam hitungan jam dia menyusul ibunya.

Sebelum si bayi lahir, Viserys yang yakin akan mendapat keturunan laki-laki mengadakan turnamen jousting alias bertarung di atas kuda. Momen itu dihadiri Daemon (Matt Smith), paman Rhaenyra yang kembali ke Red Keep.

Setelah sang permasuri dan bayi laki-lakinya meninggal, Viserys yang masih dilanda duka diminta untuk segera menentukan penerus takhtanya. Apakah menyerahkan takhta kepada Daemon, sang adik, atau mengangkat Rhaenyra sebagai pimpinan dan menjadikannya ratu yang sebelumnya tidak pernah ada.

Opsi pertama jelas bukan pilihan baik. Daemon dikenal semena-mena. Dia menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi ambisinya. Namun, mengangkat Rhaenyra juga bukannya akan menuntaskan segala masalah.

Di House of the Dragon, HBO seolah membayar tuntas musim penutup GoT yang dinilai mengecewakan oleh banyak orang. Showrunner Ryan J Condal dan Miguel Sapochnik, mengerahkan tim penulis yang kuat. Mereka menjelajah seluruh ‘masalah’ pada Abad Pertengahan: perebutan kekuasaan, patriarki, dan perang saudara. Tim produksi juga menjawab kritik dari serial sebelumnya lewat perkenalan tokoh non-kulit putih seperti Corlys Veralyon (Steve Touissant) dan Mysaria (Sonoya Mizuno).

Serial yang bakal terdiri atas 10 episode itu, ‘memperkecil’ skala cerita. Cukup di keluarga Targaryen. Meski demikian, House of the Dragon tidak lantas menjadi miniatur GoT. Tim penulis menghadirkan cerita yang lebih intens dan dark. Penokohannya pun digarap lebih matang. Setiap karakter digambarkan kompleks. Tidak ada lagi sosok bernasib serupa Cersei Lannister, yang dibenci habis-habisan. Atau, yang menjadi favorit fans seperti Arya Stark dan Tyrion Lannister.

Persiapan, diikuti eksekusi, matang dari tim cast dan produksi solid itu berbuah manis. House of the Dragon menjadi serial HBO dengan rekor premiere terbaik. Belum sampai sepekan tayang, pada Jumat (26/8) lalu, WarnerMedia-induk HBO dan HBO Go-langsung memastikan serial itu lanjut ke musim kedua. Meski merupakan prekuel GoT, House of the Dragon tetap bisa dinikmati secara mandiri.

Condal menyatakan, meski hanya berpusat di keluarga Targaryen, konflik yang dihadirkan begitu megah dan kompleks. “Ibaratnya, ini opera sabun keluarga bergaya Shakespeare. Ada pembunuhan, pengkhianatan, dan berbagai hal serupa di Targaryen,” ungkap Condal.

Pemeran Ser Harrold Westerling, Graham McTavish menuturkan, terlepas dari konflik dan latar waktunya, House of the Dragon memiliki kisah yang relevan dengan situasi saat ini. “Di antaranya, manuver licik dan backstabbing di politik,” ujarnya.

Matt Smith, yang menjadi Daemon, pun beranggapan, perang saudara adalah tema yang terus berulang dalam sejarah manusia. “Mereka tak pernah lepas dari perang. Dalam beberapa hal, Targaryen adalah keluarga normal. Tapi, di sisi lainnya, mereka adalah keluarga yang aneh dengan seluruh naganya,” pungkasnya. (jpc/saz)

Wars often begin in times of peace. Ungkapan George RR Martin di Fire & Blood itu, terwujud di House of the Dragon. Persaingan dan ambisi antar keturunan Klan Targaryen perlahan memanas. Perang merebut Takhta Besi dimulai.

Hampir 2 abad sebelum Daenerys lahir, Klan Targaryen adalah penguasa Westeros. Namun klan itu-sama dengan yang terjadi di Game of Thrones atau GoT-seakan dikutuk. Pemegang takhta Klan Targaryen tidak pernah memiliki keturunan laki-laki yang bakal mewarisi takhta.

