BELAWAN- Kepala Dinas Hidro Oseanografi TNI AL, Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia SSos mengatakan, sengketa batas laut RI dengan 10 negera tetangga diantaranya Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, India, Vietnam, Australia, dan Timor Leste, belum rampung dan masih dalam proses perundingan. Dari sejumlah permasalahan itu, sengketa batas laut yang paling rawan konflik adalah antara Indonesia-Malaysia.
“Indonesia tetap mengedepankan penyelesaian masalah batas laut secara diplomatik atau tanpa kekerasan, dengan mengedepankan prinsip win-win solution. Dinas Hidros (Hidro Oseanografi) juga telah membuat peta perbatasan laut agar apa yang diklim tidak lepas begitu saja ke negara tetangga,” kata Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia SSos, saat hadir dalam kegiatan sosialisasi batas wilayah maritim RI dan pemberdayaan nelayan Sumut di Mako Lantamal I Belawa, Jumat (1/3).
Dengan masih belum jelasnya soal perbatasan laut Indonesia-Malaysia, tentunya banyak klaim yang menjadi tumpang tindih dan banyak insiden yang bisa saja terjadi. Untuk itu, Aan menilai, kehadiran TNI di wilayah perbatasan maupun pulau terluar sangatlah penting, sebelum melakukan klim secara teknis.
“Setidaknya ada 24 kesepakatan (perjanjian) yang telah dibuat terkait masalah batas laut antar kedua negara, tapi hingga kini masih belum terselesaikan. Malaysia mengklim Selat Malaka dan Pulau Berhala milik mereka dengan dasar peta yang mereka miliki,” ujarnya.
Sementara, Komandan Lantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Didik Wahyudi mengungkapkan, saat ini ada sekitar 34 personil militer pada setiap harinya menjaga Pulau Berhala salah satu pulau terluar Indonesia yang berada diwilayah pengamanan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal I).
“Di pulau terluar seperti Pulau Berhala ada 34 personel TNI melakukan penjagaan disana. Disamping itu kapal patroli tetap disiaga dalam melakukan pengamanan,” kata Didik.(rul)