25 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Sebagian Besar Penghuni Kos

LOKASI Kebakaran: Sejumlah warga mendatangi lokasi kebakaran di Jalan S Parman, Kelurahan Petisah Hulu, Kecamatan Medan Baru, Rabu (2/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kebakaran di kawasan permukiman Jalan S Parman, Medan, menghanguskan 43 rumah. Akibatnya, 385 orang mengungsi. “Pendataan kita total ada 43 rumah terbakar,” kata Kepala Lingkungan 9, Kelurahan Petisah Hulu, Medan Baru, Misli Lubis, ditemui di lokasi, Rabu (2/10).

Misli mengatakan, sebagian rumah yang terbakar diperuntukkan sebagai indekos. Pengungsi di antaranya merupakan penghuni indekos. Sementara itu, jumlah keluarga pemilik rumah yang jadi korban ada 63 orang.

“Saat ini sebagian warga ada yang mengungsi di posko, namun sebagian besar korban mengungsi ke rumah kerabat atau saudaranyan

yang ada di sekitar sini,” ujar Misli.

Di lokasi pengungsian yang juga berada di kawasan Jalan S Parman, sejumlah korban kebakaran mendatangi lokasi kebakaran untuk mengais barang-barang yang tersisa. Mencari barang berharga yang mungkin masih ada, dari puing-puing rumah mereka yang hangus. “Kalau cari surat berharga pasti sudah tak mungkin,” kata seorang korban, Edi Junaidi, Rabu (2/10).

Dia dan dua rekannya terlihat sibuk menyibak arang dan puing bekas kebakaran. Cincin, kalung dan barang berharga lainnya yang mereka cari.

Junaidi bercerita saat api mulai berkobar, yang ada dipikirannya hanyalah menyelamatkan keluarganya, terutama cucu-cucunya. Tak terpikirkan lagi olehnya untuk menyelamatkan harta yang lain.

Sebab, api begitu cepat menyambar dari rumah ke rumah. Beruntung baginya, seluruh keluarganya selamat. Dua rumah keluarga itu habis terbakar, bersama puluhan rumah lainnya.

Angin yang cukup kencang pada malam itu memang membuat api dengan cepat menjalar dari satu rumah ke rumah lain. Warga dengan alat seadanya berupaya memadamkan api, tetapi tak sanggup melawan api. “Apinya seperti hantu. Seram,” kata warga lainnya Herlina Nasution.

Sama seperti Edi, sesaat sebelum kejadian, dia sementara berkumpul dengan beberapa cucunya. Tiba-tiba, dari arah belakang, suasana gaduh. Warga berteriak-teriak. Dia keluar dan menengok. “Api sudah berkobar. Cepat sekali. Kami langsung lari. Tak ada barang yang bisa diselamatkan,” bebernya.

Dia mengibaratkan api yang menyala-nyala itu seperti hantu. Membesar dengan sangat cepat, seolah-olah akan menerkam dia dan cucunya. Gemetaran karena takut, mereka berhamburan ke luar rumah. Hari ini (kemarin,Red), dia terlihat lesu. Matanya masih sembab. Rumahnya luluh lantak.

Posisi rumahnya persis di tengah-tengah puluhan rumah yang ikut hangus terbakar. Sisa-sisa upaya pemadaman api oleh petugas masih terlihat jelas. Air masih menggenangi sebagian besar lantai rumah di sana. Di beberapa sudut, asap-asap kecil masih mengepul habis sisa kebakaran semalam. (bbs/ila)

LOKASI Kebakaran: Sejumlah warga mendatangi lokasi kebakaran di Jalan S Parman, Kelurahan Petisah Hulu, Kecamatan Medan Baru, Rabu (2/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kebakaran di kawasan permukiman Jalan S Parman, Medan, menghanguskan 43 rumah. Akibatnya, 385 orang mengungsi. “Pendataan kita total ada 43 rumah terbakar,” kata Kepala Lingkungan 9, Kelurahan Petisah Hulu, Medan Baru, Misli Lubis, ditemui di lokasi, Rabu (2/10).

Misli mengatakan, sebagian rumah yang terbakar diperuntukkan sebagai indekos. Pengungsi di antaranya merupakan penghuni indekos. Sementara itu, jumlah keluarga pemilik rumah yang jadi korban ada 63 orang.

“Saat ini sebagian warga ada yang mengungsi di posko, namun sebagian besar korban mengungsi ke rumah kerabat atau saudaranyan

yang ada di sekitar sini,” ujar Misli.

Di lokasi pengungsian yang juga berada di kawasan Jalan S Parman, sejumlah korban kebakaran mendatangi lokasi kebakaran untuk mengais barang-barang yang tersisa. Mencari barang berharga yang mungkin masih ada, dari puing-puing rumah mereka yang hangus. “Kalau cari surat berharga pasti sudah tak mungkin,” kata seorang korban, Edi Junaidi, Rabu (2/10).

Dia dan dua rekannya terlihat sibuk menyibak arang dan puing bekas kebakaran. Cincin, kalung dan barang berharga lainnya yang mereka cari.

Junaidi bercerita saat api mulai berkobar, yang ada dipikirannya hanyalah menyelamatkan keluarganya, terutama cucu-cucunya. Tak terpikirkan lagi olehnya untuk menyelamatkan harta yang lain.

Sebab, api begitu cepat menyambar dari rumah ke rumah. Beruntung baginya, seluruh keluarganya selamat. Dua rumah keluarga itu habis terbakar, bersama puluhan rumah lainnya.

Angin yang cukup kencang pada malam itu memang membuat api dengan cepat menjalar dari satu rumah ke rumah lain. Warga dengan alat seadanya berupaya memadamkan api, tetapi tak sanggup melawan api. “Apinya seperti hantu. Seram,” kata warga lainnya Herlina Nasution.

Sama seperti Edi, sesaat sebelum kejadian, dia sementara berkumpul dengan beberapa cucunya. Tiba-tiba, dari arah belakang, suasana gaduh. Warga berteriak-teriak. Dia keluar dan menengok. “Api sudah berkobar. Cepat sekali. Kami langsung lari. Tak ada barang yang bisa diselamatkan,” bebernya.

Dia mengibaratkan api yang menyala-nyala itu seperti hantu. Membesar dengan sangat cepat, seolah-olah akan menerkam dia dan cucunya. Gemetaran karena takut, mereka berhamburan ke luar rumah. Hari ini (kemarin,Red), dia terlihat lesu. Matanya masih sembab. Rumahnya luluh lantak.

Posisi rumahnya persis di tengah-tengah puluhan rumah yang ikut hangus terbakar. Sisa-sisa upaya pemadaman api oleh petugas masih terlihat jelas. Air masih menggenangi sebagian besar lantai rumah di sana. Di beberapa sudut, asap-asap kecil masih mengepul habis sisa kebakaran semalam. (bbs/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/