MEDAN- Pendorong dan pemacu pendidikan keamanan pangan tidak hanya dari pemerintah, dan akademisi melainkan dari pelajar yang didominasi remaja. Sebab, di usia remaja adanya transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa tidak hanya berkembang secara fisik melainkan kognitif.
“Seorang remaja termotivasi memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis. Di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka saja, melainkan lebih dari itu,” ujar Sekretaris Tim Teknis Dewan Ketahanan Pangan Kota Medan, Prof Dr Posman Sibuea, Senin (4/7).
Di usia remaja, paparnya, bisa membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibandingkan ide lainnya Artinya seorang remaja tak mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, namun remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, Ir Eka R Yanti Danil MM mendukung jika ada tim relawan dari pelajar yang dapat menginformasikan atau mensosialisasikan begitu pentingnya makanan alternatif dari makanan sebelumnya.
“Dalam hal ini mereka akan dididik dahulu bagaimana mensosialisasikan, dan jika ada alternatif pangan lainnya bisa membuatnya menjadi yang lebih menarik dan enak dari makanan sebelumnya,” ujarnya. (ril)