26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Virus Corona Tewaskan 212 Jiwa di Tiongkok

WHO Umumkan Status Darurat Dunia

WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.

SUMUTPOS.CO – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status darurat dunia atas wabah virus corona yang sudah membunuh 212 orang di Tiongkok, Jumat (31/1). Artinya, seluruh negara harus menerapkan sistem siaga. Tak terkecuali Indonesia.

MENURUT WHO, status tersebut diberlakukan karena adanya kematian di Tiongkok mencapai 212 orang. Selain itu ada penularan di 18 negara yang diidap oleh 98 orang. Bahkan, ada delapan kasus penularan dari manusia ke manusia yang terjadi di Jerman, Jepang, Vietnam, dan Amerika Serikat.

“Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lemah,” kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (30/1) sebagaimana dikutip dari AFP.

WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.
WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.

Ia menegaskan, peningkatan status ini menjadikan corona hal darurat yang perlu diperhatikan masyarakat internasional. Meski begitu, ini bukan berarti WHO tidak percaya kemampuan China menangani virus.

Namun penyebarannya yang masif menjadi fokus badan dunia ini. Apalagi jika masuk ke wilayah yang penanganan kesehatannya jauh di bawah Tiongkok. “Kita semua harus bertindak bersama sekarang untuk membatasi penyebaran lebih lanjut … Kita hanya bisa menghentikannya bersama,” tegasnya lagi.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati menyatakan, untuk sekarang Indonesia masih dalam tahap deteksi. “Bukan preventif,” katanya kemarin, saat ditemui di kantornya.

WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.
WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.

Sekarang ini, menurutnya Indonesia melakukan langkah yang sesuai dengan prosedur WHO. Karena masih tahap deteksi, maka yang dilakukan adalah menjaga pintu masuk negara dan daerah lintas batas. Misalnya saja di bandara, pelabuhan, dan pos perbatasan negara.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu menjelaskan, dengan deklarasi kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO, tak perlu disikapi berlebihan. Masa tersebut berarti negara harus siap siaga. “Kolaborasi dan koordinasi harus ditingkatkan. Selain itu sumber daya manusia (SDM) harus lebih reaktif,” tuturnya kemarin.

Dalam situasi ini, Tiongkok juga melakukan pengawasan bagi mereka yang akan keluar dari wilayahnya. Mereka yang akan keluar dari Tiongkok harus melalui pemeriksaan. Yang sehat maka akan diberikan sertifikat.

Di Indonesia, selain siaga di pintu masuk negara, laboratorium juga disiagakan. Bahkan ketika Tiongkok menyatakan wabah pada akhir Desember lalu. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Kemenkes Vivi Setiawaty mengungkapkan bahwa alat pemeriksaan di laboratoriumnya mumpuni. “Testing kit untuk virus tersebut sudah ada. Sejak kasus ini ada sudah ada panduan pemeriksaan dari WHO,” ujarnya.

Hingga kemarin, setidaknya ada 30 orang yang diperiksa. Seluruhnya dinyatakan negatif. “Untuk melakukan pemeriksaan, sampel yang diambil adalah bagian orofaring, nasofaring, dahak, dan serum pada saat bergejala serta serum 14 hari kemudian,” ucapnya. Pemeriksaan secara laboratorium dilakukan pada mereka yang baru pulang dari Tiongkok dan menunjukkan gejala demam, batuk, dan sakit tenggorokan.

Evakuasi WNI dari Wuhan

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memastikan, sebanyak 249 WNI akan dipulangkan dari Wuhan, Tiongkok, dalam waktu dekat. Retno mengatakan, perintah itu sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo untuk mengevakuasi WNI dari Wuhan dan Hubei, Tiongkok. “Secepatnya, saat ini penyiapan evakuasi WNI dari Wuhan sudah memasuki tahap akhir. Pagi ini saya telah bertemu dengan Duta Besar Tiongkok di Jakarta, beliau telah menyampaikan clearance pendaratan dan pergerakan pesawat untuk evakuasi WNI dari provinsi Hubei,” jelas Retno kepada wartawan, Jumat (31/1).

