Perseteruan yang terjadi di negara asal memicu bentrok warga Myanmar Buddha dan muslim di dalam Rudemin Belawan, Sumatera Utara. Setidaknya hal ini sempat diungkapkan Kepala Resor (Kapolres) KP3 Belawan Ajun Komisaris Besar Endro Kiswanto.
Menurut Endro, para saksi mata bentrokan tersebut melaporkan kepada polisi mengenai bagaimana insiden bermula. Perseteruan tersebut dimulai ketika seorang muslim Rohingya mengkonfrontasi seorang nelayan Buddha asal Myanmar mengenai kekerasan di negaranya. Mereka pun mulai saling menghina satu sama lain. Saling mengejek makin memanas hingga orang-orang tersebut mulai bertengkar menggunakan senjata tajam seperti pisau dan batu.
“Kami masih menyelidiki insiden ini, termasuk darimana mereka mendapat pisau,” katanya. “Kami akan mempercepat pemulangan mereka,” tambah Endro.
Kekerasan antar-etnis memang tengah memanas di Myanmar. Pada 2012, ratusan orang tewas dan lebih dari 100 ribu orang kehilangan rumah di bagian barat Myanmar akibat perseteruan etnis Rakhine Myanmar dengan muslim Rohingya.
Belakangan, polisi menegaskan, bentrokan itu bukan dipicu masalah agama. “Saya ingin meluruskan, karena tadi pagi ada pemberitaan yang menyatakan ini karena masalah agama, padahal bukan karena itu,” kata Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut), Komisaris Besar Polisi Raden Heru Prakoso, kemarin petang.
Disebutkan Heru, masalah ini dipicu pelecehan seksual yang dilakukan kelompok nelayan Myanmar yang tertangkap karena melakukan penangkapan ikan ilegal di Indonesia, terhadap wanita dari kelompok pengungsi Rohingya. “ Tetapi apakah ada perkosaan atau tidak itu yang masih kita telusuri informasinya,” pungkas Heru. (bbs)