25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Jangan Sepelekan Keluhan Pada Gigi

Masyarakat harus mengetahui bagaimana merawat rongga mulut dengan baik. Permasalahan pada rongga mulut seperti, gigi busuk, sisa akar gigi yang tidak dicabut, tata cara mencabut gigi juga tidak boleh disepelehkan, karena dapat berdampak sistemik pada bagian tubuh lainnya. 

Namun masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan kesehatan rongga mulutnya. Mahbubah Lubis misalnya, warga Medan Tembung ini mengatakan bahwa perawatan yang ia lakukan untuk menjaga kebersihan giginya hanyalah menyikat gigi dengan pasta gigi surah sebelum dan sesudah tidur. Padahal gigi Mahbubah berlubang.

“Gigi saya sebenarnya berlubang dan bermasalah, pengen sih melakukan perawatan, tapi karena beberapa faktor, saya biarkan saja, karena sampai saat ini belum mengganggu aktifitas saya, belum sakit jadi saya biarkan saja,” ujarnya, Senin (11/3).

Menanggapi hal ini, drg Anita Purwanti, Minggu (10/3) kemarin menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menyepelekan permasalahan pada gigi, karena memiliki dampak yang sistematik pada bagian tubuh lainnya.

“Dampak sistematik akibat permasalahan rongga mulut itu seperti gatal pada kulit, gatal pada mata, menimbulkan penyakit jantung, bahkan beberapa dari kuman dalam rongga mulut dapat menyebabkan abortus atau keguguran,” ujarnya.

Lanjutnya, untuk itu diperlukan sebuah perawatan yang baik bagi gigi. “Kalau giginya sudah goyang atau gangren, maka giginya jangan cepat dicabut, tetapi dilakukan perawatan saluran akar dimana gigi itu dibersihkan dan kemudian ditambal. Jika gigi itu dibiarkan mati maka akan terjadi abses, jadi lebih baik dirawat agar tidak terjadi infeksi dari kuman-kuman yang menumpuk pada gigi yang mati tadi. Sedangkan untuk pasien yang muda dilakukan perawatan dengan jalan sprinting,” katanya.

Selain itu, untuk mencabut gigi, setiap orang harus memeriksa kadar gula darah pada dirinya. Apabila kadar gulanya di atas 200, maka gigi tidak boleh dicabut. “Dibagian gigi banyak terdapat pembuluh darah, kondisi kadar gula itukan pasti manis, dan makanan dari kuman itu yang manis-manis, pastilah tidak akan sembuh-sembuh. Karena infeksinya berada di wilayah gangrin. Sehingga pencabutan gigi pada penderita diabetes lebih beresiko,” ujar Anita.

Lanjutnya, infeksi tersebut juga dapat menyebabkan busi bengkak dan pembusukan pada gigi dan akibatnya seseorang malas untuk menyikat gigi karena takut berdarah. Hal ini mengakibatkan gigi yang ada di busi tersebut bisa mati dan gigi busuk itu setiap harinya akan memproduksi kuman. ‘’Itu setiap hari kita telan yang ikut menempel pada makanan.

Untuk itu, bagi orang-orang yang ingin melaksanakan operasi diharuskan untuk membersihkan gigi dan rongga mulut, sehingga, setelah operasi selesai tidak ada lagi kuman-kuman yang masuk,” ujarnya. (mag-13)

Masyarakat harus mengetahui bagaimana merawat rongga mulut dengan baik. Permasalahan pada rongga mulut seperti, gigi busuk, sisa akar gigi yang tidak dicabut, tata cara mencabut gigi juga tidak boleh disepelehkan, karena dapat berdampak sistemik pada bagian tubuh lainnya. 

Namun masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan kesehatan rongga mulutnya. Mahbubah Lubis misalnya, warga Medan Tembung ini mengatakan bahwa perawatan yang ia lakukan untuk menjaga kebersihan giginya hanyalah menyikat gigi dengan pasta gigi surah sebelum dan sesudah tidur. Padahal gigi Mahbubah berlubang.

“Gigi saya sebenarnya berlubang dan bermasalah, pengen sih melakukan perawatan, tapi karena beberapa faktor, saya biarkan saja, karena sampai saat ini belum mengganggu aktifitas saya, belum sakit jadi saya biarkan saja,” ujarnya, Senin (11/3).

Menanggapi hal ini, drg Anita Purwanti, Minggu (10/3) kemarin menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menyepelekan permasalahan pada gigi, karena memiliki dampak yang sistematik pada bagian tubuh lainnya.

“Dampak sistematik akibat permasalahan rongga mulut itu seperti gatal pada kulit, gatal pada mata, menimbulkan penyakit jantung, bahkan beberapa dari kuman dalam rongga mulut dapat menyebabkan abortus atau keguguran,” ujarnya.

Lanjutnya, untuk itu diperlukan sebuah perawatan yang baik bagi gigi. “Kalau giginya sudah goyang atau gangren, maka giginya jangan cepat dicabut, tetapi dilakukan perawatan saluran akar dimana gigi itu dibersihkan dan kemudian ditambal. Jika gigi itu dibiarkan mati maka akan terjadi abses, jadi lebih baik dirawat agar tidak terjadi infeksi dari kuman-kuman yang menumpuk pada gigi yang mati tadi. Sedangkan untuk pasien yang muda dilakukan perawatan dengan jalan sprinting,” katanya.

Selain itu, untuk mencabut gigi, setiap orang harus memeriksa kadar gula darah pada dirinya. Apabila kadar gulanya di atas 200, maka gigi tidak boleh dicabut. “Dibagian gigi banyak terdapat pembuluh darah, kondisi kadar gula itukan pasti manis, dan makanan dari kuman itu yang manis-manis, pastilah tidak akan sembuh-sembuh. Karena infeksinya berada di wilayah gangrin. Sehingga pencabutan gigi pada penderita diabetes lebih beresiko,” ujar Anita.

Lanjutnya, infeksi tersebut juga dapat menyebabkan busi bengkak dan pembusukan pada gigi dan akibatnya seseorang malas untuk menyikat gigi karena takut berdarah. Hal ini mengakibatkan gigi yang ada di busi tersebut bisa mati dan gigi busuk itu setiap harinya akan memproduksi kuman. ‘’Itu setiap hari kita telan yang ikut menempel pada makanan.

Untuk itu, bagi orang-orang yang ingin melaksanakan operasi diharuskan untuk membersihkan gigi dan rongga mulut, sehingga, setelah operasi selesai tidak ada lagi kuman-kuman yang masuk,” ujarnya. (mag-13)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/