Setelah menabrak 15 muridnya, muncul berbagai pertanyaan tentang sosok Marini. Guru yang gagal menguasai mobilnya saat posisi mundur itu memang mengingatkan kasus Afriyani di Jakarta beberapa waktu lalu yang menwaskan sembilan orang.
Pertanyaannya, mungkinkah Marini dalam kondisi seperti Afriyani yang positif mengonsumsi narkoba? “Dia sehat (Marini, Red)tidak dalam keadaan sakit,” tegas Kasat Lantas Polresta Medan Kompol M Risya Mustario, kemarin.
Pernyataan Risya didapat setelah Marini diserahkan oleh pihak keluarga pelaku ke Satuan Lalu Lintas Polresta Medan, Jumat (2/3) sore sekitar pukul 17.30 WIB. Risya menambahkan Marini dititipkan rumah tahan wanita di Polresta Medan.”Hasil penyeledikan dari CCTV dia adalah pelaku tunggal dalam kejadian,” ungkapnya.
Sebelumnya, Marini yang didamping pihak keluarga enggan berkomentar atas kejadian yang dialaminya. Marini dengan mengguna pakaian berwarna abu-abu menutupi mukanya menuju ruang pemeriksaan unit Lakalantas Satlantas Polresta Medan di Lantai II gedung Satlantas Polresta Medan.
Di dalam ruang pemeriksaan Marini hanya tertunduk sambil dilakukan pemeriksaan oleh juru periksa Satlantas Polresta Medan.
Sementara itu Awi bapak pelaku kepada sejumlah wartawan mengatakan meminta maaf kepada pihak korban atas kejadian ini.”Saya minta maaf kepada semua korban atas kejadian ini,”pintanya.
Lanjut pria tua ini mengungkapkan bahwa pagi harinya, pelaku sempat menelepon untuk menanyakkan kabar dan izin pamit pergi kerja.”Tadi pagi menelpon aku dan aku pun tahu kejadian ini,” sebutnya.
“Begitu tahu, aku tahu langsung kesini, Marini juga yang menelepon aku,” tambah Awi yang bekerja sebagai nahkoda kapal penangkap ikan di perairan kawasan Tanjungbalai.
Marini merupakan mahasiswi IT&B di Jalan Mahoni Medan, semester VI dan sudah bekerja Perguruan Buddhis Bodhocittia selama dua tahun, setahun pernah menjadi kasir sekolah ini, kemudian bekerja sebagai guru TK. “Anakku kuliah di Medan, semester terakhir, sudah dua tahun dia bekerja di sekolah itu,” pungkas Awi. (gus)