“Keberangkatan pesawat penjemput bersama dengan tim akan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam,” tambahnya.

Retno juga menjelaskan, pesawat yang digunakan adalah pesawat berbadan lebar agar semua WNI yang bersedia dievakuasi dapat diterbangkan secara langsung tanpa melalui transit. Pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan tim dari KBRI Beijing yang saat ini telah memasuki Provinsi Hubei.

“Persiapan di beberapa titik di Provinsi Hubei terutama di Wuhan saat ini terus berjalan. Sementara itu, persiapan penerimaan di Indonesia juga terus dilakukan sesuai dengan prosedur dan protokol kesehatan yang berlaku,” jelasnya.

Retno juga menyampaikan, pihaknya telah melaporkan semua perkembangan kepada Presiden Jokowi. Termasuk koordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan semua pihak terkait.

“Sekali lagi semua perkembangan telah saya laporkan kepada presiden dan kerja sama terus berjalan. Persiapan terus berjalan baik yang berada di Indonesia maupun yang berada di Wuhan,” paparnya.

Sementara, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Wiendra Waworuntu MKes, menjelaskan alur dan opsi yang akan disiapkan. Namun, pihaknya masih menutupi lokasi pesawat yang ditumpangi WNI akan mendarat setelah sampai di Indonesia. “Tak bicara di mana landing-nya. Tapi persiapan landing, kami pun siap di manapun. Semua WNI yang turun dari Wuhan akan dikarantina. Karantinanya belum tahu di mana. Persiapan dari Kemenkes untuk melakukan screening pemantauan dari awal masuknya dari Wuhan,” kata Wiendra dalam konferensi pers, Jumat (31/1).

Selain itu, WNI dari Wuhan juga akan diberikan Health Alert Card. Jika sebelum 14 hari mengalami panas atau demam atau batuk, akan dikirim ke fasilitas kesehatan.

Dijelaskannya, ada empat alur evakuasi yang akan dilakukan. Alur Pertama, berangkat dari Wuhan. Seluruh WNI berangkat dari Wuhan dan sudah diperiksa. Masing-masing WNI diperiksa kesehatannya terlebih dahulu dan diberikan sertifikat untuk memastikan kondisi mereka sehat. “Negara asal atau Tiongkok yang akan mengeluarkan sertifikat itu. Ini kan locked down. Ini politiskan. Maunya bagaimana ya supaya semua bisa dipulangkan. Berharapnya semua sehat,” jelas Wiendra.

Alur Kedua, saat di Pesawat. Begitu turun dari pesawat dan tiba di Indonesia, langsung dipisahkan di titik mendarat dan berstatus karantina. Pesawatnya dipisahkan dengan pesawat lainnya. “Begitu naik pesawat dari Wuhan, sudah di-screening di Wuhan, sudah dikontrol apakah ada panas demam dan lainnya. SOP-nya jelas. Untuk turunnya di bandara manapun kami siap,” kata Wiendra.

Kemudian alur ketiga, Karantina. Setelah turun dari pesawat, semua sistem di Indonesia sudah siap. Dari mulai penjemputan WNI hingga dimasukkan ke tempat karantina. Karantina berbeda dengan isolasi. Karantina adalah memantau para WNI apakah status kesehatannya berubah dengan mengecek gejala klinisnya. Jika memang sakit, maka WNI akan segera diisolasi.

“Karantina itu memastikan agar tidak menularkan penyakit. Selama 14 hari itu sudah sesuai standar WHO. Kalau di Amerika itu karantina hanya 3 hari. Kalau di Indonesia mengacu standar WHO,” tegas Wiendra.

