33.6 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

Poles Sepatu Usang Jadi Menarik

Mengunjungi Sanggar Sepatu Lutju di Jalan Ade Irma Suryani

Sebagai generasi yang dinamis, energik dan fashionable, remaja metropolis memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan dirinya. Tidak hanya lewat busana yang biasa dipilih, sepatu juga dianggap dapat memberikan semangat dan bentuk ekspresi seseorang.

INDR JULI, Medan

Salah satunya, Freddy (23) yang ditemui di salah satu pusat perbelanjaan terkenal di Kota Medan, Senin (5/9). Mahasiswa jurusan ekonomi di salah satu perguruan tinggi swasta ini memilih pengekspresian diri melalui sepatun
Tampak lukisan tokoh komik asal Jepang, Naruto di bahagian depan yang diikuti gambar peralatan yang digunakan sang jagoan di sekeliling sepatu dengan warna dasar oranye. Sepatu tadi pun menjadi pusat perhatian siapa saja mengingat siang itu Freddy mengenakan celana pendek dengan kaos oblong polos berwarna putih. “Keren kan. Sekalipun Lebaran sudah usai, kita harus tetap semangat. Bila perlu semangat baru,” beber pengagum Naruto ini bangga.

Bagi pria asal Kisaran ini, sepatu dengan tokoh komik kesukaannya itu memberinya rasa percaya diri. Menyaksikan setiap mata yang melirik ke arah sepatunya juga memberi perasaan bangga tersendiri. “Ini buktinya untuk menjadi pusat perhatian orang tidak harus mahal. Ini sepatu cuma seratus ribuan. Tapi lukisannya ini yang buat menarik,” tuturnya.

Freddy menuturkan, untuk sepatu, dirinya memanfaatkan sepatu kets miliknya yang sudah usang. Setelah dicuci bersih, sepatu tadi pun diantar kepada seorang kenalan yang memiliki usaha di bidang painting shoes di seputaran Jalan Ade Irma Suryani Medan. Sepatu yang tadinya lusuh pun kembali menarik perhatian, dengan cara yang tidak mahal.

Sumut Pos pun mengunjungi alamat yang dimaksud, sebuah rumah sederhana dengan berbagai ornament kreatif. Sebuah plank dengan tulisan ‘Sepatu Lutju’ terpajang di depan. “Ya, di sini kita coba berkreasi menemukan motif-motif yang sedang trend sesuai dengan keinginan masyarakat,” ucap Sari Dilts mewakili kru Sepatu Lutju lainnya yang terlihat asyik dengan pekerjaannya. Memoles sepatu model flat, converse, vans, dan berbahan kanvas putih lainnya kemudian dilukis dan dicat dengan warna yang colourfull. Dari motif ikan, kue, juga figur tokoh cartoon seperti Doraemon, Superman, Joker, dan banyak lagi.

Selain sepatu kanvas putih polos tadi, cat akrilik reeves, Sari dkk juga menggunakan pensil dan spidol marker hitam dan putih untuk membuat sketsa, serta kuas berbagai ukuran. Mengawali dengan pembuatan sketsa atau gambar untuk kemudian dilukis dan diwarnai dengan cat akrilik. Design sepatu bisa saja dibuat dengan gambar yang simple seperti dots, bubbles, strips, stars, polkadots. Ada juga design yang lebih rumit tapi tetap dengan kesimpelannya, dengan motif gambar manusia, hewan, tumbuhan. Juga dengan karakter yang terdapat pada film-film kartun seperti pilihan Freddy.
“Yang rumit itu motif figure. Pasalnya dibarengi dengan improvisasi lagi. Tapi kita juga menyiapkan motif lain yang mungkin sesuai dengan selera konsumen. Kalau pembeli punya motif sendiri juga kita bisa bantu lukis kok,” katanya.
Sekalipun berupa lukisan, Sari memastikan karyanya tidak luntur bahkan dapat dicuci dengan sabun lembut tanpa pemutih dan bagian bergambarnya jangan disikat terlalu keras. Untuk perawatan, setelah bersih, sepatu hendaknya disimpan di tempat kering. Bersihkan dengan air apabila kena noda sesegera mungkin, lebih baik usap saja dengan sabun dan air bila diperlukan. Itu dilakukan agar warna serta gambar tidak pudar dan tahan lama.

