25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Warga Ngotot Pembangunan De Glass Residence Tak Dilanjutkan

Jika Proyek Apartemen De Glass Residence Tak Distanvaskan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Jalan Gelas dan Jalan Belanga, Sei Putih Tengah, Medan Petisah, yang keberatan dengan proyek apartemen De Glass Residence, tetap ngotot pembangunan tak dilanjutkan. Sebab, pembangunan apartemen dua tower setinggi 26 lantai tersebut mengganggu kenyamanan warga dan dampak lainnya di kemudian hari.

“Warga tetap menolak karena tidak hanya melihat ketika pembangunan proyek ini berjalan, tetapi ke depannya juga apabila apartemen itu berdiri. Apalagi, dengan ketinggian mencapai 26 lantai,” kata kuasa hukum warga yang keberatan, Fernando Sitompul saat dihubungi, akhir pekan lalu.

Menurut Fernando, dampak yang dirasakan warga terutama yang bersinggungan langsung atau berdekatan dengan apartemen. Seperti, aktivitas warga sehari-hari terganggu dari aspek lalu lintas karena tentunya menimbulkan kemacetan. Kemudian persoalan air, karena dengan ketinggian lebih dari 20 lantai tentu menyerap air tanah. “Kita minta dikaji ulang proyek tersebut. Dalam waktu dekat, kita akan mengadukan ke Komisi D DPRD Medan,” tuturnya.

Disinggung terkait kroscek ulang terhadap warga yang setuju dan melakukan tanda tangan keberadaan pembangunan De Glass Residence, Fernando menyebutkan, hingga kini belum ada dilakukan. Padahal, dari hasil pertemuan beberapa waktu lalu telah disepakati. “Saya sudah tanyakan kepada pihak kelurahan (Sei Putih Tengah) kapan rencana dilakukan korscek ulang itu? Jawabannya, kebetulan lurahnya sedang ada kesibukan rapat di kantor wali kota,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, sejauh ini memang pembangunan tidak ada lagi atau dihentikan sementara. Bahkan, alat berat yang digunakan untuk memasang paku bumi dengan sistem hidrolik jack in pile telah ditarik. Namun begitu, warga tetap mengawasi proyek tersebut. Sebab, dikhawatirkan suatu saat kembali melakukan aktivitas.

“Sebelumnya sudah pernah dihentikan sementara dan diawasi warga. Tapi, warga kecolongan dan proyek itu beraktivitas kembali. Mereka memasukkan mesin pada tengah malam saat warga sedang tidur terlelap,” pungkasnya.

Hal senada disampaikan P Boru Hutahaean, salah seorang warga yang rumahnya berdekatan dengan proyek tersebut. Diutarakan dia, ketika terjadi pemasangan paku bumi, maka rumahnya langsung bergetar seperti gempa bumi. “Tolonglah, aku mau ‘hidup’ lagi. Soalnya, aku terkejut terus. Maaf cakapnya, pas buang air besar aku ketakutan karena semua dinding di rumahku goyang,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, apabila kondisi ini terus-terus seperti itu dikhawatirkan rumahnya akan roboh. “Rumahku kebetulan semi permanen, dindingnya masih pakai triplek. Jadi tolonglah aku mau hidup nyaman. Sudah sempat protes tapi tetap juga,” ucapnya.

Sementara, Kepala Lingkungan V Sei Putih Tengah, Ani mengakui memang pembangunan De Glass Residence telah berhenti sementara kegiatan proyeknya. Alat-alat berat telah dikeluarkan.

Namun begitu, disinggung soal kroscek ulang, Ani berasalan tak mengetahui. Sebab, kroscek tersebut yang mengajukan dari warga yang keberatan. “Mereka yang minta cek ulang, sedangkan warga yang setuju tidak. Jadi, biarkan aja orang itu yang mengecek bukan kami,” ketusnya. (ris/ila)

Jika Proyek Apartemen De Glass Residence Tak Distanvaskan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Jalan Gelas dan Jalan Belanga, Sei Putih Tengah, Medan Petisah, yang keberatan dengan proyek apartemen De Glass Residence, tetap ngotot pembangunan tak dilanjutkan. Sebab, pembangunan apartemen dua tower setinggi 26 lantai tersebut mengganggu kenyamanan warga dan dampak lainnya di kemudian hari.

“Warga tetap menolak karena tidak hanya melihat ketika pembangunan proyek ini berjalan, tetapi ke depannya juga apabila apartemen itu berdiri. Apalagi, dengan ketinggian mencapai 26 lantai,” kata kuasa hukum warga yang keberatan, Fernando Sitompul saat dihubungi, akhir pekan lalu.

Menurut Fernando, dampak yang dirasakan warga terutama yang bersinggungan langsung atau berdekatan dengan apartemen. Seperti, aktivitas warga sehari-hari terganggu dari aspek lalu lintas karena tentunya menimbulkan kemacetan. Kemudian persoalan air, karena dengan ketinggian lebih dari 20 lantai tentu menyerap air tanah. “Kita minta dikaji ulang proyek tersebut. Dalam waktu dekat, kita akan mengadukan ke Komisi D DPRD Medan,” tuturnya.

Disinggung terkait kroscek ulang terhadap warga yang setuju dan melakukan tanda tangan keberadaan pembangunan De Glass Residence, Fernando menyebutkan, hingga kini belum ada dilakukan. Padahal, dari hasil pertemuan beberapa waktu lalu telah disepakati. “Saya sudah tanyakan kepada pihak kelurahan (Sei Putih Tengah) kapan rencana dilakukan korscek ulang itu? Jawabannya, kebetulan lurahnya sedang ada kesibukan rapat di kantor wali kota,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, sejauh ini memang pembangunan tidak ada lagi atau dihentikan sementara. Bahkan, alat berat yang digunakan untuk memasang paku bumi dengan sistem hidrolik jack in pile telah ditarik. Namun begitu, warga tetap mengawasi proyek tersebut. Sebab, dikhawatirkan suatu saat kembali melakukan aktivitas.

“Sebelumnya sudah pernah dihentikan sementara dan diawasi warga. Tapi, warga kecolongan dan proyek itu beraktivitas kembali. Mereka memasukkan mesin pada tengah malam saat warga sedang tidur terlelap,” pungkasnya.

Hal senada disampaikan P Boru Hutahaean, salah seorang warga yang rumahnya berdekatan dengan proyek tersebut. Diutarakan dia, ketika terjadi pemasangan paku bumi, maka rumahnya langsung bergetar seperti gempa bumi. “Tolonglah, aku mau ‘hidup’ lagi. Soalnya, aku terkejut terus. Maaf cakapnya, pas buang air besar aku ketakutan karena semua dinding di rumahku goyang,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, apabila kondisi ini terus-terus seperti itu dikhawatirkan rumahnya akan roboh. “Rumahku kebetulan semi permanen, dindingnya masih pakai triplek. Jadi tolonglah aku mau hidup nyaman. Sudah sempat protes tapi tetap juga,” ucapnya.

Sementara, Kepala Lingkungan V Sei Putih Tengah, Ani mengakui memang pembangunan De Glass Residence telah berhenti sementara kegiatan proyeknya. Alat-alat berat telah dikeluarkan.

Namun begitu, disinggung soal kroscek ulang, Ani berasalan tak mengetahui. Sebab, kroscek tersebut yang mengajukan dari warga yang keberatan. “Mereka yang minta cek ulang, sedangkan warga yang setuju tidak. Jadi, biarkan aja orang itu yang mengecek bukan kami,” ketusnya. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/