Site icon SumutPos

Panglima TNI Harus Bentuk Tim Investigasi

Ilustrasi pengrusakan

MEDAN,SUMUTPOS.CO – Kalangan aktivis mendorong Panglima TNI Hadi Tjahjanto untuk membentuk tim investigasi dalam meng-usut kasus atas hancurnya toko “Tomb Rider” oleh oknum berseragam loreng di Jalan Brigjen Hamid Medan, Minggu (23/9) lalu. Penyelidikan sampai tuntas ini perlu dilakukan agar nama baik TNI tidak tercemar atas rekaman video kasus dugaan pengrusakan yang sudah viral tersebut.

“Pembentukan tim investigasi ini penting untuk perbaikan dalam melaksanakan tugas. Jika menemukan indikasi pelanggaran, tidak hanya oknum yang terlibat saja ditindak. Kita juga mendorong supaya Panglima TNI juga mencopot jabatan komandan dari aparat berseragam itu,” ujar aktivis anti kekerasan, Agus Yohanes melalui siaran persnya, Minggu (30/9).

Agus mengatakan, pimpinan tertinggi TNI tidak melakukan kesalahan jika melakukan evaluasi. Ini dapat dilakukan jika hasil penyelidikan oleh internal Mabes TNI menemukan adanya dugaan pelanggaran anggotanya. Banyak alasan jika pergantian itu dilakukan. Sebab, orang bersangkutan tidak bisa membina anak buahnya. Selain itu, tindakan pengrusakan itu sudah mencoreng citra TNI.

“Kita juga siap membantu dalam mengungkap kebenaran dari kasus tersebut. Kita memberikan dukungan ini karena tetap menginginkan TNI menjadi bagian dari masyarakat. Kita tidak menginginkan adanya stigma negatif di masyarakat, bahwa TNI sudah kembali ke masa orde baru, dan tidak lagi bersahabat dengan masyarakat,” katanya.

Agus mengungkapkan, banyak kejanggalan yang mereka temukan saat melakukan investigasi kasus dugaan penyerangan dan pengrusakan toko PlayStation (PS) milik Jhoni tersebut. Dimana, closed circuit television (CCTV), berdasarkan keterangan keterangan dari masyarakat, tidak ada ditemukan. Padahal, pemilik toko diketahui memasang kamera perekam itu.

“Berdasarkan keterangan sejumlah warga yang menyaksikan kejadian itu, kamera pengawas dihancurkan. Kita tidak menuduh siapa orang yang dengan sengaja menghancurkan CCTV tersebut. Patut diduga, ini sengaja dilakukan pihak tertentu agar rekaman wajah saat peristiwa itu sedang berlangsung, supaya tidak terlihat. Barang bukti itu pun sengaja dihilangkan,” katanya.

Sebagai pihak independen, Agus menegaskan bahwa pihaknya tidak melakukan pembelaan terhadap salah satu pihak yang bertikai dan sudah berdamai itu. Investigasi yang mereka lakukan hanya untuk mengungkap kebenaran. Sehingga, kejadian itu tidak serta merta menyudutkan institusi militer. Sebab, TNI sudah banyak melakukan transformasi, yang kehadirannya dinilai positif oleh masyarakat.

Secara terpisah, video dengan judul “Anggota TNI di Medan, Disekap dan Dipukul Orang Cina” sempat menghebohkan masyarakat. Dalam rekaman video yang ditampilkan itu, ternyata tidak ada rekaman penyiksaan. Sebaliknya, rekaman video memperlihatkan kehancuran toko. Bahkan, ada teriakan yang bernuansa provokasi dalam rekaman video itu. Dimana, ada suara yang berteriak agar toko “Tomb Rider” dibakar.

Sayangnya, beberapa saat setelah video yang menggegerkan itu muncul di media sosial (Medsos), tidak lama kemudian video langsung terhapus. Banyak kalangan yang sudah melihat rekaman video tersebut. Namun, masyarakat juga tidak mengetahui alasan rekaman video hilang secara tiba – tiba. Kendati demikian, masyarakat tetap menilai penghilangan rekaman video di medsos itu dengan tujuan positif.

“Mungkin ada alasan tertentu yang membuat orang yang sebelumnya menampilkan rekaman video itu, melakukan pencabutan. Misalnya, demi situasi keamanan tetap kondusif. Apalagi, pihak yang berpekara kan sudah berdamai. Kita juga mengapresiasi Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Suwondo, Kolonel Dirk P Lengkey. Sebagai pimpinan, Dirk P Lengkey bijaksana menyelesaikan perselisihan anak buahnya dengan Jhoni selaku pengusaha PS,” ujar pemerhati masalah keamanan, Andi Panggabean.

Sementara itu, Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Suwondo, Kolonel Dirk P Lengkey, melalui rekaman video saat diwawancarai wartawan, yang juga beredar di medsos menyampaikan, kasus dugaan penganiayaan yang berujung pada kerusakan di lokasi usaha PS itu, terjadi karena Jhoni meminta biaya cash PS anak Muhammad Chalik meski belum diperbaiki.

“Biaya yang diminta itu sebesar Rp 100 ribu. Kejadian ini memanas karena Jhoni tidak mau menyerahkan PS itu. Muhammad Chalik kemudian mendatangi lokasi, dan terjadi keributan. Anak buah saya dicegat penjaga toko, dan Jhoni mengaku secara spontas langsung memukul anak buah saya menggunakan stik besi. Muhammad Chalik mengalami luka sampai berdarah di bawah mata sebelah kiri. Ada luka memar di bawah mata sebelah kanan dan punggung,” jelasnya.

Ditambahkan, pascakejadian saat kedua pelaku diamankan, mereka sudah memohon-mohon untuk berdamai. Namun, keluarga dari korban penganiayaan masih keberatan atas kejadian kekerasan tersebut. Bahkan, pihaknya sudah menyampaikan kasus ini sebelumnya ke Polrestabes Medan. Perdamaian anggotanya dengan Jhoni akhirnya dilakukan setelah ada kesepakatan, Senin malam.

Menurutnya, pihaknya bersama korbandan keluarga korban bersedia berdamai lantaran atas pemikiran ke depan yang lebih panjang. Ditambah lagi, karena tahun ini merupakan tahun politik, sehingga pihak TNI AU beralasan bahwa keharusan bagi prajurit dalam menyambut Pilpres yang netral dan tidak mengganggu dengan adanya perkara tersebut.

“Alasan kita damai, kalau masalah ini berlanjut maka seterusnya bisa gak selesai-selesai.

rosesnya kan makin panjang. Karena kita melihat, ini tahun politik. Secara pribadi sebenarnya korban sendiri bisa dikatakan terima, tapi keluarganya yang tidak terima. Kemudian, kita kasih pengertian bahwa, kalau permasalahan ini terus diangkat, kedua belah pihak ini bisa saling dendam. Keluarga anak buah saya akhirnya menerima,” jelasnya.

Disebutkan, beberapa anggota TNI AU turun ke lokasi setelah mendapatkan laporan tentang anggotanya yang dianiaya dan disekap di lokasi usaha PS. Kedatangan anggota TNI AU itu merupakan tindakan pengamanan untuk mengantisipasi hal – hal yang tidak diinginkan. Di lokasi, ada kejadian saling melempar. (azw/ila)

Exit mobile version