Putra King Jaehaerys Targaryen (Michael Carter) meninggal di suatu tragedi. Lewat pemilihan, takhta diserahkan kepada Viserys (Paddy Considine), yang dipilih dewan pertimbangan kerajaan. Padahal, ada Rhaenys (Eve Best), kandidat unggulan yang merupakan keturunan dari anak pertama Jaehaerys, Aemon. ‘Kutukan’ yang ditanggung sang kakek seakan diwariskan kepada Viserys.

Viserys tidak kunjung memiliki putra. Dia baru dianugerahi satu putri, penunggang naga andal yang cerdas Rhaenyra (Milly Alcock/Emma D’Arcy). Di persalinan yang dinantikan, dia kehilangan sang istri, Permaisuri Aemma Arryn (Sian Brooke). Bayi laki-laki itu akhirnya hadir. Namun, dalam hitungan jam dia menyusul ibunya.

Sebelum si bayi lahir, Viserys yang yakin akan mendapat keturunan laki-laki mengadakan turnamen jousting alias bertarung di atas kuda. Momen itu dihadiri Daemon (Matt Smith), paman Rhaenyra yang kembali ke Red Keep.

Setelah sang permasuri dan bayi laki-lakinya meninggal, Viserys yang masih dilanda duka diminta untuk segera menentukan penerus takhtanya. Apakah menyerahkan takhta kepada Daemon, sang adik, atau mengangkat Rhaenyra sebagai pimpinan dan menjadikannya ratu yang sebelumnya tidak pernah ada.

Opsi pertama jelas bukan pilihan baik. Daemon dikenal semena-mena. Dia menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi ambisinya. Namun, mengangkat Rhaenyra juga bukannya akan menuntaskan segala masalah.

Di House of the Dragon, HBO seolah membayar tuntas musim penutup GoT yang dinilai mengecewakan oleh banyak orang. Showrunner Ryan J Condal dan Miguel Sapochnik, mengerahkan tim penulis yang kuat. Mereka menjelajah seluruh ‘masalah’ pada Abad Pertengahan: perebutan kekuasaan, patriarki, dan perang saudara. Tim produksi juga menjawab kritik dari serial sebelumnya lewat perkenalan tokoh non-kulit putih seperti Corlys Veralyon (Steve Touissant) dan Mysaria (Sonoya Mizuno).

Serial yang bakal terdiri atas 10 episode itu, ‘memperkecil’ skala cerita. Cukup di keluarga Targaryen. Meski demikian, House of the Dragon tidak lantas menjadi miniatur GoT. Tim penulis menghadirkan cerita yang lebih intens dan dark. Penokohannya pun digarap lebih matang. Setiap karakter digambarkan kompleks. Tidak ada lagi sosok bernasib serupa Cersei Lannister, yang dibenci habis-habisan. Atau, yang menjadi favorit fans seperti Arya Stark dan Tyrion Lannister.

Persiapan, diikuti eksekusi, matang dari tim cast dan produksi solid itu berbuah manis. House of the Dragon menjadi serial HBO dengan rekor premiere terbaik. Belum sampai sepekan tayang, pada Jumat (26/8) lalu, WarnerMedia-induk HBO dan HBO Go-langsung memastikan serial itu lanjut ke musim kedua. Meski merupakan prekuel GoT, House of the Dragon tetap bisa dinikmati secara mandiri.

Condal menyatakan, meski hanya berpusat di keluarga Targaryen, konflik yang dihadirkan begitu megah dan kompleks. “Ibaratnya, ini opera sabun keluarga bergaya Shakespeare. Ada pembunuhan, pengkhianatan, dan berbagai hal serupa di Targaryen,” ungkap Condal.

Pemeran Ser Harrold Westerling, Graham McTavish menuturkan, terlepas dari konflik dan latar waktunya, House of the Dragon memiliki kisah yang relevan dengan situasi saat ini. “Di antaranya, manuver licik dan backstabbing di politik,” ujarnya.

Matt Smith, yang menjadi Daemon, pun beranggapan, perang saudara adalah tema yang terus berulang dalam sejarah manusia. “Mereka tak pernah lepas dari perang. Dalam beberapa hal, Targaryen adalah keluarga normal. Tapi, di sisi lainnya, mereka adalah keluarga yang aneh dengan seluruh naganya,” pungkasnya. (jpc/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/