26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ternyata Memaafkan Kurangi Risiko Penyakit Jantung

MEMAAFKAN dan melupakan kesalahan orang lain memang tidak mudah. Apalagi jika perbuatan yang mereka lakukan sangat menyakitkan. Namun, memaafkan orang lain dengan tulus ternyata bisa memberikan dampak yang baik untuk jantung kita.

Seperti dilansir oleh Health me Up, peneliti dari University of California, San Diego, menemukan bahwa orang yang memaafkan dan tak menyimpan kemarahan lebih sedikit mengalami tekanan darah tinggi.

Penelitian yang diterbitkan melalui Journal of Biobehavioural Medicines ini mengamati 200 orang relawan. Para partisipan diminta untuk mengingat saat-saat orang lain membuat mereka marah. Satu kelompok diminta untuk membayangkan rasa marah yang mereka rasakan. Sementara kelompok yang lain diminta untuk lebih memaafkan.

Kedua kelompok kemudian diminta beristirahat selama lima menit sebelum para peneliti mengukur tekanan darah dan detak jantung mereka.
Tim yang dipimpin oleh Britta Larsen, menemukan bahwa kelompok yang merasa marah memiliki peningkatan tekanan darah yang tinggi dibandingkan dengan kelompok ‘pemaaf’.

Efek ini masih terus terlihat dan terjadi bahkan setelah kelompok ‘pemarah’ sudah beristirahat dan tenang.

Tak ada perubahan yang terjadi dalam peningkatan tekanan darah dan kecepatan detak jantung bahkan setelah mereka tidak marah.
Berdasarkan penelitian di atas, ada baiknya mulai sekarang kita mulai belajar memaafkan kesalahan orang lain. Selain baik untuk orang tersebut, memaafkan juga berdampak baik untuk pikiran dan tubuh kita sendiri. (net)

MEMAAFKAN dan melupakan kesalahan orang lain memang tidak mudah. Apalagi jika perbuatan yang mereka lakukan sangat menyakitkan. Namun, memaafkan orang lain dengan tulus ternyata bisa memberikan dampak yang baik untuk jantung kita.

Seperti dilansir oleh Health me Up, peneliti dari University of California, San Diego, menemukan bahwa orang yang memaafkan dan tak menyimpan kemarahan lebih sedikit mengalami tekanan darah tinggi.

Penelitian yang diterbitkan melalui Journal of Biobehavioural Medicines ini mengamati 200 orang relawan. Para partisipan diminta untuk mengingat saat-saat orang lain membuat mereka marah. Satu kelompok diminta untuk membayangkan rasa marah yang mereka rasakan. Sementara kelompok yang lain diminta untuk lebih memaafkan.

Kedua kelompok kemudian diminta beristirahat selama lima menit sebelum para peneliti mengukur tekanan darah dan detak jantung mereka.
Tim yang dipimpin oleh Britta Larsen, menemukan bahwa kelompok yang merasa marah memiliki peningkatan tekanan darah yang tinggi dibandingkan dengan kelompok ‘pemaaf’.

Efek ini masih terus terlihat dan terjadi bahkan setelah kelompok ‘pemarah’ sudah beristirahat dan tenang.

Tak ada perubahan yang terjadi dalam peningkatan tekanan darah dan kecepatan detak jantung bahkan setelah mereka tidak marah.
Berdasarkan penelitian di atas, ada baiknya mulai sekarang kita mulai belajar memaafkan kesalahan orang lain. Selain baik untuk orang tersebut, memaafkan juga berdampak baik untuk pikiran dan tubuh kita sendiri. (net)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/