25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Kematian Ibu Melahirkan Didominasi 3 Penyebab

MEDAN- Kesehatan ibu hamil harus tetap terjaga, pemeriksaan kehamilannya secara berkala harus terus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan mencegah sedini mungkin kelainan-kelainan di saat hamil sehingga kondisi badan ibu dalam masa  kehamilan sampai nantinya proses persalinan dan menyusui dapat tetap terjaga.

Hal ini disampaikan oleh dokter kandungan sekaligus Sekretaris Umum IDI Medan, Edy Ardiansyah kepada wartawan, Rabu (1/5). Dikatakannya, penyebab terjadinya kematian pasca persalinan di Sumut masih dilandasi oleh 3 faktor penyebab. Antara lain, perdarahan, infeksi dan eklamsia (penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi).
“Selain itu, penyebab kematian lainnya antara lain terlambat pengiriman, terlambat pengobatan dan terlambat penanganan,” kata Edy.

Lanjutnya,  faktor infeksi kehamilan banyak terjadi pasca persalinan, nifas dan dikarenakan penatalaksanaan yang tidak akurat. “Jadi ada dua infeksi yang terjadi yakni infeksi intrapartum dan postpartum disaat bersalin dan sesudah bersalin,” kata Edy.
Sedangkan perdarahan yang paling banyak terjadi, katanya, perdarahan pasca persalinan yang tidak diantisipasi.

“Faktor dia hamil tidak dikontrol ANC (Ante Natal Care) dengan baik, maka keadaan ibunya rendah, begitu dia persalinan berdarah. Kekuatan tubuhnya rendah, perdarahannya jalan terus. Sementara untuk mendapatkan sarana darah, jauh. Perdarahan ini yang sering dicatat, kematian akibat perdarahan,” ujarnya.

Sebaiknya, sambung Edy, pemeriksaan kehamilan itu harus dilakukan sebanyak 4-5 kali. Guna menekan angka kematian bayi dan ibu hamil, dalam hal ini pemerintah harus memperbanyak layanan kesehatan khususnya di daerah. “Kalau di kota ini sangat banyak, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Kalau misalnya membutuhkan darah ketika perdarahan terjadi pasca persalinan, layanan untuk mendapatkan darah ini dekat. Sedangkan di desa, gimana? Makanya, sebenarnya program itu untuk daerah,” katanya.

Mengenai program jampersal, lanjutnya, memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun perlu dievaluasi. “Sampai saat ini, untuk terobosan sangat bagus, tapi soal pengawasan dalam pelayanan untuk pencapaian kesehatan ibu, poinnya apa. Bukan hanya tindakan bersalin, tapi harus ada tindakan preventif dan promosi pada pasien,” ujarnya.

Menurutnya, persalinan itu punya risiko, ibu harus kontrol, jangan karena merasa  persalinan ini gratis, masyarakat membiarkan sampai persalinan kedelapan dan kesembilan. “Promosi ini yang harus dilakukan, prinsipnya bukan hanya melayani, tapi juga harus ada gerakan promosi kesehata yang tinggi, karena kita bicara tentang kualitas masyarakat Indonesia, bukan bicara tentang kuantitas,” ujarnya.

Untuk itu, Edy lebih menekankan agar pemerintah lebih memberikan promosi kesehatan kepada ibu hamil agar faktor penyebab kematian pada ibu hamil dapat ditekan selain meluncurkan program.  (mag-13)

MEDAN- Kesehatan ibu hamil harus tetap terjaga, pemeriksaan kehamilannya secara berkala harus terus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan mencegah sedini mungkin kelainan-kelainan di saat hamil sehingga kondisi badan ibu dalam masa  kehamilan sampai nantinya proses persalinan dan menyusui dapat tetap terjaga.

Hal ini disampaikan oleh dokter kandungan sekaligus Sekretaris Umum IDI Medan, Edy Ardiansyah kepada wartawan, Rabu (1/5). Dikatakannya, penyebab terjadinya kematian pasca persalinan di Sumut masih dilandasi oleh 3 faktor penyebab. Antara lain, perdarahan, infeksi dan eklamsia (penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi).
“Selain itu, penyebab kematian lainnya antara lain terlambat pengiriman, terlambat pengobatan dan terlambat penanganan,” kata Edy.

Lanjutnya,  faktor infeksi kehamilan banyak terjadi pasca persalinan, nifas dan dikarenakan penatalaksanaan yang tidak akurat. “Jadi ada dua infeksi yang terjadi yakni infeksi intrapartum dan postpartum disaat bersalin dan sesudah bersalin,” kata Edy.
Sedangkan perdarahan yang paling banyak terjadi, katanya, perdarahan pasca persalinan yang tidak diantisipasi.

“Faktor dia hamil tidak dikontrol ANC (Ante Natal Care) dengan baik, maka keadaan ibunya rendah, begitu dia persalinan berdarah. Kekuatan tubuhnya rendah, perdarahannya jalan terus. Sementara untuk mendapatkan sarana darah, jauh. Perdarahan ini yang sering dicatat, kematian akibat perdarahan,” ujarnya.

Sebaiknya, sambung Edy, pemeriksaan kehamilan itu harus dilakukan sebanyak 4-5 kali. Guna menekan angka kematian bayi dan ibu hamil, dalam hal ini pemerintah harus memperbanyak layanan kesehatan khususnya di daerah. “Kalau di kota ini sangat banyak, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Kalau misalnya membutuhkan darah ketika perdarahan terjadi pasca persalinan, layanan untuk mendapatkan darah ini dekat. Sedangkan di desa, gimana? Makanya, sebenarnya program itu untuk daerah,” katanya.

Mengenai program jampersal, lanjutnya, memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun perlu dievaluasi. “Sampai saat ini, untuk terobosan sangat bagus, tapi soal pengawasan dalam pelayanan untuk pencapaian kesehatan ibu, poinnya apa. Bukan hanya tindakan bersalin, tapi harus ada tindakan preventif dan promosi pada pasien,” ujarnya.

Menurutnya, persalinan itu punya risiko, ibu harus kontrol, jangan karena merasa  persalinan ini gratis, masyarakat membiarkan sampai persalinan kedelapan dan kesembilan. “Promosi ini yang harus dilakukan, prinsipnya bukan hanya melayani, tapi juga harus ada gerakan promosi kesehata yang tinggi, karena kita bicara tentang kualitas masyarakat Indonesia, bukan bicara tentang kuantitas,” ujarnya.

Untuk itu, Edy lebih menekankan agar pemerintah lebih memberikan promosi kesehatan kepada ibu hamil agar faktor penyebab kematian pada ibu hamil dapat ditekan selain meluncurkan program.  (mag-13)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/