26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kalau Cepat, Pasti Tak Begini…

Keluarga histeris mendengar kabar seluruh penumpang pesawat Cassa 212-200 milik PT Nusantara Buana Air (NBA) yang jatuh tewas. Mereka memprotes lambannya penanganan dari pemerintah.

“Kenapa selama kali menolong keluarga kami, harusnya mereka masih hidup, mereka itu pasti mati karena kelaparan dan kedinginan, kalau pemerintah cepat pasti tidak begini,” kata Ida, salah seorang keluarga, sambil menangis histeris, di sekitar posko SAR di Bahorok, Sabtu (1/10).

Lambatnya proses penyelamatan evakuasi korban pesawat Cassa 212 yang jatuh di pegunungan Bahorok, Sumut juga menuai kritik dari anggota DPR. Seharusnya saat lokasi pesawat jatuh ditemukan evakuasi segera dilakukan. Mungkin saja saat itu, masih ada penumpang atau awak yang masih hidup.

“Harus dievaluasi sistem rescue yang ada,” kata anggota Komisi V DPR Yudi Widiana Adia, Sabtu (1/10).
Harus ada perbaikan dalam sistem rescue. Mulai dari peralatan hingga struktur komando. Jadi cuaca tidak lagi menjadi alasan penundaan penyelamatan korban. “Faktor peralatan yang kurang memadai dan seringnya pergantian Kepala Badan SAR sehingga perlu adaptasi dan konsolidasi,” terangnya.

Bupati Aceh Tenggara, Hasanuddin B yang berada di posko berharap, agar tim evakuasi dapat segera melakukan evakuasi terhadap korban, agar pihaknya dapat segera membawa korban ke rumahnya masing-masing.
Mengenai lambannya evakuasi dari pihak Tim SAR oleh keluarga korban yang berada di Bahorok, Menteri Perhubungan, Freddy Numberi langsung membantah.

“ Tidak kita sudah melakukan dengan baik dan sesuai prosedur,” katanya.

Freddy mengaku, untuk melakukan evakuasi tidak semudah yang dibayangkan karena cuaca buruk. “Tim SAR sudah melakukan semua upaya dan saat ini tinggal melakukan pencarian tempat untuk mendirikan helipad darurat agar helikopter bisa mendarat. Lagi pula, Tim SAR tidak bisa melakukan evakuasi karena cuaca buruk,” ujarnya.

“Saya katakan sama Basarnas dan tim apapun dia harus ditembak terus. Begitu cuaca baik, kita harus segera keluarkan dan dievakuasi ke posko Bahorok,”katanya.

Kembali disingung terhadap minimnya fasilitas evakuasi korban seperti helikopter, Freddy menjelaskan bahwa helikopter sudah disediakan sebanyak 4 helikopter.

“Sudah ada 4 helikopter yang beroperasi untuk melakukan evakuasi,” ujarnya. Pihaknya pun sudah berkordinasi dengan pihak terkait terhadap santunan yang diberikan kepada keluarga korban.”Sudah kita lakukan dan pihak-pihak terkait terhadap santunan akan secepatnya dikeluarkan,” ujarnya.
Freddy berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan.
Yulisman, mewakili PT NBA yang juga turun ke posko kepada sejumlah wartawan mengatakan, bahwa pihaknya sangat prihatin dan memohon maaf sebesar-besarnya kepada pihak keluarga korban.
“Saya mohon maaf yang sebesar-besarannya. Karena kita sama-sama tidak menginginkan kejadian seperti ini,” ujar Yulisman seraya menambahkan pihaknya juga akan memberikan santunan kepada pihak korban. (mag-7/jon)

Keluarga histeris mendengar kabar seluruh penumpang pesawat Cassa 212-200 milik PT Nusantara Buana Air (NBA) yang jatuh tewas. Mereka memprotes lambannya penanganan dari pemerintah.

“Kenapa selama kali menolong keluarga kami, harusnya mereka masih hidup, mereka itu pasti mati karena kelaparan dan kedinginan, kalau pemerintah cepat pasti tidak begini,” kata Ida, salah seorang keluarga, sambil menangis histeris, di sekitar posko SAR di Bahorok, Sabtu (1/10).

Lambatnya proses penyelamatan evakuasi korban pesawat Cassa 212 yang jatuh di pegunungan Bahorok, Sumut juga menuai kritik dari anggota DPR. Seharusnya saat lokasi pesawat jatuh ditemukan evakuasi segera dilakukan. Mungkin saja saat itu, masih ada penumpang atau awak yang masih hidup.

“Harus dievaluasi sistem rescue yang ada,” kata anggota Komisi V DPR Yudi Widiana Adia, Sabtu (1/10).
Harus ada perbaikan dalam sistem rescue. Mulai dari peralatan hingga struktur komando. Jadi cuaca tidak lagi menjadi alasan penundaan penyelamatan korban. “Faktor peralatan yang kurang memadai dan seringnya pergantian Kepala Badan SAR sehingga perlu adaptasi dan konsolidasi,” terangnya.

Bupati Aceh Tenggara, Hasanuddin B yang berada di posko berharap, agar tim evakuasi dapat segera melakukan evakuasi terhadap korban, agar pihaknya dapat segera membawa korban ke rumahnya masing-masing.
Mengenai lambannya evakuasi dari pihak Tim SAR oleh keluarga korban yang berada di Bahorok, Menteri Perhubungan, Freddy Numberi langsung membantah.

“ Tidak kita sudah melakukan dengan baik dan sesuai prosedur,” katanya.

Freddy mengaku, untuk melakukan evakuasi tidak semudah yang dibayangkan karena cuaca buruk. “Tim SAR sudah melakukan semua upaya dan saat ini tinggal melakukan pencarian tempat untuk mendirikan helipad darurat agar helikopter bisa mendarat. Lagi pula, Tim SAR tidak bisa melakukan evakuasi karena cuaca buruk,” ujarnya.

“Saya katakan sama Basarnas dan tim apapun dia harus ditembak terus. Begitu cuaca baik, kita harus segera keluarkan dan dievakuasi ke posko Bahorok,”katanya.

Kembali disingung terhadap minimnya fasilitas evakuasi korban seperti helikopter, Freddy menjelaskan bahwa helikopter sudah disediakan sebanyak 4 helikopter.

“Sudah ada 4 helikopter yang beroperasi untuk melakukan evakuasi,” ujarnya. Pihaknya pun sudah berkordinasi dengan pihak terkait terhadap santunan yang diberikan kepada keluarga korban.”Sudah kita lakukan dan pihak-pihak terkait terhadap santunan akan secepatnya dikeluarkan,” ujarnya.
Freddy berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan.
Yulisman, mewakili PT NBA yang juga turun ke posko kepada sejumlah wartawan mengatakan, bahwa pihaknya sangat prihatin dan memohon maaf sebesar-besarnya kepada pihak keluarga korban.
“Saya mohon maaf yang sebesar-besarannya. Karena kita sama-sama tidak menginginkan kejadian seperti ini,” ujar Yulisman seraya menambahkan pihaknya juga akan memberikan santunan kepada pihak korban. (mag-7/jon)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/