29 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Tembok penginapan Sidebuk-debuk Ambruk, 7 Mahasiswa Tewas Tertimbun

AMBRUK:
Polisi berada di lokasi penginapan yang ambruk di Pemandian Air Panas Daun Paris, Raja Berneh, Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo. Dalam peristiwa ini, 7 mahasiswa UNPRI Medan tewas tertimpa.

KARO, SUMUTPOS.CO – Malam keakraban antar Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) di Pemandian Air Panas Daun Paris, Raja Berneh, Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Kebupaten Karo berujung maut. Tujuh mahasiswi Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Medan tewas tertimbun berbatuan tembok pondok, yang ambruk pascahujan deras beberapa jam sebelumnya. Sementara 9 mahasiswa lainnya luka-luka.

TRAGEDI mencekam itu terjadi Minggu (2/12) sekira pukul 06.00 WIB pagi, pascahujan deras disertai angin kencang melanda Tanah Karo, sejak sekitar pukul 03.30 pagi.

Data dirangkum Sumut Pos, malam kekeluargaan dan keakraban IMKA ini digelar dengan tema ‘Dalinta Ersada Guna Erbudaya, Erkeluarga Ras Erkarya (jalan untuk bersatu dalam berbudaya, berkeluarga dan berkarya). Kegiatan reunian tersebut dilaksanakan sesuai jadwal undangan yang telah disebar. Sebanyak 54 orang dijadwalkan hadir.

Lokasi tempat kumpul sesuai undangan dipilih di pemandian air panas Raja Berneh Daun Paris, milik Efianto Sembiring. Sabtu (1/12) siang, para mahasiswa dari berbagai universitas di Medan itu berangkat dari Medan menumpangi bus. Setelah menempuh sekitar dua jam perjalanan darat, sekitar pukul 15.00 WIB rombongan tiba di Pemandian Air Panas Sidebuk-debuk.

Setelah beristirahat sejenak, malam harinya rombongan menggelar acara malam keakrabann
dilanjutkan dengan mandi dan berenang di kolam air panas. Setelah puas menikmati pemandian alam di kaki Gunung Sibayak itu, sekira pukul 02.00 WIB dinihari, para peserta akhirnya beristirahat di pondok-pondok yang dibangun hanya beberapa meter dari kolam pemandian.

Karena bangunan pondok tak terlalu besar, para mahasiswa tidur berjejalan dengan posisi kepala ke dinding.

Sekitar pukul 03.30 WIB dinihari, hujan yang sangat deras disertai angin kencang mengguyur Tanah Karo dan Kota Medan sekitarnya. Saat itu, para mahasiswa yang kelelahan sudah tertidur pulas.

Diduga tidak kuat menahan jumlah debit air, sekira pukul 06.00 WIB pagi, tembok penahan penginapan mendadak rubuh. Longsoran bermaterial tanah dan bebatuan ukuran besar runtuh menimbun pondok yang ditempati para cewek.

Ambruknya dinding penginapan, sontak menggemparkan para mahasiswa lain yang tidur di pondok sebelahnya. Dibantu warga Desa Semangat Gunung, para mahasiswa berusaha menyelamatkan rekan mereka yang tertimbun.

Setelah dihubungi warga, Kapolsek Simpang Empat AKP Nazrides Syarif, SH dan Danramil Simpang Empat Kapten Inf. J.Surbakti tiba di lokasi bersama puluhan anggotanya. Dibantu warga sekitar dan dengan peralatan sedanya, petugas berhasil mengevakuasi para korban.

Naas, 7 mahasiswa yang tertimbun, ditemukan telah tewas dengan kondisi mengenaskan. Sedang 9 lagi selamat dan menderita luka.

Oleh petugas, para korban tewas dan luka diboyong ke Rumah Sakit Amanda dan Efarina Berastagi. Setelah melakukan pendataan, polisi akhirnya berhasil mengidentifikasi para korban tewas.

Ketujuh korban tewas masing-masing: Sartika Theresia Br Perangin-angin, (21), warga Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo; Emiya Elisa Gita Br Tarigan (22) warga Sukamakmur, Deliserdang; Monesi Aruan Br Hia (20) warga Siso Bahoo, Kecamatan Mandehe, Kabupaten Nias Barat; Enjelina Br Ginting (22) warga Jalan Penerbangan Padang Bulan Medan; Kerin Julanaita Br Bangun (20) warga Jalan Samura Kabanjahe; Leni Girsang (22) warga Medan; Grace Hutauruk (20) warga Medan. Ketujuhnya berstatus mahasiswa Universitas Prima Indonesia di Medan.