Terkait lokasi karantinanya, Wiendra tidak bisa menjelaskan dengan pasti. Semuanya masih dalam pembicaraan, meski dia sempat menyebutkan opsi asrama. “Apakah mau di Natuna, di pulau ini, pulau itu, Batam atau di mana. Intinya semua kebutuhan dasar WNI kami siapkan. Saat di lokasi karantina nanti akan ada 20 petugas kesehatan di asrama. Eh, kok asrama ya. Asrama kan banyak,” ujar Wiendra keceplosan.

Selama dikarantina, Wiendra menjamin semua kebutuhan dasar WNI akan dipenuhi, sekaligus juga semuanya ditanggung oleh negara. Kebutuhan lain yang dipersiapkan selain kebutuhan sandang dan pangan tentunya kebutuhan pribadi seperti toilet dan ibadah. Sehingga para WNI tersebut merasa nyaman seperti sedang berada di rumah.

“Soal orang tua atau saudara yang menjenguk, tentu ada jarak dan batasan yang sudah diatur sesuai SOP. Orang tua bisa melihat anaknya nanti dari jarak tertentu, mekanismenya bagaimana itu sudah ada aturannya,” katanya.

Dan alur keempat, Selesai Karantina. Jika sudah selesai dikarantina selama 14 hari, dan terbukti tidak sakit, maka WNI boleh pulang bertemu dengan keluarganya.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan dr Widyawati MKM menjelaskan, selama proses karantina 14 hari, pastinya akan menimbulkan kejenuhan di antara para WNI. Maka akan ada program yang dipersiapkan bagi mereka agar tak jenuh.

“Pak Menteri Kesehatan meminta kami tim untuk membuat buku panduan bagi yang ada di lokasi karantina nanti. Menunya apa. Kegiatannya apa. Olahraga dan kesenian. Kan bosen juga dua minggu. Biar di lokasi karantina nanti enggak stres,” pungkasnya. (lyn/jpg/jpc)

WHO Umumkan Status Darurat Dunia

WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.

SUMUTPOS.CO – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status darurat dunia atas wabah virus corona yang sudah membunuh 212 orang di Tiongkok, Jumat (31/1). Artinya, seluruh negara harus menerapkan sistem siaga. Tak terkecuali Indonesia.

MENURUT WHO, status tersebut diberlakukan karena adanya kematian di Tiongkok mencapai 212 orang. Selain itu ada penularan di 18 negara yang diidap oleh 98 orang. Bahkan, ada delapan kasus penularan dari manusia ke manusia yang terjadi di Jerman, Jepang, Vietnam, dan Amerika Serikat.

“Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lemah,” kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (30/1) sebagaimana dikutip dari AFP.

WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.
WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.

Ia menegaskan, peningkatan status ini menjadikan corona hal darurat yang perlu diperhatikan masyarakat internasional. Meski begitu, ini bukan berarti WHO tidak percaya kemampuan China menangani virus.

Namun penyebarannya yang masif menjadi fokus badan dunia ini. Apalagi jika masuk ke wilayah yang penanganan kesehatannya jauh di bawah Tiongkok. “Kita semua harus bertindak bersama sekarang untuk membatasi penyebaran lebih lanjut … Kita hanya bisa menghentikannya bersama,” tegasnya lagi.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati menyatakan, untuk sekarang Indonesia masih dalam tahap deteksi. “Bukan preventif,” katanya kemarin, saat ditemui di kantornya.

WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.
WNI DI WUHAN: Sejumlah WNI yang menetap di Wuhan, Tiongkok, belum lama ini. Dalam waktu dekat, pemerintah akan segera mengevakuasi mereka dari Wuhan ke Tanah Air.

