30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Periode Desember 2018 hingga Januari 2019, Kunjungan Wisman ke Sumut Turun 35 Persen

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
WISMAN: Sejumlah remaja putri berbincang dengan seorang wisatawan mancanegara di halaman Istana Maimun, Medan, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) yang masuk ke Sumatera Utara pada Januari 2019 mengalami penurunan 35 persen dibanding pada Desember 2018. Di mana pada Januari 2019 jumlah kunjungan Wisman sebanyak 14.149 pengunjung, sedangkan Desember 2018 mencapai 21.769 pengunjung.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark SP Sitinjak kepada wartawan, Minggu (3/3). Menurut Bismark, seluruh wisman yang tercatat itu masuk dari empat pintu di Sumut, yakni Bandara Internasional Kualanamu, Bandara Internasional Sisingamangaraja XII Silangit, Taput, Pelabuhan Belawan Medan, dan Pelabuhan Tanjungbalai.

Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama yakni Januari 2018, penurunan jumlah Wisman ke Sumut hanya 5,67 persen. “Jadi periode Januari 2018, jumlah kunjungan Wisman ke Sumut sebanyak 14.999. Sedangkan pada Januari 2019, sebanyak 14.149 kunjungan atau turun 5,67 persen,” jelas Bismark.

Sedangkan data untuk Februari 2019, menurutnya, masih dalam proses pendataan. Dari 14.149 pengunjung yang masuk ke Sumut pada Januari 2019, pengunjung terbanyak berasal dari Malaysia, yakni 8.573 pengunjung atau 60,59 persen. Sedangkan untuk masing-masing pintu masuk ke Sumut, Pelabuhan Tanjungbalai yang mengalami penurunan terbanyak, mencapai 65,08 persen. Kemudian disusul Bandara Internasional Kualanamu sebesar 34,55 persen. “Selanjutnya dari Bandara Internasional Sisingamangaraja Silangit, turun 32,55 persen. Sedangkan Pelabuhan Belawan malah mengalami kenaikan jumlah wisman mencapai 18,75 persen,” pungkasnya.

Penumpang Kapal di Danau Toba Sepi

Sepinya wisatawan yang berkunjung ke Sumut dirasakan pengusaha jasa penyeberangan kapal kayu di Danau Toba. Diperkirakan, tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba tahun lalu, masih meninggalkan trauma bagi masyarakat sehingga pemilik kapal terancam kolaps.

Sejumlah pemilik kapal yang tergabung dalam Organisasi Pengusaha Sejenis (OPS) kapal kayu di Tuk-tuk, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, mengaku penghasilan mereka turun drastis karena sepi penumpang. “Sekarang bisnis kapal di Tuk-tuk ini mengalami penurunan. Itu terjadi sejak peristiwa Sinar Bangun. Sebanyak 12 unit kapal di OPS Tuk-tuk, operasinya minim karena tidak ada penumpang dan menurunnya jumlah pengunjung. Akibatnya, pendapatan atau penghasilan pun turun drastis,” kata T Silalahi, pemilik kapal di Tuk-tuk, Sabtu (2/3).

Menurutnya, sebelum karamnya KM Sinar Bangun, satu unit kapal di OPS Tuk-tuk masih mampu menghasilkan Rp4 juta per bulan. Namun saat ini, Rp1 juta saja sudah sulit. “Karena trauma Sinar Bangun, pengunjung memilih untuk tidak menyeberang ke Samosir, sehingga sunyi penumpang. Bahkan Imlek kemarin sepi, tidak seperti dulu, ramai. Sekarang pengusaha kapal kadang tekor. Untuk mencapai Rp1 juta sudah sulit. Dulunya sebelum peristiwa itu, penghasilan kapal untuk satu unit, bisa mencapai Rp4 juta per bulannya,” jelas Tahi.