Sementara itu, ke-9 korban luka dan masih menjalani perawatan di dua rumah sakit masing-masing, Andika (23) warga Medan, menderita luka lecet di kaki kiri; Novita Sari (19) warga Simpang Ujung Aji Berastagi menderita luka robek di telinga kanan, kelopak mata dan kepala kanan memar dan bengkak.

Selanjutnya Afinda (22) warga Desa Bukit, Kecamatan Dolatrayat mengalami patah kedua tangan; Desi Br. Sinambela (21) warga Binjai menderita luka di pergelangan kedua tangan; Putri Yolanda (19) warga Desa Gongsol, Kecamatan Merdeka menderita masalah di persendian tangan kanan hingga tak bisa digerakkan.

Selanjutnya Janeta (18) warga Jalan Samura, Gang Cendrawasih menderita sakit di pinggang; Indra (21) warga Balata dengan kondisi lutut kaki kiri lecet. Ketujuhnya dirawat di Rumah Sakit Amanda Berastagi.

Sedang dua korban luka lagi dirawat di Rumah Sakit Efarina Berastagi, masing-masing Heni (20) dan Grace (20), keduanya sama-sama tinggal di Medan.

Cuaca Ekstrim
Dua sebulan belakangan, Tanah Karo memang tengah dilanda cuaca ekstrim berupa hujan deras dan angin kencang. Namun seminggu belakangan ini, intensitas hujan naik. Hujan deras mengguyur hampir semua wilayah Kabupaten Karo, baik siang maupun malam hari.

“Memang seminggu belakangan ini hujan turun di sini. Hampir tiap hari hujan deras. Namun tadi pagi dan dua hari sebelum kejadian, hujan turun paling deras. Tadi pagi dari subuh, hujannya disertai angin kencang,” ungkap Kawar Tarigan, warga Desa Semangat Gunung.

Kawar sendiri saat kejadian, mengaku masih tidur pulas di rumahnya. Dia datang ke lokasi setelah mendapat info dari tetangganya yang heboh.

Kepala Desa Semangat Gunung, Akhyar Ginting, saat dihubungi mengatakan longsor terjadi secara tiba-tiba. “Semua korban baik yang meninggal dan luka sudah dibawa ke rumah sakit. Data yang saya peroleh, korban tidak hanya warga Tanah Karo, tapi ada juga warga luar Karo,” katanya.

Dikatakan Ahyat, saat kejadian para mahasiswa tengah tidur di pondok lokasi pemandian. “Tiba-tiba saja tembok penahan pondok ambruk sehingga menimpa para korban,” ujarnya.

Kapolsek Simpang Empat AKP Nazrides Syarif mengaku hingga sore pihaknya masih mendata identitas para korban. “Para korban dievakuasi ke rumah sakit. Kita juga sedang melakukan pendataan jumlah mahasiswa untuk memastikan tak ada lagi korban lainnya,” ujarnya.

Dia juga mengingatkan warga yang tinggal di sekitar perbukitan untuk meningkatkan kewaspadaan. “Ini ‘kan musim hujan. Jadi warga kita himbau agar waspada, apalagi saat hujan lebat. Warga yang memiliki rumah di atas maupun di bawah bukit diimbau mengungsi sementara ke tempat yang aman, agar agar terhindar dari longsor yang sewaktu-waktu bisa terjadi,” katanya.

Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut, AKBP Tatan Dirsan Atmaja SIK, mengatakan tragedi maut di lokasi wisata pemandian air panas Lau Sidebuk-debuk itu terjadi akibat lapuknya dinding pemandian, yang menimpa joglo tempat para korban tengah tidur.

Tatan mengatakan, personel Polres Karo sudah melakukan olah tempat kejadian dan mendata para korban. Saat ini, pihak kepolisian masih mengedepankan sisi kemanusian. “Itu dulu yang kita kerjakan saat ini,” pungkasnya.

