29 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Pilot Hubungi Kantor Pusat Penerbangan

Ada secercah harapan untuk keluarga penumpang pesawat Casa 212-200 milik PT Nusantara Buana Air (NBA) yang jatuh di pegunungan Bohorok, Langkat, Kamis (29/9). Pilot sudah berkomunikasi dengan kantor pusat NBA.

“Dari otoritas bandara menyampaikan informasi, pilot sudah berkomunikasi dengan kantor pusat penerbangan,” ujar Kapuspom Publik Kemenhub, Bambang S Ervan ketika dihubungi, Jumat (30/9).

Namun menurut Bambang, berdasarkan laporan, komunikasi pilot  terputus-putus. Hal ini kemungkinan disebabkan medan yang berat. Pihaknya, lanjut Bambang, juga mendapat laporan dari otoritas bandara bahwa berdasarkan informasi dari Tim SAR pada saat heli tim SAR mendekat ke area jatuhnya pesawat, terlihat pintu pesawat itu terbuka. Kemudian Tim SAR melihat adanya gerakan-gerakan.

“Laporannya tidak sedetil itu (gerakannya apa). Yang pasti ada tanda kehidupan, itu kita harapkan,” kata Bambang.

Sementara itu, Safety Cassa NBA Robur AD Rizaliyanto menuturkan, pihaknya belum mengetahui adanya komunikasi antara pilot dengan manajemen Cassa NBA. Pihaknya masih menunggu informasi itu.

“Belum tuh, kata siapa? Informasi dari mana. Kita masih menunggu, doakan saja,” tutur Robur.
Robur menambahkan, saat ini pihaknya akan menurunkan heli ke tempat pesawat jatuh. Namun cuaca di tempat tidak memungkinkan untuk melakukan itu.
“Cuaca lagi mendung berawan,” kata Robur.

Astuti (52), seorang penumpang juga masih sempat bisa dihubungi via telepon seluler oleh keluarganya, sekitar pukul 23.00 WIB, Kamis (29/9) malam. Namun, suaranya terdengar tidak jelas dan putus-putus. Hal ini diungkapkan kakak Astuti, Yulimar (57), yang ditemui di Bahorok, Jumat (30/9).

Yulimar yakin, Astuti yang bersama suaminya, Suriadi (55), dan anaknya, Tia Apriliani (7), masih hidup.

“Waktu tadi malam dihubungi, terdengar suara anak-anak, perempuan dewasa, dan laki-laki. Suara mereka saya dengar sangat pelan dan putus-putus. Pertama yang angkat telepon anak-anak, terus saya dengar suara perempuan dan laki-laki. Saya yakin adik saya dan keluarganya masih hidup,” ungkapnya.

Hal itulah yang membuat Yulimar terus bersemangat untuk mencari informasi keberadaan adik dan keluarganya itu.

“Bukan saya sendiri yang dengar. Waktu telepon itu, saya speaker handphone saya. Semua keluarga dengar suara mereka,” ungkapnya.
“Saya berangkat dari Medan tadi pagi. Kami terus berusaha mencari adik kami itu. Kami yakin dia masih hidup,” tambah Yulimar.

Namun, setelah malam tadi, ponsel milik Astuti tidak bisa dihubungi lagi hingga saat ini. Yulimar berharap tim penyelamat yang turun ke lokasi dapat menemukan Astuti dan keluarganya dalam keadaan hidup.

Muslim (40), warga Jalan Mandala Bypass ikut dengan tim penyisir guna mencari keluargnya. Menurut Muslim, di dalam pesawat Casa yang terjatuh tersebut ada menantunya Syamsidar Yusni (27) dan dua cucunya Hamimatul Jannah (5) serta Abdul Hanif Abdillah (3).

Menurut Muslim, setelah keberangkatan pesawat dari Polonia Medan menuju Kutacane, Syamsidar Yusni sempat menghubungi Akbar, kemanakannya yang berada di Kota Medan.

“Akbar dapat telepon dari dia (Syamsidar Yusni, Red) sekitar pukul 10.00 WIB. Katanya, pesawat mereka jatuh. Setelah itu, kontak terputus dan tidak dapat tersambung lagi,” ungkap Muslim.
Saat ini, sambungnya, dia hanya bisa berharap agar keluarganya selamat dari maut. Walapun sudah meninggal dunia, dia tetap berharap agar jenazahnya segera ditemukan.