Sekarang ini, menurutnya Indonesia melakukan langkah yang sesuai dengan prosedur WHO. Karena masih tahap deteksi, maka yang dilakukan adalah menjaga pintu masuk negara dan daerah lintas batas. Misalnya saja di bandara, pelabuhan, dan pos perbatasan negara.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu menjelaskan, dengan deklarasi kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO, tak perlu disikapi berlebihan. Masa tersebut berarti negara harus siap siaga. “Kolaborasi dan koordinasi harus ditingkatkan. Selain itu sumber daya manusia (SDM) harus lebih reaktif,” tuturnya kemarin.

Dalam situasi ini, Tiongkok juga melakukan pengawasan bagi mereka yang akan keluar dari wilayahnya. Mereka yang akan keluar dari Tiongkok harus melalui pemeriksaan. Yang sehat maka akan diberikan sertifikat.

Di Indonesia, selain siaga di pintu masuk negara, laboratorium juga disiagakan. Bahkan ketika Tiongkok menyatakan wabah pada akhir Desember lalu. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Kemenkes Vivi Setiawaty mengungkapkan bahwa alat pemeriksaan di laboratoriumnya mumpuni. “Testing kit untuk virus tersebut sudah ada. Sejak kasus ini ada sudah ada panduan pemeriksaan dari WHO,” ujarnya.

Hingga kemarin, setidaknya ada 30 orang yang diperiksa. Seluruhnya dinyatakan negatif. “Untuk melakukan pemeriksaan, sampel yang diambil adalah bagian orofaring, nasofaring, dahak, dan serum pada saat bergejala serta serum 14 hari kemudian,” ucapnya. Pemeriksaan secara laboratorium dilakukan pada mereka yang baru pulang dari Tiongkok dan menunjukkan gejala demam, batuk, dan sakit tenggorokan.

Evakuasi WNI dari Wuhan

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memastikan, sebanyak 249 WNI akan dipulangkan dari Wuhan, Tiongkok, dalam waktu dekat. Retno mengatakan, perintah itu sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo untuk mengevakuasi WNI dari Wuhan dan Hubei, Tiongkok. “Secepatnya, saat ini penyiapan evakuasi WNI dari Wuhan sudah memasuki tahap akhir. Pagi ini saya telah bertemu dengan Duta Besar Tiongkok di Jakarta, beliau telah menyampaikan clearance pendaratan dan pergerakan pesawat untuk evakuasi WNI dari provinsi Hubei,” jelas Retno kepada wartawan, Jumat (31/1).

“Keberangkatan pesawat penjemput bersama dengan tim akan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam,” tambahnya.

Retno juga menjelaskan, pesawat yang digunakan adalah pesawat berbadan lebar agar semua WNI yang bersedia dievakuasi dapat diterbangkan secara langsung tanpa melalui transit. Pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan tim dari KBRI Beijing yang saat ini telah memasuki Provinsi Hubei.

“Persiapan di beberapa titik di Provinsi Hubei terutama di Wuhan saat ini terus berjalan. Sementara itu, persiapan penerimaan di Indonesia juga terus dilakukan sesuai dengan prosedur dan protokol kesehatan yang berlaku,” jelasnya.

Retno juga menyampaikan, pihaknya telah melaporkan semua perkembangan kepada Presiden Jokowi. Termasuk koordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan semua pihak terkait.

“Sekali lagi semua perkembangan telah saya laporkan kepada presiden dan kerja sama terus berjalan. Persiapan terus berjalan baik yang berada di Indonesia maupun yang berada di Wuhan,” paparnya.

Sementara, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Wiendra Waworuntu MKes, menjelaskan alur dan opsi yang akan disiapkan. Namun, pihaknya masih menutupi lokasi pesawat yang ditumpangi WNI akan mendarat setelah sampai di Indonesia. “Tak bicara di mana landing-nya. Tapi persiapan landing, kami pun siap di manapun. Semua WNI yang turun dari Wuhan akan dikarantina. Karantinanya belum tahu di mana. Persiapan dari Kemenkes untuk melakukan screening pemantauan dari awal masuknya dari Wuhan,” kata Wiendra dalam konferensi pers, Jumat (31/1).