Rektorat UNPRI: Inisiatif Mereka Sendiri
Kegiatan malam keakraban yang dilakukan mahasiswa Universitas Prima Indonesia (UNPRI), ternyata tidak diketahui oleh pihak rektorat. Pihak kampus mengklaim, para mahasiswa pergi dengan insiatif sendiri, dan tanpa diketahui oleh pihak UNPRI.

Rektor UNPRI, Dr. Chrismis Novalinda Ginting, menegaskan liburan atau disebut dengan malam keakraban yang dilakukan para korban di Pemandian Sidebuk-debuk, tanpa sepengetahuan pihak rektorat.

“Kami mendapatkan informasi bahwa para mahasiswa ini pergi atas inisiatif mereka sendiri untuk berlibur dan berwisata ke tempat pemandian air panas ini,” ucap Chrismis kepada wartawan, Minggu (2/12) sore .

Chrismis menjelaskan, saat ini tim Rektorat masih berada di RS Amanda dan RS Efarina untuk memdampingi korban-korban luka yang masih dirawat. Team Rektorat juga tetap berkomunikasi dengan pihak keluarga korban.

“Saya beserta seluruh segenap civitas akademika UNPRI, menyampaikan ungkapan belasungkawa dan turut berdukacita yang sedalam-dalamnya atas peristiwa bencana alam tanah longsor di desa Doulu, Kabupaten Karo, yang mengakibatkan adanya korban jiwa dari UNPRI. Kami mendoakan semoga korban yang meninggal dunia diterima di sisi Tuhan yang Maha Esa. Dan kepada para keluarga korban diberi kekuatan, ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi musibah ini,” pungkasnya.

Kepala Humas UNPRI, Devi Marlin, juga membenarkan para korban liburan atas insiatif sendiri. Meski begitu, pihak rektorat UNPRI merasakan berduka mendalam atas peristiwa yang dialami para korban. Devi mengungkapkan, pihak UNPRI sudah berada di lokasi kejadian untuk mengetahui kronologis kejadian. “Tadi sudah ada koordinasi dengan Polres Karo. Kita dikonfirmasi apa benar ini mahasiswa UNPRI. Ya, kita benarkan,” sebut Devi. (deo/dvs/gus)

AMBRUK:
Polisi berada di lokasi penginapan yang ambruk di Pemandian Air Panas Daun Paris, Raja Berneh, Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo. Dalam peristiwa ini, 7 mahasiswa UNPRI Medan tewas tertimpa.

KARO, SUMUTPOS.CO – Malam keakraban antar Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) di Pemandian Air Panas Daun Paris, Raja Berneh, Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Kebupaten Karo berujung maut. Tujuh mahasiswi Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Medan tewas tertimbun berbatuan tembok pondok, yang ambruk pascahujan deras beberapa jam sebelumnya. Sementara 9 mahasiswa lainnya luka-luka.

TRAGEDI mencekam itu terjadi Minggu (2/12) sekira pukul 06.00 WIB pagi, pascahujan deras disertai angin kencang melanda Tanah Karo, sejak sekitar pukul 03.30 pagi.

Data dirangkum Sumut Pos, malam kekeluargaan dan keakraban IMKA ini digelar dengan tema ‘Dalinta Ersada Guna Erbudaya, Erkeluarga Ras Erkarya (jalan untuk bersatu dalam berbudaya, berkeluarga dan berkarya). Kegiatan reunian tersebut dilaksanakan sesuai jadwal undangan yang telah disebar. Sebanyak 54 orang dijadwalkan hadir.

Lokasi tempat kumpul sesuai undangan dipilih di pemandian air panas Raja Berneh Daun Paris, milik Efianto Sembiring. Sabtu (1/12) siang, para mahasiswa dari berbagai universitas di Medan itu berangkat dari Medan menumpangi bus. Setelah menempuh sekitar dua jam perjalanan darat, sekitar pukul 15.00 WIB rombongan tiba di Pemandian Air Panas Sidebuk-debuk.

Setelah beristirahat sejenak, malam harinya rombongan menggelar acara malam keakrabann
dilanjutkan dengan mandi dan berenang di kolam air panas. Setelah puas menikmati pemandian alam di kaki Gunung Sibayak itu, sekira pukul 02.00 WIB dinihari, para peserta akhirnya beristirahat di pondok-pondok yang dibangun hanya beberapa meter dari kolam pemandian.

