31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Personel Pengamanan Minim

Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham), Denny Indrayana, sangat menyesalkan tragedi di Rudenim Belawan.
“Tentu ini satu tragedi yang kami sesalkan. Karena ini tetap menjadi tanggung jawab kami.

Kami meminta maaf dan meski petugas sudah berusaha, ini yang terjadi ada 8 orang yang meninggal. Tapi petugas juga sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, tantangan di lapangan yang tidak mudah,” ujar Denny usai menghadiri pembekalan CPNS Kemenkumham di Medan, Jumat (5/4).
Dirinya mengakui masalah tersebut sebenarnya juga tidak terlepas dari persoalan keterbatasan kapasitas Rudenim dan minimnya personel pengamanan. Apalagi jumlah pengungsi di Rudenim tersebut terus mengalami penambahan. Bahkan Rudenim  mengalami over kapasitas.

“Saat kejadian petugas penjaga 5 orang, namun penjagaan ini akan ditambah penjagaan ketat dengan berkordinasi Polres Pelabuhan Belawan untuk penjaga mencegah aksi bentrok yang menewaskan penghuninya,” sebutnya.

Untuk ke depannya, Denny menyebutkan dinamika yang terjadi Redunim seluruh Indonesia menjadi pekerja rumah (PR) bagi Kemenkumham RI untuk memperbaiki seluruhnya.”Dari waktu ke waktu terus bertambah akhirnya tempatnya menjadi tidak cukup. Sehingga dinamika di lapangan perlu diantisipasi. Sebenarnya SOP nya sudah ada. Saya pikir petugas-petugas lapangan juga sudah berusaha mengantisipasi. Seandainya petugas tidak mengantisipasi, mungkin bisa lebih parah kondisinya,” ujarnya.

Menurutnya, peristiwa itu juga dipicu karena imigran tersebut juga memiliki masalah dari daerah asalnya. “Saya tidak perlu jelaskan apa masalahnya. Tapi ini terkait pembahasan yang harus kita jaga. Karena memang ada masalah di daerah mereka. Sebenarnya kelompok-kelompok ini sudah dipisahkan dalam Rudenim. Sudah diantisipasi tapi karena kondisinya yang sudah seperti itu,” ungkap Denny yang kemarin langsung mengunjungi Rudemin Belawan.

Lebih lanjut, Denny mengungkapkan dalam perkara itu, setidaknya ada 21 orang yang telah di periksa. “Hukum tetap harus ditegakkan. Sekarang ada 21 orang yang sudah diamankan di kepolisian. Kejadian ini tentu sebagai catatan untuk mengevaluasi petugas kami dilapangan. Kami berharap petugas tetap menjaga keamanan dan bertugas dengan integritas,” jelasnya.

Sementara Juru Bicara Kementerian Luar  Negeri (Kemenlu) Michael Tene, mengaku masih menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut dari kepolisian, atas peristiwa tewasnya 8 orang warga negara Myanmar. Meski begitu, Michael memastikan Kemenlu secara resmi telah menginformasikan secara resmi  peristiwa dimaksud  ke Kedutaan Besar Myanmar untuk Indonsia.

“Sebelumnya kita telah mendapat informasi dari pihak imigrasi, bahwa telah terjadi bentrok dua kelompok warga negara Myanmar yang sejak beberapa waktu lalu ditahan pihak imigrasi di penampungan di Belawan, Medan, Sumatera Utara,” ujarnya kepada koran ini di Jakarta, Jumat (5/4).
Kedua kelompok tersebut menurut Michael, masing-masing  pengungsi warga Rohingya di satu sisi dan sekelompok nelayan asal Myanmar di sisi lain. Pengungsi Rohingya sebelumnya diamankan saat hendak mencari suaka ke negara ketiga. Sementara para nelayan, ditangkap karena melakukan pencurian ikan di wilayah Indonesia.

