26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kapal Jepang dan Taiwan Duel Meriam Air

Sengketa Wilayah Atas Kepulauan Senkaku

Di tengah ketegangan dengan Tiongkok terkait sengketa wilayah atas Kepulauan Senkaku, Jepang terlibat insiden dengan Taiwan. Kapal-kapal penjaga pantai Jepang (JCG) dan Taiwan terlibat duel atau saling serang dengan meriam air (water cannon) kemarin (25/9).

Insiden itu terjadi setelah kapal patroli Taiwan memandu belasan kapal nelayan dari Formosa (nama Taiwan sebelum 1945, Red) ke perairan di sekitar kepulauan yang dikuasai Jepang. Sebagaimana Tiongkok, Taiwan juga mengklaim sebagai pemilik wilayah Senkaku.

Kapal penjaga pantai Jepang pun menembakkan meriam air ke kapal-kapal nelayan Taiwan. Adegan itu terekam dan disiarkan stasiun televisi NHK. Dalam tayangan televisi milik pemerintah Jepang tersebut, terlihat pula kapal-kapal patroli Taiwan ganti mengarahkan meriam air bertekanan tinggi ke arah kapal-kapal penjaga pantai Jepang.

Insiden itu merupakan yang terbesar antara Jepang dan Taiwan sejak Perang Dunia II berakhir. Dalam keterangan resmi, Tokyo menyatakan bahwa sebelum insiden terjadi, kapal-kapal penjaga pantai maupun kapal nelayan Taiwan memasuki perairan Jepang. Menurut JCG, selusin kapal penjaga pantai Taiwan dan 40 kapal nelayan telah berada di wilayah perairan Jepang selama berjam-jam.

Jubir pemerintah dan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Osamu Fujimura mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengajukan protes kepada Taipei terkait insiden itu. Tapi, Fujimura menegaskan bahwa Tokyo menangani situasi itu sehati-hati mungkin. ’’Kami juga ingin menjaga hubungan baik Jepang-Taiwan. Kami harus pecahkan isu itu secara damai. Kami ingin merespons dengan tenang,’’ ujarnya.

Belakangan, Tokyo mengirim utusan dari Interchange Association ke Taipei untuk berunding. Selama ini asosiasi itu menangani hubungan dengan Taiwan karena tidak ada hubungan diplomatik antara Tokyo dan Taipei.

Sementara itu, Taiwan menyatakan bahwa para petugas yang berada dalam kapal-kapal patroli tersebut merupakan personel penjaga pantai yang bersenjata lengkap.

Mereka sengaja dikerahkan untuk melindungi nelayan Taiwan.

’’Kami akan lakukan segala hal untuk melindungi para nelayan kami. Tetapi, kami tidak akan gunakan kekuatan (senjata) untuk membalas jika Jepang menyerang kami,’’ ujar Wang Chin-wang, kepala Coast Guard Administration (CGA), pasukan penjaga pantai Taiwan, di depan parlemen kemarin. Juru bicara CGA membenarkan bahwa hampir 60 kapal Taiwan kemarin mendekati Kepulauan Senkaku. Beberapa di antaranya berlayar hanya berjarak sekitar tiga mil laut dari Senkaku.

Padahal, batas zona teritorial internasional adalah 12 mil laut.

Presiden Ma Ying-jeou justru menyuarakan dukungan kepada kapal-kapal penjaga pantai dan nelayan Taiwan.
Dia pun menyebut tindakan mereka sebagai aksi patriotis. ’’Mereka menjaga kedaulatan wilayah kita dan melindungi para nelayan,’’ ujar jubir Ma.
’’Presiden mendesak Jepang menghormati hak-hak nelayan kami di areal penangkapan ikan mereka secara turun-temurun. Beliau juga berharap semua pihak yang terlibat mau menyelesaikan secara damai sengketa wilayah untuk berbagai sumberdaya di Laut China Timur,’’ tambahnya. (cak/dwi/jpnn)

Sengketa Wilayah Atas Kepulauan Senkaku

Di tengah ketegangan dengan Tiongkok terkait sengketa wilayah atas Kepulauan Senkaku, Jepang terlibat insiden dengan Taiwan. Kapal-kapal penjaga pantai Jepang (JCG) dan Taiwan terlibat duel atau saling serang dengan meriam air (water cannon) kemarin (25/9).

