MEDAN, SUMUTPOS.CO – Revitalisasi Lapangan Merdeka yang akan dilakukan Wali Kota Medan Bobby Nasution guna menjadikan lapangan bersejarah itu menjadi cagar budaya dan ruang terbuka hijau (RTH) mendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat. Sebab, masyarakat sudah sejak lama ingin agar lapangan yang dulunya bernama de Esplande itu dikembalikan fungsi awalnya sebagai RTH.
Namun setelah Bobby Nasution menjadi orang nomor satu di Pemko Medan itu, barulah aspirasi masyarakat tersebut disahuti dengan “memerdekakan” Lapangan Merdeka. Direncanakan, revitalissi lapangan yang memiliki lahan seluas sekitar 4,88 hektar itu akan dilakukan tahun depan. Saat memimpin rapat Pemaparan Desain Revitalisasi.
Lapangan Merdeka di Balai Kota beberapa hari lalu, Bobby Nasution mengungkapkan, revitalisasi yang dilakukan nantinya tidak hanya menjadikan Lapangan Merdeka sebagai RTH, tapi juga sebagai cagar budaya karena masuk dalam aspek yang dibutuhkan masyarakat.
“Jadi Lapangan Merdeka nantinya akan kita buat RTH untuk menampung segala kegiatan masyarakat di dalamnya, serta sebagai cagar budaya. Kita berharap agar desain yang sudah direncanakan ini dapat segera terwujud. Semoga tahun depan (revitalisasi) bisa kita laksanakan,” harap Bobby Nasution dalam rapat tersebut.
Langkah Bobby Nasution dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat untuk membebaskan Lapangan Merdeka dan mengembalikan fungsinya seperti semula mendapat dukungan penuh dari akademisi Universitas Medan Area (UMA) Yurial Arief Lubis SSos MIP.
Menurut Yurial, langkah yang dilakukan Bobby Nasution sudah sangat tepat, sebab banyak sejarah yang sudah terukir di lapangan tersebut. Di samping itu ia juga menilai penempatan dunia bisnis di Lapangan Merdeka tidak tepat.
“Sebagai akademisi, saya sangat mendukung kebijakan yang dilakukan Wali Kota. Revitalisasi itu kita harapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga mengembalikan Lapangan Merdeka kepada fungsi yang sebenarnya. Dengan demikian masyarakat yang melakukan aktifitas di tempat tersebut, seperti berolahraga maupun kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya mengembangkan kreatifitas merasa lebih tenng dan nyaman,” ungkap Yurial.
Yang paling penting lagi, lanjut Yusrial, bagaimana Pemko Medan bukan hanya berbicara tentang regulasi saja tetapi juga berbicara tentang empowerment atau memperdayakan masyarakat. Di beberapa kota, paparnya, lapangan menjadi pusat kegiatan masyarakat baik aktivitas budaya maupun anak-anak muda. Dengan demikian peletakaan fungsi Lapangan Merdeka sebagai tempat aktivitas masyarakat dapat terjawab.
Selain public service, regulasi dan empowerment, jelas Yurial, satu lagi yang perlu diingat adalah logika development atau pengembangan dan pembangunan itu harus berjalan dengan baik, sehingga kebutuhan dasar dan pelayanan yang diberikan dapat dirasakan masyarakat dengan optimal.
“Saya berharap formalasi ini dapat direalisasikan secepatnya. Kemudian harus mematuhi regulasi untuk menjaga ketertiban agar tidak disalahgunakan. Kemudian revitalisasi yang dilakukan harus transfaran, efektif dan efisien. Yang paling penting lagi, pemberdayaan masyarakat harus tetap dilakukan,” harapnya.
Selain akademisi, dukungan juga disampaikan Dr Safwan Hadi Umry, budayawan dan sastrawan Kota Medan. Menurut Safwan, langkah yang dilakukan Bobby Nasution sudah tepat. Dikatakannya, ada 3 faktor pendukung dalam melakukan revitalisasi Lapangan Merdeka ini. Pertama, ungkapnya, Kota Medan memiliki budaya dan kultur kebersamaan. Sebab, di zaman modern saat ini jarang sekali dilakukan semacam pertemuan kultur budaya karena masing-masing bersosialisasi di rumah bersama kelaurga.
“Jadi Lapangan Merdeka ini dapat dijadikan suatu ruang pertemuan. Kedua, Lapangan Merdeka ini juga merupakan kultur budaya yang dimiliki Kota Medan. Di mana secara historisnya, Lapangan Merdeka merupakan tempat dilakukannya peringatan Kemerdekaan setiap tahunnya,” ujarnya.
Terakhir, lanjutnya, Lapangan Merdeka yang nantinya dijadikan sebagai RTH ini bisa dijadikan sebagai tempat pesta budaya. “Jadi segala suku bisa berkumpul dan menggelar pertunjukan seni dan budaya, sehingga tidak ada pemisahan. Dengan adanya wilayah terbuka ini kiranya bisa menyatukan aspirasi kita bersama, menyatukan kembali kecintaan terhadap budaya lokal yang kita miliki,” ungkap Safwan.
Menurut Safwan, kebijakan yang dilakukan Wali Kota ini harus didukung seluruh masyarakat Kota Medan. Bagaimana pun, ungkapnya, kebijakan rvitalisasi yang dilakukan ini dari masyarakat Kota Medan untuk masyarakat Kota Medan itu sendiri. Dikatakannya, tidak selamanya pemimpin itu abadi dn menilai Bobby Nasution setidaknya ingin meninggalkan jejak yang bagus untuk masyarakat Kota Medan ini.
Disamping itu, harapnya, revitalisasi Lapangan Merdeka sebagai tata ruang dan Kesawan sebagai pusat kuliner ASIA jangan hanya sekedar pernyataan saja. “Jadi langkah yang dilakukan Pak Wali untuk merevitalisasi Lapangan Merdeka harus kita bantu dan dukung. Sebagai masyarakat Kota Medan yang terkenal dengan sebutan Paris van Sumatera, kita harus bersatu membangun Paris budaya, sosial, dan masyarakat dengan menampilkan suatu wajah Kota Medan. Jika ini dapat terwujud, kita bisa menikmati kembali permainan tradisional di Lapangan Merdeka, bisa pagi maupun malam hari, sambil bentang tikar, makan makanan tradisonal serta mendengarkan alunan musik akustik. Tentunya kebijakan Pak Wali Kota perlu kita dukung,” harap Safwan. (rel/ila)