26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Disiksa Majikan, Pembantu Diberi Makanan Anjing

Lari dari Medan, Terdampar di Belawan

Penyiksaan yang dialami pembantu rumah tangga (PRT) memang jamak terjadi. Bukan hanya di Arab Saudi, Malaysia atau di negara asing lainnya, majikan di Indonesia juga tak kalah kejam.

Nopan Hidayat, Belawan

Seorang PRT bernama Eka (36), warga Desa Kabunan RT I RW III Kecamatan Dukun  Waru Kabupaten Tegal Jawah Tengah, mengalami hal itu. Di rumah majikannya di sekitar Medan, dia sering disiksa. Bahkan, berulang kali janda beranak lima ini diberi makanan anjing, hewan peliharaan majikannya. Setidaknya, itulah pengakuan Eka di Mapolres Pelabuhan Belawan, kemarin (4/7).

“Saya selalu disiksa majikan, kalau makan sering saya dikasih makanan kaleng yang dibagi dua dengan anjing peliharaan majikan,” ujarnya sedih.
Dengan logat Tegal, ia menceritakan, penyiksaan yang dialaminya terjadi saat majikan tidak puas dengan hasil kerjanya. “Padahal saya sudah mengerjakan semua yang diperintahkan majikan seperti menyapu, mencuci. Tapi ada saja yang salah di mata majikan dan akhirnya saya disiksa,” katanya sambil mengeluarkan air mata.

Selama 2 tahun 4 bulan bekerja di rumah majikannya, Eka mengaku tak pernah digaji. Dia pun seperti di penjara karena dia tidak boleh keluar rumah. Itulah alasan Eka mengaku tidak tahu alamat rumah majikannya.

Karena tidak tahan selalu disiksa, hari Minggu (3/7) malam dia melarikan diri dari rumah majikannya. “Kunci rumah tergantung di pintu jadi saya memberanikan diri untuk kabur. Setelah mendapatkan kesempatan saya langsung lari, pada waktu malam itu,” tambahnya.

Tidak tahu harus ke mana, Eka memberhentikan angkutan umum. Tanpa uang disaku, Eka meminta belas kasihan dari supir angkot. “Saya naik angkot sampai 3 kali, saya menaiki angkot berwarna kuning, merah dan hijau, itu pun saya tidak membayar ongkosnya karena tidak ada memegang uang. Untungnya, sopir angkutan tersebut mengerti kalau saya sedang kesulitan,” ujarnya.

Hingga Senin (4/7) pagi, dia sampai ke Mapolres Pelabuhan Belawan, tempat terakhir angkutan umum tersebut berhenti. Di kantor polisi itu, Eka yang kelelahan beristirahat di Mushala.

Seorang petugas polisi yang keheranan lalu bertanya kepadanya. Karena kasihan mendengarkan ceritanya, polisi itu memberinya makanan lalu membawanya ke markas. Di Mapolres, Eka mengaku buta dengan Kota Medan. Dia tidak tahu dimana rumah majikan. Yang dia ketahui, majikannya tinggal di perumahan yang hanya ada sekitar 200 unit.

“Setahu saya rumah majikan saya dekat bandara karena pesawat terbang sangat dekat kelihatan. Selain itu, yang saya tahu pintu masuk perumahan tempat saya bekerja banyak patung kudanya,” katanya menjelaskan.

Bagaimana bisa bekerja sebagai pembantu di Medan? Dia menjelaskan, pada 2009 lalu dia ditawarkan yayasan penyalur tenaga kerja di Jakarta untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Medan. “Saya tidak tahu nama yayasannya. Yang saya ketahui yayasan tersebut di belakang stasiun Senen Jakarta, pihak yayasan juga menjanjikan gaji besar,” jelasnya.

Tawaran itu diterimanya. Keesokan harinya, dia berangkat ke Medan menumpang pesawat Lion Air. Di Bandara Polonia, ia dijemput calon majikannya. Dia pun langsung bekerja di rumah majikannya. Di awal dia bekerja seperti pembantu rumah tangga, majikannya berlaku biasa. Setelah beberapa minggu kemudian, dia merasa diperlakukan seperti binatang hingga akhirnya melarikan diri.

Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Endro Kiswanto, yang mengetahui informasi tersebut langsung mendatanginya dan memberikan tiket kapal KM Kelud tujuan Jakarta agar Eka bisa pulang ke kampung halamannya. “Besok rencananya saya pulang karena saya diberikan tiket kapal. Semoga saya sampai tujuan dengan selamat dan bisa berkumpul dengan keluarga di Tegal,” tandasnya.(mag-11)

Lari dari Medan, Terdampar di Belawan

Penyiksaan yang dialami pembantu rumah tangga (PRT) memang jamak terjadi. Bukan hanya di Arab Saudi, Malaysia atau di negara asing lainnya, majikan di Indonesia juga tak kalah kejam.

