AP II Bandara Polonia Salahkan Maskapai
MEDAN-Kasus hilangnya ratusan ponsel di kargo milik maskapai penerbangan Sriwijaya Air di Unit Bisnis Gudang & Kargo (UBGK) Bandara Polonia Medan, baru-baru ini, belum juga terungkap. Orang dalam tetap diduga memiliki andil dengan kejadian tersebut.
Dugaan pencurian yang dilakukan orang dalam memang menyesakkan. Apalagi ketika diketahui pendapatan dari kerja sampingan tersebut cukup menggiurkan. Seperti diutarakan seorang mantan karyawan di satu maskapai yang telah tutup, sebut saja namanya Toni (29) warga Medan Sunggal. Dulunya, dia sering terlibat menjadi marketing barang-barang berharga yang diambil petugas bagasi dan kargo.
“Kalau dari bagasi sering sekali barang second seperti kamera SLR, poket, laptop, emas dan terkadang uang dolar AS. Nah, kalau di kargo itu paling sering barang-barang yang masih baru,” ucapnya kepada Sumut Pos, Kamis (5/1).
Dalam aksinya, petugas bagasi dan kargo sudah sangat memahami tugasnya masing-masing dan tidak ada turut campur. Bahkan, untuk pembagiannya, kargo hanya untuk orang kargo dan bagasi untuk orang bagasi. Tapi, kalau petugas keamanan dari sisi petugas kargo dan bagasi juga dapat.
Dia menerangkan, untuk mengeluarkan barang yang diambil, kebanyakan barang yang dari kargo harus memakai mobil yang sudah biasa keluar masuk seperti kendaraan dinas ataupun milik karyawan. Tapi, kalau barang yang diambil dari bagasi bisa memakai sepeda motor dengan cara menyimpannya di dalam tas.
“Karena kalau karyawan kargo atau bagasi tidak ada pemeriksaan lagi, cukup klakson dan angkat tangan aja sudah aman. Tapi, kalau ada operasi pengambilan barang besar pastilah dapat bagian semuanya,” sebutnya.
Pria berjenggot itu menerangkan, sekitar tiga tahun lalu penghasilan setiap pekerja antara Rp1 juta sampai dengan Rp10 juta per harinya. Karena sekali operasi di bagasi saja, bisa mendapatkan Rp200 ribu hingga Rp1 juta. Bayangkan saja kalau di Bandara Polonia itu ada 100 penerbangan per hari. “Itulah kenyataannya, dan kalau sekarang, kawan-kawan bilang sudah sepi serta sedikit ketat,” katanya.
Terlepas dari itu, pihak PT Angkasa Pura II (AP II) Bandara Polonia tak mau disalahkan dalam kasus hilangnya ratusan ponsel tersebut. Seperti yang dikatakan Humas PT AP II Bandara Polonia Firdaus, kejadian merupakan kesalahan dari pemilik gudang, yakni pihak Sriwijaya Air. Sedangkan kapasitas AP II Polonia hanya sebatas penyedia tempat dan lahan di kargo tersebut. Apalagi, lanjut Firdaus, hilangnya ponsel tersebut sangat rapi karena gembok gudang tidak rusak.
“Aneh kan? Gembok gudangnya tidak rusak. Rapi sekali cara kerjanya si maling. Jangan-jangan kunci gemboknya sudah diduplikat. Ya kita menduga pelakunya adalah pekerja di gudang Sriwijaya Air. Kecuali, gemboknya rusak atau malingnya masuk dari atap, itu baru menjadi tanggung jawab bersama. Tapi bukan berarti AP II Polonia tidak mau disalahkan, kita juga bantu menyelidiki pelakunya secara internal. Kalau penyelidikan secara hukum, kan tugasnya polisi,” tegas Firdaus kepada wartawan koran ini.
Dikatakan Firdaus, kasus hilangnya ponsel tersebut dari gudang kargo Sriwijaya Air, sebenarnya terjadi pada saat hari libur, yakni pada 25 Desember. “Saat itu situasi di gudang kargo sepi karena hari libur. Si maling memanfaatkan kesempatan dengan situasi sepi itu,” sambung Firdaus.
Dalam hal ini, Firdaus juga menyayangkan sikap pimpinan Sriwijaya Air Medan yang terkesan kurang terbuka dengan hilangnya ponsel dari gudang mereka. Pasalnya, hingga kini pihak AP II Polonia tidak mengetahui ponsel yang hilang jenis apa dan dalam kemasanan apa. “Pihak Sriwijaya Air Medan langsung melaporkan kehilangkan ke polisi. Memang kita terima laporan juga dari mereka, tapi tidak mendetail. Jadi saya tidak tahu ponsel merek apa yang hilang dan bagaimana kronologisnya,” tegasnya. (ril/ila)