Site icon SumutPos

Tidak Baik Melupakan yang Teruji dan Terpuji seperti RE Nainggolan

MEDAN- Ephorus Emiritus HKBP Pdt Dr Jubil Raplan (JR) Hutauruk mengajak para pendeta agar tidak mengibarkan bendera agama, apalagi sampai melakukan tindakan yang dapat dikategorikan  “menjual” gereja dalam menyikapi Pilgubsu.

Ephorus Emiritus//sumut pos

Sedangkan warga HKBP diajak untuk tetap menjaga rasa hormatnya kepada pendeta-pendeta sebagai pelayan gereja, walau tidak harus mengikuti anjuran, propaganda dan kampanyenya terhadap salah seorang kandidat. Ajakan itu disampaikan JR Hutauruk menanggapi pertanyaan wartawan tentang munculnya keraguan jemaat HKBP dalam menentukan pilihan menyusul keluarnya pernyataan sikap sekelompok pendeta HKBP yang mendukung salah satu pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Sumut 2013-2018.  Sejumlah wartawan menemui Ephorus HKBP Periode 1998-2004 ini di kediamannya, Tanjung Sari, Medan, Senin (25/2).

“Pernyataan sikap seperti itu sudah kebablasan. Mudah-mudahan jemaat kita adalah jemaat yang dewasa, yang tidak mudah diombang-ambingkan informasi yang tidak benar, sekalipun itu disampaikan pendeta. Ucapan pendeta harus dipilah-pilah, apa sudah benar menurut firman Tuhan,” ujar JR Hutauruk yang didampingi istrinya Dumaris br Simorangkir.

Sebagai warga gereja, lanjut JR Hutauruk, hormat kepada pendeta, bukan berarti harus mengikuti  semua langkah dan pemikirannya. Perlu ditimbang secara matang dan kritis, sebagaimana Yesus menjawab secara kritis, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib diberikan untuk Allah”.

Ditanya pendapat pribadinya terhadap lima pasangan calon yang akan bersaing di Pilgubsu, JR Hutauruk mengaku sudah banyak melihat dan mendengar sepak terjang para calon pemimpin Sumut lima tahun ke depan itu.

“Untuk menilai calon mana yang paling layak dipercaya memimpin Sumut, saya membedakan antara politik secara ideologis, dengan politik praktis. Dalam politik ideologis, yang paling ditonjolkan adalah kesejahteraan, keadilan dan kesetaraan , bukan kekuasaan.  Kriteria ini tercermin dalam diri RE Nainggolan,”  ujarnya.

Menurut JR Hutauruk, RE Nainggolan sangat layak diberi kesempatan untuk memimpin Sumut bersama-sama dengan Amri Tambunan. RE Nainggolan memulai karir dari Staf Kantor Camat Pahae Jae, Tapanuli Utara. Karirnya terus meningkat hingga Sekretaris Daerah Dairi dan Bupati Taput. Dari sana, RE Nainggolan dipercaya  di berbagai posisi strategis di Pemprovsu dan pensiun sebagai Sekdaprov, yang merupakan puncak karir tertinggi PNS.
“Saat saya Ephorus HKBP, banyak program peningkatan kesejahteraan masyarakat desa yang dikerjasamakan dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, dimana RE Nainggolan sebagai bupati. Proyek air minum, perbaikan gedung sekolah, pengiriman pelajar ke Bali guna mempelajadi kerajinan tangan dan pembinaan petani dan peternak,” terang JR Hutauruk.

Khusus menyangkut kegiatan gerejani, Hutauruk mengatakan bahwa RE Nainggolan baik sebagai jemaat maupun sebagai pejabat daerah, selalu sungguh-sungguh mendukung program-program gereja.  Sekalipun dikenal sebagai jemaat yang taat, RE Nainggolan juga dikenal sebagai tokoh yang pluralis dengan ikut mendukung penuh program-program agama lain, baik sebagai tokoh masyarakat maupun sebagai pejabat daerah.

“Saya saksikan sendiri, ketika beliau Bupati Taput, saat open house maupun dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang diikutinya, jika di sana ada pendeta, pasti ada ustad. Tentu ini menggambarkan keterbukaannya dan jiwa toleransinya yang begitu dalam,” uhjar JR Hutauruk.

Menanggapi adanya upaya melemahkan dukungan terhadap RE Nainggolan dengan menggembar-gemborkan kalimat “Jika bisa jadi kepala, kenapa pilih ekor” atau “Kalau ada nomor satu kenapa pilih nomor dua”, JR Hutauruk mengatakan, RE Nainggolan mau jadi Gubernur atau Wakil Gubernur sama saja. Karena, dalam posisi apapun, RE Nainggolan adalah seorang pribadi sekaligus abdi negara yang selalu memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.

“Yang mau kita pilih adalah kapasitasnya, bukan jabatannya. Tidak mungkin seorang gubernur akan sukses jika wakilnya tidak mampu, tidak berpengalaman, tangguh dan berkualitas. Lihat Jokowi dan Ahok, mereka juga saling melengkapi. Ingat juga tentang Yusuf, yang diutus Allah menyelematkan Mesir dari bahaya kelaparan,” kata JR Hutauruk.  (adv)

Exit mobile version