24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Pengusaha SPBU Ogah Jual Pertamax

Investasi Tambah Rp300 Juta, Konsumen Jarang Beli

MEDAN-Pembatasan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bagi mobil berplat hitam mulai menjadi perbincangan warga di Sumatera Utara. Pasalnya, pengalihan pilihan ke Pertamax berarti tambahan biaya. Belum lagi ketersediaan pertamax di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tidak bisa diandalkan. Soalnya banyak pengusaha SPBU yang ogah menjual pertamax.

Untuk Sumut, hingga 2011 yang lalu, dari 302 SPBU Pertamina yang ada, hanya 82 SPBU yang memfasilitasi diri dengan menjual pertamax.

Menurut Ketua DPC Hiswana Migas (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi) Sumut, Razali Husein, banyak yang menjadi alasan kenapa pengusaha SPBU memilih tidak menjual Pertamax. Contohnya, BBM subsidi yang masih tersedia, harga yang mahal, dan losses (penguapan). “Tiga alasan ini yang menjadikan pengusaha SPBU memilih untuk tidak menjual pertamax,” ujar Razali saat ditemui Kamis (5/1).

Losses atau penguapan minyak tersebut cenderung menjadi cost (biaya) tersendiri bagi pengusaha SPBU. Penguapan tersebut menjadikan volume minyak (premium dan pertamax) berkurang. Penguapan yang terjadi karena adanya perubahan suhu 1 derajat celcius akan mempengaruhi 0,12 persen dari BBM dan mempengaruhi 0,001-0,003 dari massa jenis BBM.

Apalagi saat musim panas, yang akan mempercepat proses penguapan tersebut. Hal ini dikarenakan minyak (pertamax dan premium) memiliki sifat fluida secara alami sehingga berpontensi untuk susut. Tapi belum dapat diketahui dengan pasti, berapa banyak penguapan yang terjadi.

Harga pertamax berkisar Rp9.300 per liternya. Dengan adanya BBM bersubsidi (premium) dengan harga yang ditawarkan sekitar Rp4.500 per liter, masyarakat lebih memilih untuk membeli premium dibandingkan dengan pertamax, sehingga mau tidak mau pertamax harus disimpan lebih lama dibandingkan dengan premium. “Ada harga murah, pasti masyarakat milih yang murah. Jadinya pertamax disimpan, dan terus menyusut,” ungkap Razali.

Seperti yang dialami oleh salah satu SPBU yang terletak di Jalan Imam Bonjol Medan. Pihak SPBU ini mengaku tidak menjual pertamax dikarenakan takut rugi. “Masyarakat belum terlalu familier dengan pertamax, jadi kalau kita jual takutnya kita akan rugi, karena lebih sering terpendam,” ujar salah satu pegawainya.

Menurutnya, menjual premium saja dengan penjualan yang cukup tinggi, terkadang merugi karena adanya penguapan. Apalagi harus menjual pertamax yang belum dikenal konsumen. Perhitungannya, premium dengan stok awal yang dimiliki oleh SPBU ini sekitar 29.911 liter dengan penjualanan 15.812 liter, maka stok yang dimiliki oleh SPBU ini adalah 14.099 liter. Masalahnya, saat penghitungan ulang tercatat premium yang dimiliki tinggal 13.991 liter dan ini berarti telah terjadi penguapan sebesar 1.68 liter. Kerugian ini akan semakin banyak untuk pertamax yang perputarannya lebih lama daripada premium.

Hal yang sama juga dikatakan oleh pegawai SPBU Pertamina yang terletak di jalan Bridgen Katamso, diakuinya selalu ada penyusutan pertamax. “Tangki pendam kita tidak full seutuhnya, jadi masih ada ruang hampa. Ini yang membuat minyak lebih cepat menguap,” tambah pria berambut pendek ini. “Tetapi, ada toleransi penguapan dari pertamina distribusi, sebesar 0,1 persen,” tambahnya.