“Jadi atas informasi tersebut, kita sampaikan ke Kedubes Myanmar. Secara lengkap kita jelaskan karena kewajiban kita (Kemenlu,red) memang seperti itu,” ujarnya. (far/gir/gus)

Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham), Denny Indrayana, sangat menyesalkan tragedi di Rudenim Belawan.
“Tentu ini satu tragedi yang kami sesalkan. Karena ini tetap menjadi tanggung jawab kami.

Kami meminta maaf dan meski petugas sudah berusaha, ini yang terjadi ada 8 orang yang meninggal. Tapi petugas juga sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, tantangan di lapangan yang tidak mudah,” ujar Denny usai menghadiri pembekalan CPNS Kemenkumham di Medan, Jumat (5/4).
Dirinya mengakui masalah tersebut sebenarnya juga tidak terlepas dari persoalan keterbatasan kapasitas Rudenim dan minimnya personel pengamanan. Apalagi jumlah pengungsi di Rudenim tersebut terus mengalami penambahan. Bahkan Rudenim  mengalami over kapasitas.

“Saat kejadian petugas penjaga 5 orang, namun penjagaan ini akan ditambah penjagaan ketat dengan berkordinasi Polres Pelabuhan Belawan untuk penjaga mencegah aksi bentrok yang menewaskan penghuninya,” sebutnya.

Untuk ke depannya, Denny menyebutkan dinamika yang terjadi Redunim seluruh Indonesia menjadi pekerja rumah (PR) bagi Kemenkumham RI untuk memperbaiki seluruhnya.”Dari waktu ke waktu terus bertambah akhirnya tempatnya menjadi tidak cukup. Sehingga dinamika di lapangan perlu diantisipasi. Sebenarnya SOP nya sudah ada. Saya pikir petugas-petugas lapangan juga sudah berusaha mengantisipasi. Seandainya petugas tidak mengantisipasi, mungkin bisa lebih parah kondisinya,” ujarnya.

Menurutnya, peristiwa itu juga dipicu karena imigran tersebut juga memiliki masalah dari daerah asalnya. “Saya tidak perlu jelaskan apa masalahnya. Tapi ini terkait pembahasan yang harus kita jaga. Karena memang ada masalah di daerah mereka. Sebenarnya kelompok-kelompok ini sudah dipisahkan dalam Rudenim. Sudah diantisipasi tapi karena kondisinya yang sudah seperti itu,” ungkap Denny yang kemarin langsung mengunjungi Rudemin Belawan.

Lebih lanjut, Denny mengungkapkan dalam perkara itu, setidaknya ada 21 orang yang telah di periksa. “Hukum tetap harus ditegakkan. Sekarang ada 21 orang yang sudah diamankan di kepolisian. Kejadian ini tentu sebagai catatan untuk mengevaluasi petugas kami dilapangan. Kami berharap petugas tetap menjaga keamanan dan bertugas dengan integritas,” jelasnya.

Sementara Juru Bicara Kementerian Luar  Negeri (Kemenlu) Michael Tene, mengaku masih menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut dari kepolisian, atas peristiwa tewasnya 8 orang warga negara Myanmar. Meski begitu, Michael memastikan Kemenlu secara resmi telah menginformasikan secara resmi  peristiwa dimaksud  ke Kedutaan Besar Myanmar untuk Indonsia.

“Sebelumnya kita telah mendapat informasi dari pihak imigrasi, bahwa telah terjadi bentrok dua kelompok warga negara Myanmar yang sejak beberapa waktu lalu ditahan pihak imigrasi di penampungan di Belawan, Medan, Sumatera Utara,” ujarnya kepada koran ini di Jakarta, Jumat (5/4).
Kedua kelompok tersebut menurut Michael, masing-masing  pengungsi warga Rohingya di satu sisi dan sekelompok nelayan asal Myanmar di sisi lain. Pengungsi Rohingya sebelumnya diamankan saat hendak mencari suaka ke negara ketiga. Sementara para nelayan, ditangkap karena melakukan pencurian ikan di wilayah Indonesia.

“Jadi atas informasi tersebut, kita sampaikan ke Kedubes Myanmar. Secara lengkap kita jelaskan karena kewajiban kita (Kemenlu,red) memang seperti itu,” ujarnya. (far/gir/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/