30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tolak Kedatangan Hillary Clinton, HTI Sumut Geruduk Konjen AS

MEDAN- Rencana kedatangan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Hillary Rodham Clinton ke Jakarta terus mendapat penentangan dan penolakan. Tak terkecuali di Medan. Salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumut.

Massa yang berjumlah ratusan orang membawa beragam spanduk penentangan menggelar aksinya di depan Konsulat Jenderal AS, di Jalan Letjen Haryono MT Medan, Selasa (4/9). Massa HTI yang berunjukrasa, mayoritas adalah kaum perempuan. Sebagian di antaranya membawa serta anak-anak merekan
Ketua HTI Sumut, Irwan Said Batubara dalam orasinya secara tegas menilai kedatangan istri mantan Presiden AS, Bill Clinton tersebut bertujuan untuk mencengkeramkan kukunya di Indonesia.

“Secara tegas kami menolak kedatangan Hillary Clinton. Setiap pejabat tinggi AS yang datang ke Indonesia, tidak lain dan tidak bukan untuk hanya untuk semakin  mencengkeram kita dengan  pengaruhnya,” tukas Irwan.

Massa HTI, selain menolak kedatangan Hillary Clinton, juga menentang rencana pembangunan gedung baru Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Jakarta.
Menurut massa HTI yang tak henti-hentinya menyebut takbir, fasilitas itu dikhawatirkan akan semakin mengokohkan penjajahan AS di Indonesia. Selain itu, massa juga tidak menyetujui rencana perpanjangan  kontrak terhadap PT Freeport. Massa berasumsi, jika pada prinsipnya Pemerintah
Republik Indonesia dan segenap rakyat Indonesia, serta pemerintahan di daerah keberadaan PT Freeport memiliki kemampuan untuk mengelola penambangan tersebut.

Maka dari itu, Indonesia harus mengelola pertambangan itu untuk memanfaatkan hasilnya demi kesejahteraan rakyat. Karena selama ini, secara langsung pengelolaan PT Freeport oleh AS hanya memberi kesejahteraan bagi negara yang dikenal dengan sebutan Negeri Paman Sam itu.
“Kalau saja hasil Freeport itu diserahkan kepada Polri, semua polisi pasti sejahtera,” ungkapnya.

Aksi tersebut, sempat memberikan efek domino terhadap arus lalu lintas di seputaran Konjen AS tersebut. Dan baru normal setelah massa membubarkan diri, sekira satu jam menggelar aksi.

Aksi tersebut, juga memancing perhatian personel polisi. Dimana aksi dari massa HTI Sumut tersebut terlihat dijaga begitu ketat oleh personel polisi.(ari/mag-12/jon)

MEDAN- Rencana kedatangan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Hillary Rodham Clinton ke Jakarta terus mendapat penentangan dan penolakan. Tak terkecuali di Medan. Salah satunya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumut.

Massa yang berjumlah ratusan orang membawa beragam spanduk penentangan menggelar aksinya di depan Konsulat Jenderal AS, di Jalan Letjen Haryono MT Medan, Selasa (4/9). Massa HTI yang berunjukrasa, mayoritas adalah kaum perempuan. Sebagian di antaranya membawa serta anak-anak merekan
Ketua HTI Sumut, Irwan Said Batubara dalam orasinya secara tegas menilai kedatangan istri mantan Presiden AS, Bill Clinton tersebut bertujuan untuk mencengkeramkan kukunya di Indonesia.

“Secara tegas kami menolak kedatangan Hillary Clinton. Setiap pejabat tinggi AS yang datang ke Indonesia, tidak lain dan tidak bukan untuk hanya untuk semakin  mencengkeram kita dengan  pengaruhnya,” tukas Irwan.

Massa HTI, selain menolak kedatangan Hillary Clinton, juga menentang rencana pembangunan gedung baru Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Jakarta.
Menurut massa HTI yang tak henti-hentinya menyebut takbir, fasilitas itu dikhawatirkan akan semakin mengokohkan penjajahan AS di Indonesia. Selain itu, massa juga tidak menyetujui rencana perpanjangan  kontrak terhadap PT Freeport. Massa berasumsi, jika pada prinsipnya Pemerintah
Republik Indonesia dan segenap rakyat Indonesia, serta pemerintahan di daerah keberadaan PT Freeport memiliki kemampuan untuk mengelola penambangan tersebut.

Maka dari itu, Indonesia harus mengelola pertambangan itu untuk memanfaatkan hasilnya demi kesejahteraan rakyat. Karena selama ini, secara langsung pengelolaan PT Freeport oleh AS hanya memberi kesejahteraan bagi negara yang dikenal dengan sebutan Negeri Paman Sam itu.
“Kalau saja hasil Freeport itu diserahkan kepada Polri, semua polisi pasti sejahtera,” ungkapnya.

Aksi tersebut, sempat memberikan efek domino terhadap arus lalu lintas di seputaran Konjen AS tersebut. Dan baru normal setelah massa membubarkan diri, sekira satu jam menggelar aksi.

Aksi tersebut, juga memancing perhatian personel polisi. Dimana aksi dari massa HTI Sumut tersebut terlihat dijaga begitu ketat oleh personel polisi.(ari/mag-12/jon)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/