30 C
Medan
Saturday, July 6, 2024

Hujan Deras di Musim Kemarau, Banjir Tetap Mengancam

Dampak Penguapan Panas Terlalu Tinggi

MEDAN- Musim kemarau yang terjadi di bulan Februari hingga pertengahan Maret, tidak menutup kemungkinan turunnya hujan berskala besar. Namun, hujan yang turun di bulan kemarau disebabkan karena penguapan yang terlalu tinggi.

“Walau pun sekarang musim kemarau, hujan tetap turun, namun hujan yang turun itu durasinya sedang dan deras,” kata Kepala Seksi (Kasie) Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Polonia Medan, Hartanto, Sabtu (4/2) pagi.

Lebih lanjut, Hartanto menambahkan, musim kemarau yang terjadi di Sumut berbeda dengan daerah yang di luar Sumut.

“Kalau musim kemarau yang terjadi di Sumut berbeda dengan musim kemarau di Jawa, kalau di Sumut musim kemarau hujan masih turun, kalau di Pulau Jawa, musim kemarau sama sekali hujan tak turun sehingga kekeringan berkepanjangan pun terjadi,” imbuhnya.

Hartanto mengaku, untuk curah hujan yang turun di musim kemarau ini mulai dari sedang sampai besar.

“Tapi hujan yang turun ini tak seperti curah hujan pada saat musim penghujan.

Hujan turun di musim kemarau karena penguapan yang terlalu tinggi disebabkan panasnya tadi,” bebernya.

Ditambahkan Hartanto, sesudah hujan turun, panas pun akan kembali dan suhu pun kembali menjadi 33 derajat Celsius. Hartanto menuturkan, hujan seperti ini tidak sering tapi bisa tergolong lama.

“Biasanya dalam satu hari itu hanya sekali turun hujannya. Kalau turunnya tak bisa dipastikan, bisa saja pagi, siang, sore atau pun malam hari dan itu sekali turun hujannya langsung ditumpahkan semua,” bebernya.

Menurutnya, hujan yang seperti ini yang perlu diwaspadai karena air yang diturunkan itu dengan jumlah besar. “Hujan seperti ini dalam sehari bisa sekali itu tergantung dari cuaca dan awan yang berkumpul menjadi awan hitam. Jika pengaruh cuaca dan angin tak bagus maka hujan pun turun,” ujarnya.

Diterangkan Hartanto, untuk warga yang berada di daerah pegunungan perlu mewaspadai hal yang seperti ini, begitu juga warga yang tinggal di daerah hulu sungai. (jon)

Dampak Penguapan Panas Terlalu Tinggi

MEDAN- Musim kemarau yang terjadi di bulan Februari hingga pertengahan Maret, tidak menutup kemungkinan turunnya hujan berskala besar. Namun, hujan yang turun di bulan kemarau disebabkan karena penguapan yang terlalu tinggi.

“Walau pun sekarang musim kemarau, hujan tetap turun, namun hujan yang turun itu durasinya sedang dan deras,” kata Kepala Seksi (Kasie) Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Polonia Medan, Hartanto, Sabtu (4/2) pagi.

Lebih lanjut, Hartanto menambahkan, musim kemarau yang terjadi di Sumut berbeda dengan daerah yang di luar Sumut.

“Kalau musim kemarau yang terjadi di Sumut berbeda dengan musim kemarau di Jawa, kalau di Sumut musim kemarau hujan masih turun, kalau di Pulau Jawa, musim kemarau sama sekali hujan tak turun sehingga kekeringan berkepanjangan pun terjadi,” imbuhnya.

Hartanto mengaku, untuk curah hujan yang turun di musim kemarau ini mulai dari sedang sampai besar.

“Tapi hujan yang turun ini tak seperti curah hujan pada saat musim penghujan.

Hujan turun di musim kemarau karena penguapan yang terlalu tinggi disebabkan panasnya tadi,” bebernya.

Ditambahkan Hartanto, sesudah hujan turun, panas pun akan kembali dan suhu pun kembali menjadi 33 derajat Celsius. Hartanto menuturkan, hujan seperti ini tidak sering tapi bisa tergolong lama.

“Biasanya dalam satu hari itu hanya sekali turun hujannya. Kalau turunnya tak bisa dipastikan, bisa saja pagi, siang, sore atau pun malam hari dan itu sekali turun hujannya langsung ditumpahkan semua,” bebernya.

Menurutnya, hujan yang seperti ini yang perlu diwaspadai karena air yang diturunkan itu dengan jumlah besar. “Hujan seperti ini dalam sehari bisa sekali itu tergantung dari cuaca dan awan yang berkumpul menjadi awan hitam. Jika pengaruh cuaca dan angin tak bagus maka hujan pun turun,” ujarnya.

Diterangkan Hartanto, untuk warga yang berada di daerah pegunungan perlu mewaspadai hal yang seperti ini, begitu juga warga yang tinggal di daerah hulu sungai. (jon)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/