Ketua OPS Simanindo Jaya, Jatiur Sinaga mengaku, operasi kapal kayu di Simanindo masih lancar, namun dari sisi penghasilan masih pas-pasan. “16 unit kapal di OPS Simanindo Jaya, setiap harinya masih lancar beroperasi. Namun penghasilan per harinya hanya mencapai Rp200.000-Rp300.000, itupun sudah sulit. Dulu masih bisa mencapai Rp500.000 per hari,” kata Jatiur Sinaga. (gus/bbs)

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
WISMAN: Sejumlah remaja putri berbincang dengan seorang wisatawan mancanegara di halaman Istana Maimun, Medan, belum lama ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) yang masuk ke Sumatera Utara pada Januari 2019 mengalami penurunan 35 persen dibanding pada Desember 2018. Di mana pada Januari 2019 jumlah kunjungan Wisman sebanyak 14.149 pengunjung, sedangkan Desember 2018 mencapai 21.769 pengunjung.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark SP Sitinjak kepada wartawan, Minggu (3/3). Menurut Bismark, seluruh wisman yang tercatat itu masuk dari empat pintu di Sumut, yakni Bandara Internasional Kualanamu, Bandara Internasional Sisingamangaraja XII Silangit, Taput, Pelabuhan Belawan Medan, dan Pelabuhan Tanjungbalai.

Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama yakni Januari 2018, penurunan jumlah Wisman ke Sumut hanya 5,67 persen. “Jadi periode Januari 2018, jumlah kunjungan Wisman ke Sumut sebanyak 14.999. Sedangkan pada Januari 2019, sebanyak 14.149 kunjungan atau turun 5,67 persen,” jelas Bismark.

Sedangkan data untuk Februari 2019, menurutnya, masih dalam proses pendataan. Dari 14.149 pengunjung yang masuk ke Sumut pada Januari 2019, pengunjung terbanyak berasal dari Malaysia, yakni 8.573 pengunjung atau 60,59 persen. Sedangkan untuk masing-masing pintu masuk ke Sumut, Pelabuhan Tanjungbalai yang mengalami penurunan terbanyak, mencapai 65,08 persen. Kemudian disusul Bandara Internasional Kualanamu sebesar 34,55 persen. “Selanjutnya dari Bandara Internasional Sisingamangaraja Silangit, turun 32,55 persen. Sedangkan Pelabuhan Belawan malah mengalami kenaikan jumlah wisman mencapai 18,75 persen,” pungkasnya.

Penumpang Kapal di Danau Toba Sepi

Sepinya wisatawan yang berkunjung ke Sumut dirasakan pengusaha jasa penyeberangan kapal kayu di Danau Toba. Diperkirakan, tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba tahun lalu, masih meninggalkan trauma bagi masyarakat sehingga pemilik kapal terancam kolaps.

Sejumlah pemilik kapal yang tergabung dalam Organisasi Pengusaha Sejenis (OPS) kapal kayu di Tuk-tuk, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, mengaku penghasilan mereka turun drastis karena sepi penumpang. “Sekarang bisnis kapal di Tuk-tuk ini mengalami penurunan. Itu terjadi sejak peristiwa Sinar Bangun. Sebanyak 12 unit kapal di OPS Tuk-tuk, operasinya minim karena tidak ada penumpang dan menurunnya jumlah pengunjung. Akibatnya, pendapatan atau penghasilan pun turun drastis,” kata T Silalahi, pemilik kapal di Tuk-tuk, Sabtu (2/3).

Menurutnya, sebelum karamnya KM Sinar Bangun, satu unit kapal di OPS Tuk-tuk masih mampu menghasilkan Rp4 juta per bulan. Namun saat ini, Rp1 juta saja sudah sulit. “Karena trauma Sinar Bangun, pengunjung memilih untuk tidak menyeberang ke Samosir, sehingga sunyi penumpang. Bahkan Imlek kemarin sepi, tidak seperti dulu, ramai. Sekarang pengusaha kapal kadang tekor. Untuk mencapai Rp1 juta sudah sulit. Dulunya sebelum peristiwa itu, penghasilan kapal untuk satu unit, bisa mencapai Rp4 juta per bulannya,” jelas Tahi.

Ketua OPS Simanindo Jaya, Jatiur Sinaga mengaku, operasi kapal kayu di Simanindo masih lancar, namun dari sisi penghasilan masih pas-pasan. “16 unit kapal di OPS Simanindo Jaya, setiap harinya masih lancar beroperasi. Namun penghasilan per harinya hanya mencapai Rp200.000-Rp300.000, itupun sudah sulit. Dulu masih bisa mencapai Rp500.000 per hari,” kata Jatiur Sinaga. (gus/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/