Karena bangunan pondok tak terlalu besar, para mahasiswa tidur berjejalan dengan posisi kepala ke dinding.

Sekitar pukul 03.30 WIB dinihari, hujan yang sangat deras disertai angin kencang mengguyur Tanah Karo dan Kota Medan sekitarnya. Saat itu, para mahasiswa yang kelelahan sudah tertidur pulas.

Diduga tidak kuat menahan jumlah debit air, sekira pukul 06.00 WIB pagi, tembok penahan penginapan mendadak rubuh. Longsoran bermaterial tanah dan bebatuan ukuran besar runtuh menimbun pondok yang ditempati para cewek.

Ambruknya dinding penginapan, sontak menggemparkan para mahasiswa lain yang tidur di pondok sebelahnya. Dibantu warga Desa Semangat Gunung, para mahasiswa berusaha menyelamatkan rekan mereka yang tertimbun.

Setelah dihubungi warga, Kapolsek Simpang Empat AKP Nazrides Syarif, SH dan Danramil Simpang Empat Kapten Inf. J.Surbakti tiba di lokasi bersama puluhan anggotanya. Dibantu warga sekitar dan dengan peralatan sedanya, petugas berhasil mengevakuasi para korban.

Naas, 7 mahasiswa yang tertimbun, ditemukan telah tewas dengan kondisi mengenaskan. Sedang 9 lagi selamat dan menderita luka.

Oleh petugas, para korban tewas dan luka diboyong ke Rumah Sakit Amanda dan Efarina Berastagi. Setelah melakukan pendataan, polisi akhirnya berhasil mengidentifikasi para korban tewas.

Ketujuh korban tewas masing-masing: Sartika Theresia Br Perangin-angin, (21), warga Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo; Emiya Elisa Gita Br Tarigan (22) warga Sukamakmur, Deliserdang; Monesi Aruan Br Hia (20) warga Siso Bahoo, Kecamatan Mandehe, Kabupaten Nias Barat; Enjelina Br Ginting (22) warga Jalan Penerbangan Padang Bulan Medan; Kerin Julanaita Br Bangun (20) warga Jalan Samura Kabanjahe; Leni Girsang (22) warga Medan; Grace Hutauruk (20) warga Medan. Ketujuhnya berstatus mahasiswa Universitas Prima Indonesia di Medan.

Sementara itu, ke-9 korban luka dan masih menjalani perawatan di dua rumah sakit masing-masing, Andika (23) warga Medan, menderita luka lecet di kaki kiri; Novita Sari (19) warga Simpang Ujung Aji Berastagi menderita luka robek di telinga kanan, kelopak mata dan kepala kanan memar dan bengkak.

Selanjutnya Afinda (22) warga Desa Bukit, Kecamatan Dolatrayat mengalami patah kedua tangan; Desi Br. Sinambela (21) warga Binjai menderita luka di pergelangan kedua tangan; Putri Yolanda (19) warga Desa Gongsol, Kecamatan Merdeka menderita masalah di persendian tangan kanan hingga tak bisa digerakkan.

Selanjutnya Janeta (18) warga Jalan Samura, Gang Cendrawasih menderita sakit di pinggang; Indra (21) warga Balata dengan kondisi lutut kaki kiri lecet. Ketujuhnya dirawat di Rumah Sakit Amanda Berastagi.

Sedang dua korban luka lagi dirawat di Rumah Sakit Efarina Berastagi, masing-masing Heni (20) dan Grace (20), keduanya sama-sama tinggal di Medan.

Cuaca Ekstrim
Dua sebulan belakangan, Tanah Karo memang tengah dilanda cuaca ekstrim berupa hujan deras dan angin kencang. Namun seminggu belakangan ini, intensitas hujan naik. Hujan deras mengguyur hampir semua wilayah Kabupaten Karo, baik siang maupun malam hari.

“Memang seminggu belakangan ini hujan turun di sini. Hampir tiap hari hujan deras. Namun tadi pagi dan dua hari sebelum kejadian, hujan turun paling deras. Tadi pagi dari subuh, hujannya disertai angin kencang,” ungkap Kawar Tarigan, warga Desa Semangat Gunung.