Tambahan Biaya

Dengan adanya wacana pembatasan BBM subsidi tadi, Pertamina telah mengimbau para pengusaha SPBU agar melengkapi bahan bakar minyak yang akan dijual ke masyarakat, yaitu investasi berupa dispenser, tangki pendam, dan pipa.

“Dari data yang kita miliki, di Sumbagut ada 361 SPBU yang potensial untuk switching ke Pertamax, dan 125 SPBU yang memerlukan investasi,” ujar Manager External Relation PT Pertamina Fuel Retail Marketing Regional Sumbagut, Fitri Erika.

Masalahnya, dengan pembangunan 3 investasi ini (Dispenser, Tangki Pendam, dan Pipa), dibutuhkan biaya sebesar Rp250 juta hingga Rp350 juta. “Itu bisa lebih karena harga saat ini cenderung naik turun,” ungkap Razali.
Penambahan biaya Rp300 juta ini ditengarai menjadi salahsatu alasan pengusaha SPBU memilih tidak menjual pertamax.

Boros Konsumsi BBM Bersubsidi

Sementara itu menurut data Pertamina, Sumut termasuk salahsatu provinsi pengguna BBM bersubsidi terboros di Indonesia. Setidaknya data ini diungkapkan oleh VP Komunikasi PT Pertamina (Persero) Mochamad Harun. Katanya, setiap provinsi sudah mendapat jatah atau kuota BBM subsidi berdasar jumlah kendaraan bermotor yang ada di daerah tersebut. Kuota tersebut juga sudah ditetapkan dengan asumsi adanya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor.

Namun, pada kenyataannya konsumsi BBM subsidi melampaui kuota dalam jumlah besar. “Misalnya, Provinsi Banten kelebihan kuota 7,2 persen, DKI Jakarta 6,5 persen, Jawa Barat 5,2 persen, Jawa Tengah 4,2 persen, Jawa Timur 3,8 persen, dan Sumatera Utara 3,3 persen,” sebutnya, Rabu (4/1) lalu.  (ram/owi/oki/jpnn)

Tentang BBM Nonsubsidi di Sumut

  • Jumlah SPBU 2011 : 302 SPBU
  • Yang Menyediakan Pertamax  : 82 SPBU

Penyebaran Pertamax

  • Medan 44 SPBU
  • Binjai  2 SPBU
  • Tebing Tinggi 2 SPBU
  • Siantar 2 SPBU
  • Asahan 1 SPBU
  • Deli Serdang 15 SPBU
  • Labuhan Batu 3 SPBU
  • Langkat 4 SPBU
  • Tapanuli 1 SPBU
  • Padang Sidimpuan   1 SPBU
  • Sergai  4 SPBU
  • Batubara 1 SPBU
  • Labusel 1 SPBU
  • Karo 1 SPBU

Mengapa Malas Jual Pertamax?

  • Setiap perubahan suhu 1 derajat celcius, akan mempengaruhi 0,12 persen dari volume pertamax dan mempengaruhi 0,001-0,003 dari massa jenis.
    Contoh, perubahan kenaikan atau penurunan suhu 1 derajat celcius dalam tangki pendam dengan muatan minyak 10 ribu liter = 0,12 x 10.000 = 12. Jadi, jika suhu panas akan ada pengurangan 12 liter.
  • SPBU butuh membangun dispenser, tangki pendam, dan pipa yang membutuhkan biaya sebesar Rp250 juta hingga Rp350 juta.
  • Karena masyarakat lebih memilih untuk membeli premium dibandingkan dengan Pertamax. Hingga, Pertamax terlalu lama di tangki pendam yang membuatnya semakin banyak susut.