Insiden itu terjadi setelah kapal patroli Taiwan memandu belasan kapal nelayan dari Formosa (nama Taiwan sebelum 1945, Red) ke perairan di sekitar kepulauan yang dikuasai Jepang. Sebagaimana Tiongkok, Taiwan juga mengklaim sebagai pemilik wilayah Senkaku.

Kapal penjaga pantai Jepang pun menembakkan meriam air ke kapal-kapal nelayan Taiwan. Adegan itu terekam dan disiarkan stasiun televisi NHK. Dalam tayangan televisi milik pemerintah Jepang tersebut, terlihat pula kapal-kapal patroli Taiwan ganti mengarahkan meriam air bertekanan tinggi ke arah kapal-kapal penjaga pantai Jepang.

Insiden itu merupakan yang terbesar antara Jepang dan Taiwan sejak Perang Dunia II berakhir. Dalam keterangan resmi, Tokyo menyatakan bahwa sebelum insiden terjadi, kapal-kapal penjaga pantai maupun kapal nelayan Taiwan memasuki perairan Jepang. Menurut JCG, selusin kapal penjaga pantai Taiwan dan 40 kapal nelayan telah berada di wilayah perairan Jepang selama berjam-jam.

Jubir pemerintah dan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Osamu Fujimura mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mengajukan protes kepada Taipei terkait insiden itu. Tapi, Fujimura menegaskan bahwa Tokyo menangani situasi itu sehati-hati mungkin. ’’Kami juga ingin menjaga hubungan baik Jepang-Taiwan. Kami harus pecahkan isu itu secara damai. Kami ingin merespons dengan tenang,’’ ujarnya.

Belakangan, Tokyo mengirim utusan dari Interchange Association ke Taipei untuk berunding. Selama ini asosiasi itu menangani hubungan dengan Taiwan karena tidak ada hubungan diplomatik antara Tokyo dan Taipei.

Sementara itu, Taiwan menyatakan bahwa para petugas yang berada dalam kapal-kapal patroli tersebut merupakan personel penjaga pantai yang bersenjata lengkap.

Mereka sengaja dikerahkan untuk melindungi nelayan Taiwan.

’’Kami akan lakukan segala hal untuk melindungi para nelayan kami. Tetapi, kami tidak akan gunakan kekuatan (senjata) untuk membalas jika Jepang menyerang kami,’’ ujar Wang Chin-wang, kepala Coast Guard Administration (CGA), pasukan penjaga pantai Taiwan, di depan parlemen kemarin. Juru bicara CGA membenarkan bahwa hampir 60 kapal Taiwan kemarin mendekati Kepulauan Senkaku. Beberapa di antaranya berlayar hanya berjarak sekitar tiga mil laut dari Senkaku.

Padahal, batas zona teritorial internasional adalah 12 mil laut.

Presiden Ma Ying-jeou justru menyuarakan dukungan kepada kapal-kapal penjaga pantai dan nelayan Taiwan.
Dia pun menyebut tindakan mereka sebagai aksi patriotis. ’’Mereka menjaga kedaulatan wilayah kita dan melindungi para nelayan,’’ ujar jubir Ma.
’’Presiden mendesak Jepang menghormati hak-hak nelayan kami di areal penangkapan ikan mereka secara turun-temurun. Beliau juga berharap semua pihak yang terlibat mau menyelesaikan secara damai sengketa wilayah untuk berbagai sumberdaya di Laut China Timur,’’ tambahnya. (cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/