“Kalau sudah seperti ini kita mau bilang apa. Kita hanya bisa pasrah dan kalau selamat semoga kuat untuk bertahan hidup. Kalau sudah meninggal dunia, saya berharap agar jenazahnya cepat ditemukan,” ujarnya. (dan/jpnn)

Ada secercah harapan untuk keluarga penumpang pesawat Casa 212-200 milik PT Nusantara Buana Air (NBA) yang jatuh di pegunungan Bohorok, Langkat, Kamis (29/9). Pilot sudah berkomunikasi dengan kantor pusat NBA.

“Dari otoritas bandara menyampaikan informasi, pilot sudah berkomunikasi dengan kantor pusat penerbangan,” ujar Kapuspom Publik Kemenhub, Bambang S Ervan ketika dihubungi, Jumat (30/9).

Namun menurut Bambang, berdasarkan laporan, komunikasi pilot  terputus-putus. Hal ini kemungkinan disebabkan medan yang berat. Pihaknya, lanjut Bambang, juga mendapat laporan dari otoritas bandara bahwa berdasarkan informasi dari Tim SAR pada saat heli tim SAR mendekat ke area jatuhnya pesawat, terlihat pintu pesawat itu terbuka. Kemudian Tim SAR melihat adanya gerakan-gerakan.

“Laporannya tidak sedetil itu (gerakannya apa). Yang pasti ada tanda kehidupan, itu kita harapkan,” kata Bambang.

Sementara itu, Safety Cassa NBA Robur AD Rizaliyanto menuturkan, pihaknya belum mengetahui adanya komunikasi antara pilot dengan manajemen Cassa NBA. Pihaknya masih menunggu informasi itu.

“Belum tuh, kata siapa? Informasi dari mana. Kita masih menunggu, doakan saja,” tutur Robur.
Robur menambahkan, saat ini pihaknya akan menurunkan heli ke tempat pesawat jatuh. Namun cuaca di tempat tidak memungkinkan untuk melakukan itu.
“Cuaca lagi mendung berawan,” kata Robur.

Astuti (52), seorang penumpang juga masih sempat bisa dihubungi via telepon seluler oleh keluarganya, sekitar pukul 23.00 WIB, Kamis (29/9) malam. Namun, suaranya terdengar tidak jelas dan putus-putus. Hal ini diungkapkan kakak Astuti, Yulimar (57), yang ditemui di Bahorok, Jumat (30/9).

Yulimar yakin, Astuti yang bersama suaminya, Suriadi (55), dan anaknya, Tia Apriliani (7), masih hidup.

“Waktu tadi malam dihubungi, terdengar suara anak-anak, perempuan dewasa, dan laki-laki. Suara mereka saya dengar sangat pelan dan putus-putus. Pertama yang angkat telepon anak-anak, terus saya dengar suara perempuan dan laki-laki. Saya yakin adik saya dan keluarganya masih hidup,” ungkapnya.

Hal itulah yang membuat Yulimar terus bersemangat untuk mencari informasi keberadaan adik dan keluarganya itu.

“Bukan saya sendiri yang dengar. Waktu telepon itu, saya speaker handphone saya. Semua keluarga dengar suara mereka,” ungkapnya.
“Saya berangkat dari Medan tadi pagi. Kami terus berusaha mencari adik kami itu. Kami yakin dia masih hidup,” tambah Yulimar.

Namun, setelah malam tadi, ponsel milik Astuti tidak bisa dihubungi lagi hingga saat ini. Yulimar berharap tim penyelamat yang turun ke lokasi dapat menemukan Astuti dan keluarganya dalam keadaan hidup.

Muslim (40), warga Jalan Mandala Bypass ikut dengan tim penyisir guna mencari keluargnya. Menurut Muslim, di dalam pesawat Casa yang terjatuh tersebut ada menantunya Syamsidar Yusni (27) dan dua cucunya Hamimatul Jannah (5) serta Abdul Hanif Abdillah (3).

Menurut Muslim, setelah keberangkatan pesawat dari Polonia Medan menuju Kutacane, Syamsidar Yusni sempat menghubungi Akbar, kemanakannya yang berada di Kota Medan.

“Akbar dapat telepon dari dia (Syamsidar Yusni, Red) sekitar pukul 10.00 WIB. Katanya, pesawat mereka jatuh. Setelah itu, kontak terputus dan tidak dapat tersambung lagi,” ungkap Muslim.
Saat ini, sambungnya, dia hanya bisa berharap agar keluarganya selamat dari maut. Walapun sudah meninggal dunia, dia tetap berharap agar jenazahnya segera ditemukan.

“Kalau sudah seperti ini kita mau bilang apa. Kita hanya bisa pasrah dan kalau selamat semoga kuat untuk bertahan hidup. Kalau sudah meninggal dunia, saya berharap agar jenazahnya cepat ditemukan,” ujarnya. (dan/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/