Medan- Kurikulum 2013 dinilai sangat bagus untuk membangkitkan kemampuan nalar dan kreativitas anak didik secara merata di Indonesia. Sayangnya, penerapan kurikulum 2013 terkesan tergesa-gesa atau dipaksakan.
Ini mengingat masih banyaknya pertanyaan, keberatan, dan kontroversi di sekitar kurikulum yang akan dilaksanakan mulai 15 Juli 2013 itu. Padahal masa bakti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) hanya tersisa satu setengah tahun lagi.
Hal itu diungkapkan Rektor Uinversitas Islam Sumatera Utara (UISU) Prof Ir H Zulkarnain Lubis MS, PhD saat menjadi pembicara pada seminar Hari Pendidikan Nasional “Sistem Kurikulum 2013” yang digelar mahasiswa Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UISU di auditorium Kampus Al-Munawwarah, Jalan Sisingamangaraja Medan, Sabtu (1/5).
Dalam seminar itu juga berbicara Kadis Pendidikan (Kadisdik) Kota Medan yang diwakili Kepala Seksi (Kasi) Kurikulum Drs Supri Harahap MPd, dan Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Dr Syaiful Sagala MPd. Seminar yang diikuti ratusan mahasiswa FKIP UISU ini dipandu Ernawati SPd, MPd dan dihadiri Dekan FKIP UISU diwakili Pembantu Dekan (PD) III Slamet Haris.
Prof Zulkarnain menyatakan pengambil kebijakan di Kemendikbud terlalu ambisius untuk mengebut penerapan kurikulum 2013. Dan itu terlihat dari anggaran yang disiapkan begitu besar guna mempersiapkan “proyek” itu di jajaran kementrian, kepala dinas, pengawas, pendidik serta melatih master teacher dan seterusnya untuk diduplikasikan ke sekolah lainnya.
“ Memang pemerintah memprioritaskan implementasi kurikulum 2013 bagi sekolah eks RSBI dan sekolah berakreditasi A di 6.325 sekolah yang ada di Indonesia. Kemendikbud akan melatih guru-guru mulai minggu ketiga bulan Juni sampai awal Juli. Ini terlalu ambisius, karena antara waktu yang tersedia untuk menyiapkan para guru terlalu singkat dan dirasa tidak mungkin,” katanya
Padahal, kata Prof Zulkarnain, mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulum. Sebab, perubahan kurikulum tidak akan bisa memperbaiki mutu pendidikan, jika tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas guru, serta dukungan sarana- prasarana yang optimal.
“Diantara ketiga faktor tersebut, seharusnya kurikulum adalah masalah yang terakhir dibenahi. Yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu adalah sarana prasarana dan kualitas guru serta tidak meratanya distribusi guru,” jelasnya
Sementara itu, Supri Harahap mengatakan, pelaksanaan Kurikulum 2013 memberi ruang belajar yang lebih terbuka kepada anak-anak tingkat sekolah dasar (SD) untuk tidak terus dipaksa belajar dalam ruangan yang kaku.
“ Dengan kurikulum 2013, anak SD tak lagi dibebani jumlah mata pelajaran dan PR yang banyak. Dengan pengintegarisan sejumlah mata pelajaran, anak-anak diharapkan akan belajar dengan bahagia, tidak lagi seperti saat ini yang dicekoki PR yang banyak ,” paparnya.
Sedangkan Guru Besar Unimed Prof Syaiful Sagala mengungkapkan, impelementasi kurikulum 2013 masih menyimpan sejumlah persoalan. Misalnya soal pengintegrasian mata pelajaran IPA ke mata pelajaran Bahasa Indonesia akan muncul masalah, guru apa nantinya yang berkewajiban melakukan evaluasi. Dia membenarkan bahwa mata pelajaran di SD memang berkurang, tetapi durasi belajarnya bertambah dari 32 menjadi 34 jam. (mag-8)