Nopan Hidayat, Belawan

Seorang PRT bernama Eka (36), warga Desa Kabunan RT I RW III Kecamatan Dukun  Waru Kabupaten Tegal Jawah Tengah, mengalami hal itu. Di rumah majikannya di sekitar Medan, dia sering disiksa. Bahkan, berulang kali janda beranak lima ini diberi makanan anjing, hewan peliharaan majikannya. Setidaknya, itulah pengakuan Eka di Mapolres Pelabuhan Belawan, kemarin (4/7).

“Saya selalu disiksa majikan, kalau makan sering saya dikasih makanan kaleng yang dibagi dua dengan anjing peliharaan majikan,” ujarnya sedih.
Dengan logat Tegal, ia menceritakan, penyiksaan yang dialaminya terjadi saat majikan tidak puas dengan hasil kerjanya. “Padahal saya sudah mengerjakan semua yang diperintahkan majikan seperti menyapu, mencuci. Tapi ada saja yang salah di mata majikan dan akhirnya saya disiksa,” katanya sambil mengeluarkan air mata.

Selama 2 tahun 4 bulan bekerja di rumah majikannya, Eka mengaku tak pernah digaji. Dia pun seperti di penjara karena dia tidak boleh keluar rumah. Itulah alasan Eka mengaku tidak tahu alamat rumah majikannya.

Karena tidak tahan selalu disiksa, hari Minggu (3/7) malam dia melarikan diri dari rumah majikannya. “Kunci rumah tergantung di pintu jadi saya memberanikan diri untuk kabur. Setelah mendapatkan kesempatan saya langsung lari, pada waktu malam itu,” tambahnya.

Tidak tahu harus ke mana, Eka memberhentikan angkutan umum. Tanpa uang disaku, Eka meminta belas kasihan dari supir angkot. “Saya naik angkot sampai 3 kali, saya menaiki angkot berwarna kuning, merah dan hijau, itu pun saya tidak membayar ongkosnya karena tidak ada memegang uang. Untungnya, sopir angkutan tersebut mengerti kalau saya sedang kesulitan,” ujarnya.

Hingga Senin (4/7) pagi, dia sampai ke Mapolres Pelabuhan Belawan, tempat terakhir angkutan umum tersebut berhenti. Di kantor polisi itu, Eka yang kelelahan beristirahat di Mushala.

Seorang petugas polisi yang keheranan lalu bertanya kepadanya. Karena kasihan mendengarkan ceritanya, polisi itu memberinya makanan lalu membawanya ke markas. Di Mapolres, Eka mengaku buta dengan Kota Medan. Dia tidak tahu dimana rumah majikan. Yang dia ketahui, majikannya tinggal di perumahan yang hanya ada sekitar 200 unit.

“Setahu saya rumah majikan saya dekat bandara karena pesawat terbang sangat dekat kelihatan. Selain itu, yang saya tahu pintu masuk perumahan tempat saya bekerja banyak patung kudanya,” katanya menjelaskan.

Bagaimana bisa bekerja sebagai pembantu di Medan? Dia menjelaskan, pada 2009 lalu dia ditawarkan yayasan penyalur tenaga kerja di Jakarta untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Medan. “Saya tidak tahu nama yayasannya. Yang saya ketahui yayasan tersebut di belakang stasiun Senen Jakarta, pihak yayasan juga menjanjikan gaji besar,” jelasnya.

Tawaran itu diterimanya. Keesokan harinya, dia berangkat ke Medan menumpang pesawat Lion Air. Di Bandara Polonia, ia dijemput calon majikannya. Dia pun langsung bekerja di rumah majikannya. Di awal dia bekerja seperti pembantu rumah tangga, majikannya berlaku biasa. Setelah beberapa minggu kemudian, dia merasa diperlakukan seperti binatang hingga akhirnya melarikan diri.

Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Endro Kiswanto, yang mengetahui informasi tersebut langsung mendatanginya dan memberikan tiket kapal KM Kelud tujuan Jakarta agar Eka bisa pulang ke kampung halamannya. “Besok rencananya saya pulang karena saya diberikan tiket kapal. Semoga saya sampai tujuan dengan selamat dan bisa berkumpul dengan keluarga di Tegal,” tandasnya.(mag-11)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/