Kawar sendiri saat kejadian, mengaku masih tidur pulas di rumahnya. Dia datang ke lokasi setelah mendapat info dari tetangganya yang heboh.

Kepala Desa Semangat Gunung, Akhyar Ginting, saat dihubungi mengatakan longsor terjadi secara tiba-tiba. “Semua korban baik yang meninggal dan luka sudah dibawa ke rumah sakit. Data yang saya peroleh, korban tidak hanya warga Tanah Karo, tapi ada juga warga luar Karo,” katanya.

Dikatakan Ahyat, saat kejadian para mahasiswa tengah tidur di pondok lokasi pemandian. “Tiba-tiba saja tembok penahan pondok ambruk sehingga menimpa para korban,” ujarnya.

Kapolsek Simpang Empat AKP Nazrides Syarif mengaku hingga sore pihaknya masih mendata identitas para korban. “Para korban dievakuasi ke rumah sakit. Kita juga sedang melakukan pendataan jumlah mahasiswa untuk memastikan tak ada lagi korban lainnya,” ujarnya.

Dia juga mengingatkan warga yang tinggal di sekitar perbukitan untuk meningkatkan kewaspadaan. “Ini ‘kan musim hujan. Jadi warga kita himbau agar waspada, apalagi saat hujan lebat. Warga yang memiliki rumah di atas maupun di bawah bukit diimbau mengungsi sementara ke tempat yang aman, agar agar terhindar dari longsor yang sewaktu-waktu bisa terjadi,” katanya.

Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut, AKBP Tatan Dirsan Atmaja SIK, mengatakan tragedi maut di lokasi wisata pemandian air panas Lau Sidebuk-debuk itu terjadi akibat lapuknya dinding pemandian, yang menimpa joglo tempat para korban tengah tidur.

Tatan mengatakan, personel Polres Karo sudah melakukan olah tempat kejadian dan mendata para korban. Saat ini, pihak kepolisian masih mengedepankan sisi kemanusian. “Itu dulu yang kita kerjakan saat ini,” pungkasnya.

Rektorat UNPRI: Inisiatif Mereka Sendiri
Kegiatan malam keakraban yang dilakukan mahasiswa Universitas Prima Indonesia (UNPRI), ternyata tidak diketahui oleh pihak rektorat. Pihak kampus mengklaim, para mahasiswa pergi dengan insiatif sendiri, dan tanpa diketahui oleh pihak UNPRI.

Rektor UNPRI, Dr. Chrismis Novalinda Ginting, menegaskan liburan atau disebut dengan malam keakraban yang dilakukan para korban di Pemandian Sidebuk-debuk, tanpa sepengetahuan pihak rektorat.

“Kami mendapatkan informasi bahwa para mahasiswa ini pergi atas inisiatif mereka sendiri untuk berlibur dan berwisata ke tempat pemandian air panas ini,” ucap Chrismis kepada wartawan, Minggu (2/12) sore .

Chrismis menjelaskan, saat ini tim Rektorat masih berada di RS Amanda dan RS Efarina untuk memdampingi korban-korban luka yang masih dirawat. Team Rektorat juga tetap berkomunikasi dengan pihak keluarga korban.

“Saya beserta seluruh segenap civitas akademika UNPRI, menyampaikan ungkapan belasungkawa dan turut berdukacita yang sedalam-dalamnya atas peristiwa bencana alam tanah longsor di desa Doulu, Kabupaten Karo, yang mengakibatkan adanya korban jiwa dari UNPRI. Kami mendoakan semoga korban yang meninggal dunia diterima di sisi Tuhan yang Maha Esa. Dan kepada para keluarga korban diberi kekuatan, ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi musibah ini,” pungkasnya.

Kepala Humas UNPRI, Devi Marlin, juga membenarkan para korban liburan atas insiatif sendiri. Meski begitu, pihak rektorat UNPRI merasakan berduka mendalam atas peristiwa yang dialami para korban. Devi mengungkapkan, pihak UNPRI sudah berada di lokasi kejadian untuk mengetahui kronologis kejadian. “Tadi sudah ada koordinasi dengan Polres Karo. Kita dikonfirmasi apa benar ini mahasiswa UNPRI. Ya, kita benarkan,” sebut Devi. (deo/dvs/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/