Enam Daerah Pengguna BBM Subsidi Terboros

  1. Banten, kelebihan kuota 7,2 persen
  2. DKI Jakarta, kelebihan kuota 6,5 persen
  3. Jawa Barat, kelebihan kuota 5,2 persen
  4. Jawa Tengah, kelebihan kuota 4,2 persen
  5. Jawa Timur, kelebihan kuota 3,8 persen
  6. Sumatera Utara, kelebihan kuota   3,3 persen

 

Investasi Tambah Rp300 Juta, Konsumen Jarang Beli

MEDAN-Pembatasan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bagi mobil berplat hitam mulai menjadi perbincangan warga di Sumatera Utara. Pasalnya, pengalihan pilihan ke Pertamax berarti tambahan biaya. Belum lagi ketersediaan pertamax di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tidak bisa diandalkan. Soalnya banyak pengusaha SPBU yang ogah menjual pertamax.

Untuk Sumut, hingga 2011 yang lalu, dari 302 SPBU Pertamina yang ada, hanya 82 SPBU yang memfasilitasi diri dengan menjual pertamax.

Menurut Ketua DPC Hiswana Migas (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi) Sumut, Razali Husein, banyak yang menjadi alasan kenapa pengusaha SPBU memilih tidak menjual Pertamax. Contohnya, BBM subsidi yang masih tersedia, harga yang mahal, dan losses (penguapan). “Tiga alasan ini yang menjadikan pengusaha SPBU memilih untuk tidak menjual pertamax,” ujar Razali saat ditemui Kamis (5/1).

Losses atau penguapan minyak tersebut cenderung menjadi cost (biaya) tersendiri bagi pengusaha SPBU. Penguapan tersebut menjadikan volume minyak (premium dan pertamax) berkurang. Penguapan yang terjadi karena adanya perubahan suhu 1 derajat celcius akan mempengaruhi 0,12 persen dari BBM dan mempengaruhi 0,001-0,003 dari massa jenis BBM.

Apalagi saat musim panas, yang akan mempercepat proses penguapan tersebut. Hal ini dikarenakan minyak (pertamax dan premium) memiliki sifat fluida secara alami sehingga berpontensi untuk susut. Tapi belum dapat diketahui dengan pasti, berapa banyak penguapan yang terjadi.

Harga pertamax berkisar Rp9.300 per liternya. Dengan adanya BBM bersubsidi (premium) dengan harga yang ditawarkan sekitar Rp4.500 per liter, masyarakat lebih memilih untuk membeli premium dibandingkan dengan pertamax, sehingga mau tidak mau pertamax harus disimpan lebih lama dibandingkan dengan premium. “Ada harga murah, pasti masyarakat milih yang murah. Jadinya pertamax disimpan, dan terus menyusut,” ungkap Razali.

Seperti yang dialami oleh salah satu SPBU yang terletak di Jalan Imam Bonjol Medan. Pihak SPBU ini mengaku tidak menjual pertamax dikarenakan takut rugi. “Masyarakat belum terlalu familier dengan pertamax, jadi kalau kita jual takutnya kita akan rugi, karena lebih sering terpendam,” ujar salah satu pegawainya.

Menurutnya, menjual premium saja dengan penjualan yang cukup tinggi, terkadang merugi karena adanya penguapan. Apalagi harus menjual pertamax yang belum dikenal konsumen. Perhitungannya, premium dengan stok awal yang dimiliki oleh SPBU ini sekitar 29.911 liter dengan penjualanan 15.812 liter, maka stok yang dimiliki oleh SPBU ini adalah 14.099 liter. Masalahnya, saat penghitungan ulang tercatat premium yang dimiliki tinggal 13.991 liter dan ini berarti telah terjadi penguapan sebesar 1.68 liter. Kerugian ini akan semakin banyak untuk pertamax yang perputarannya lebih lama daripada premium.

Hal yang sama juga dikatakan oleh pegawai SPBU Pertamina yang terletak di jalan Bridgen Katamso, diakuinya selalu ada penyusutan pertamax. “Tangki pendam kita tidak full seutuhnya, jadi masih ada ruang hampa. Ini yang membuat minyak lebih cepat menguap,” tambah pria berambut pendek ini. “Tetapi, ada toleransi penguapan dari pertamina distribusi, sebesar 0,1 persen,” tambahnya.