Selain itu, WNI dari Wuhan juga akan diberikan Health Alert Card. Jika sebelum 14 hari mengalami panas atau demam atau batuk, akan dikirim ke fasilitas kesehatan.

Dijelaskannya, ada empat alur evakuasi yang akan dilakukan. Alur Pertama, berangkat dari Wuhan. Seluruh WNI berangkat dari Wuhan dan sudah diperiksa. Masing-masing WNI diperiksa kesehatannya terlebih dahulu dan diberikan sertifikat untuk memastikan kondisi mereka sehat. “Negara asal atau Tiongkok yang akan mengeluarkan sertifikat itu. Ini kan locked down. Ini politiskan. Maunya bagaimana ya supaya semua bisa dipulangkan. Berharapnya semua sehat,” jelas Wiendra.

Alur Kedua, saat di Pesawat. Begitu turun dari pesawat dan tiba di Indonesia, langsung dipisahkan di titik mendarat dan berstatus karantina. Pesawatnya dipisahkan dengan pesawat lainnya. “Begitu naik pesawat dari Wuhan, sudah di-screening di Wuhan, sudah dikontrol apakah ada panas demam dan lainnya. SOP-nya jelas. Untuk turunnya di bandara manapun kami siap,” kata Wiendra.

Kemudian alur ketiga, Karantina. Setelah turun dari pesawat, semua sistem di Indonesia sudah siap. Dari mulai penjemputan WNI hingga dimasukkan ke tempat karantina. Karantina berbeda dengan isolasi. Karantina adalah memantau para WNI apakah status kesehatannya berubah dengan mengecek gejala klinisnya. Jika memang sakit, maka WNI akan segera diisolasi.

“Karantina itu memastikan agar tidak menularkan penyakit. Selama 14 hari itu sudah sesuai standar WHO. Kalau di Amerika itu karantina hanya 3 hari. Kalau di Indonesia mengacu standar WHO,” tegas Wiendra.

Terkait lokasi karantinanya, Wiendra tidak bisa menjelaskan dengan pasti. Semuanya masih dalam pembicaraan, meski dia sempat menyebutkan opsi asrama. “Apakah mau di Natuna, di pulau ini, pulau itu, Batam atau di mana. Intinya semua kebutuhan dasar WNI kami siapkan. Saat di lokasi karantina nanti akan ada 20 petugas kesehatan di asrama. Eh, kok asrama ya. Asrama kan banyak,” ujar Wiendra keceplosan.

Selama dikarantina, Wiendra menjamin semua kebutuhan dasar WNI akan dipenuhi, sekaligus juga semuanya ditanggung oleh negara. Kebutuhan lain yang dipersiapkan selain kebutuhan sandang dan pangan tentunya kebutuhan pribadi seperti toilet dan ibadah. Sehingga para WNI tersebut merasa nyaman seperti sedang berada di rumah.

“Soal orang tua atau saudara yang menjenguk, tentu ada jarak dan batasan yang sudah diatur sesuai SOP. Orang tua bisa melihat anaknya nanti dari jarak tertentu, mekanismenya bagaimana itu sudah ada aturannya,” katanya.

Dan alur keempat, Selesai Karantina. Jika sudah selesai dikarantina selama 14 hari, dan terbukti tidak sakit, maka WNI boleh pulang bertemu dengan keluarganya.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan dr Widyawati MKM menjelaskan, selama proses karantina 14 hari, pastinya akan menimbulkan kejenuhan di antara para WNI. Maka akan ada program yang dipersiapkan bagi mereka agar tak jenuh.

“Pak Menteri Kesehatan meminta kami tim untuk membuat buku panduan bagi yang ada di lokasi karantina nanti. Menunya apa. Kegiatannya apa. Olahraga dan kesenian. Kan bosen juga dua minggu. Biar di lokasi karantina nanti enggak stres,” pungkasnya. (lyn/jpg/jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/