MEDAN, SUMUTPOS.CO- Sehari kepergian Uli boru Siregar (61) warga Jalan Kapten Muslim, Gang Jawa No. 70, Kelurahan Siskambing C, yang tewas ditabrak mobil Daihatsu Sirion BK 1592 MM yang dikendarai Serda Nurdiansyah (21) di Jalan Kapten Muslim (2/6) kemarin ternyata menyimpan kisah miris di balik tewasnya ibu beranak tiga ini.
Dari kediamannya terlihat terus berdatangan para sahabat maupun keluarganya untuk terakhir kali melihat tubuh korban yang sudah terbujur kaku di pelataran ruang tamu rumahnya, Rabu (3/5) siang.
Di rumah duka, lantunan musik Batak Toba terdengar keras mengiringi acara adat kematian korban. Tangisan pun terus terdengar oleh sanak saudara yang datang maupun ketiga anak korban.
Panangian Siregar (58), adik kandung korban menceritakan, kakaknya (Almarhum) adalah seorang perempuan yang luar biasa. Walau sudah lansia dia masih sanggup bekerja meski hanya menjadi seorang juru parkir (jukir).
“Sejak suaminya meninggal dunia kemarin tahun 2012, kakak saya (korban) yang melanjutkan pekerjaan suaminya menjadi seorang jukir. Itu semua dilakukannya untuk membiayai anaknya yang terakhir, Bela. Karena, saat ditinggalkan bapaknya, Bela masih duduk dibangku kelas 3 SMA. Memang kedua anaknya nomor 1 dan 2 sudah bekerja. Tetapi dia masih berusaha mencari nafkah untuk membiaya anaknya yang masih sekolah, “ ungkapnya dengan sedih.
Dikatakannya, sebelum korban pergi, padahal baru saja keluarga berembuk untuk merencanakan pernikahan anak sulungnya yang bernama Betaria Raza Gukguk (26), yang bekerja di Malaysia. “Baru dua minggu lalu Betaria pulang ke Medan untuk membicarakan pesta pernikahannya yang akan dilaksanakan di Malaysia. Tanggalnya sudah ditentukan bulan Agustus dan pestanya akan dilaksanakan di Malaysia,” kata Panangian dengan nada lemah.
Sementara itu, Bella (20) anak sulung korban menyebut, sudah melarang ibunya untuk melanjutkan pekerjaanya sebagai jukir. “Sedihlah bang dan aku hanya bisa menangisi kepergian ibuku. Belum lagi sirna kesedihan setelah ditinggalkan ayahku 3 tahun silam, namun aku harus merasakan kesedihan yang mendalam dengan kepergian ibuku ini. Ibuku adalah sosok yang sangat luar biasa, sampai aku tamat sekolah dan bekerja sampai sekarang ini dia (korban) masih giat mencari uang untuk mencukupi kebutuhan kami,” ujarnya sambil menangis. Padahal, lanjut Bella, ia sudah melarang ibunya bekerja. “Tapi karna ibu enggak mau menyusahkan anak-anaknya, dia tetap bekerja untuk mencari uang sebagai jukir. Setiap kali kami sampaikan enggak usah kerja lagi dia bilang enggak apa-apa nak, ibu masih kuat bekerja. Dibilangnya, uang hasil kerja kalian simpan saja, tabung untuk kebutuhan masa depan kalian,” ungkap Bella sambil menyeka air matanya.
Nella (23), anak kedua korban menuturkan, sebelum pergi kerja dirinya sempat memberikan separuh gajinya kepada sang ibu untuk keperluan sehari-hari sebanyak Rp750 ribu setiap bulannya.”Aku kasih 750 ribu buat ibu ku untuk keperluan sehari hari. Rupanya uangnya hilang dan hanya dompetnya saja yang kami terima. Memang enggak punya otak yang ambil itu bang, enggak ada rasa kasihannya. Padahal, mamak sudah meninggal, uangnya malah dicuri semua,” ujar Nella dengan kesal.
Namun begitu, sambung Nella, siapapun orang yang mengambil uang ibunya agar diampuni dosanya. “Kami ikhlaskan uangnya bang dan kami doakan saja orang yang mengambil uang itu supaya diampuni dosa-dosanya dan cepat sadar,” kata Nella.
Terpisah, Danki 121 Macan Kumbang Galang Kapten F Sihombing yang dikonfirmasi wartawan mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan keluarga korban dan meminta perdamaian serta berjanji akan menyantuni ketiga anak korban yang ditinggalkannya.
“Kami sudah dari rumah duka dan berkoordinasi untuk memberikan santunan serta meminta perdamaian dengan anak anak korban,” ujarnya. (ris/ila)