Tambahan Biaya

Dengan adanya wacana pembatasan BBM subsidi tadi, Pertamina telah mengimbau para pengusaha SPBU agar melengkapi bahan bakar minyak yang akan dijual ke masyarakat, yaitu investasi berupa dispenser, tangki pendam, dan pipa.

“Dari data yang kita miliki, di Sumbagut ada 361 SPBU yang potensial untuk switching ke Pertamax, dan 125 SPBU yang memerlukan investasi,” ujar Manager External Relation PT Pertamina Fuel Retail Marketing Regional Sumbagut, Fitri Erika.

Masalahnya, dengan pembangunan 3 investasi ini (Dispenser, Tangki Pendam, dan Pipa), dibutuhkan biaya sebesar Rp250 juta hingga Rp350 juta. “Itu bisa lebih karena harga saat ini cenderung naik turun,” ungkap Razali.
Penambahan biaya Rp300 juta ini ditengarai menjadi salahsatu alasan pengusaha SPBU memilih tidak menjual pertamax.

Boros Konsumsi BBM Bersubsidi

Sementara itu menurut data Pertamina, Sumut termasuk salahsatu provinsi pengguna BBM bersubsidi terboros di Indonesia. Setidaknya data ini diungkapkan oleh VP Komunikasi PT Pertamina (Persero) Mochamad Harun. Katanya, setiap provinsi sudah mendapat jatah atau kuota BBM subsidi berdasar jumlah kendaraan bermotor yang ada di daerah tersebut. Kuota tersebut juga sudah ditetapkan dengan asumsi adanya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor.

Namun, pada kenyataannya konsumsi BBM subsidi melampaui kuota dalam jumlah besar. “Misalnya, Provinsi Banten kelebihan kuota 7,2 persen, DKI Jakarta 6,5 persen, Jawa Barat 5,2 persen, Jawa Tengah 4,2 persen, Jawa Timur 3,8 persen, dan Sumatera Utara 3,3 persen,” sebutnya, Rabu (4/1) lalu.  (ram/owi/oki/jpnn)

Tentang BBM Nonsubsidi di Sumut

  • Jumlah SPBU 2011 : 302 SPBU
  • Yang Menyediakan Pertamax  : 82 SPBU

Penyebaran Pertamax

  • Medan 44 SPBU
  • Binjai  2 SPBU
  • Tebing Tinggi 2 SPBU
  • Siantar 2 SPBU
  • Asahan 1 SPBU
  • Deli Serdang 15 SPBU
  • Labuhan Batu 3 SPBU
  • Langkat 4 SPBU
  • Tapanuli 1 SPBU
  • Padang Sidimpuan   1 SPBU
  • Sergai  4 SPBU
  • Batubara 1 SPBU
  • Labusel 1 SPBU
  • Karo 1 SPBU

Mengapa Malas Jual Pertamax?

  • Setiap perubahan suhu 1 derajat celcius, akan mempengaruhi 0,12 persen dari volume pertamax dan mempengaruhi 0,001-0,003 dari massa jenis.
    Contoh, perubahan kenaikan atau penurunan suhu 1 derajat celcius dalam tangki pendam dengan muatan minyak 10 ribu liter = 0,12 x 10.000 = 12. Jadi, jika suhu panas akan ada pengurangan 12 liter.
  • SPBU butuh membangun dispenser, tangki pendam, dan pipa yang membutuhkan biaya sebesar Rp250 juta hingga Rp350 juta.
  • Karena masyarakat lebih memilih untuk membeli premium dibandingkan dengan Pertamax. Hingga, Pertamax terlalu lama di tangki pendam yang membuatnya semakin banyak susut.

Enam Daerah Pengguna BBM Subsidi Terboros

  1. Banten, kelebihan kuota 7,2 persen
  2. DKI Jakarta, kelebihan kuota 6,5 persen
  3. Jawa Barat, kelebihan kuota 5,2 persen
  4. Jawa Tengah, kelebihan kuota 4,2 persen
  5. Jawa Timur, kelebihan kuota 3,8 persen
  6. Sumatera Utara, kelebihan kuota   3,3 persen

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/