Tiga tahun kehadirannya di Kota Medan, Sari mengaku mendapat respon positif. Prospek yang cukup besar itu pun menjadi dasar Sari mengajak Peter dan Koto teman-teman lain untuk menggarap bisnis ini dengan serius. “Lumayan juga Bang, cukup-cukup untuk beli BB (Blackbarry). Baru muncul dulu kita juga dapat order borongan untuk motif institusi pemerintahan,” bebernya.

Sepatu kanvas yang dimodifikasi menjadi sepatu lukis kanvas, masuk di Indonesia sekitar 2006 namun sayangnya belum semarak seperti sekarang ini. Yang menarik, tren sepatu lukis kanvas ternyata sudah ada sejak 1990-an, di negeri ‘Paman Sam’. Di Amerika Serikat sana, tepatnya di kota New York sepatu kanvas akrab dikenal dengan nama sneakers.

Sneakers yang sudah dimodifikasi berawal dari street art, seni yang dekat dengan keseharian kita atau seni jalanan. Yang mempopulerkan sepatu kanvas lukis ini para penari breakdance. Sejumlah seniman sneaker seperti Arks dan Tutu menjadi orang-orang yang kerap mempopulerkan sepatu ini. Arks dan Tutu bergabung dalam ‘Sneakers Whothinkfamous’. Tutu dan Arks memilih sepatu untuk dilukis dan mempopulerkannya kembali tahun 2006-an.(*)

Mengunjungi Sanggar Sepatu Lutju di Jalan Ade Irma Suryani

Sebagai generasi yang dinamis, energik dan fashionable, remaja metropolis memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan dirinya. Tidak hanya lewat busana yang biasa dipilih, sepatu juga dianggap dapat memberikan semangat dan bentuk ekspresi seseorang.

INDR JULI, Medan

Salah satunya, Freddy (23) yang ditemui di salah satu pusat perbelanjaan terkenal di Kota Medan, Senin (5/9). Mahasiswa jurusan ekonomi di salah satu perguruan tinggi swasta ini memilih pengekspresian diri melalui sepatun
Tampak lukisan tokoh komik asal Jepang, Naruto di bahagian depan yang diikuti gambar peralatan yang digunakan sang jagoan di sekeliling sepatu dengan warna dasar oranye. Sepatu tadi pun menjadi pusat perhatian siapa saja mengingat siang itu Freddy mengenakan celana pendek dengan kaos oblong polos berwarna putih. “Keren kan. Sekalipun Lebaran sudah usai, kita harus tetap semangat. Bila perlu semangat baru,” beber pengagum Naruto ini bangga.

Bagi pria asal Kisaran ini, sepatu dengan tokoh komik kesukaannya itu memberinya rasa percaya diri. Menyaksikan setiap mata yang melirik ke arah sepatunya juga memberi perasaan bangga tersendiri. “Ini buktinya untuk menjadi pusat perhatian orang tidak harus mahal. Ini sepatu cuma seratus ribuan. Tapi lukisannya ini yang buat menarik,” tuturnya.

Freddy menuturkan, untuk sepatu, dirinya memanfaatkan sepatu kets miliknya yang sudah usang. Setelah dicuci bersih, sepatu tadi pun diantar kepada seorang kenalan yang memiliki usaha di bidang painting shoes di seputaran Jalan Ade Irma Suryani Medan. Sepatu yang tadinya lusuh pun kembali menarik perhatian, dengan cara yang tidak mahal.

Sumut Pos pun mengunjungi alamat yang dimaksud, sebuah rumah sederhana dengan berbagai ornament kreatif. Sebuah plank dengan tulisan ‘Sepatu Lutju’ terpajang di depan. “Ya, di sini kita coba berkreasi menemukan motif-motif yang sedang trend sesuai dengan keinginan masyarakat,” ucap Sari Dilts mewakili kru Sepatu Lutju lainnya yang terlihat asyik dengan pekerjaannya. Memoles sepatu model flat, converse, vans, dan berbahan kanvas putih lainnya kemudian dilukis dan dicat dengan warna yang colourfull. Dari motif ikan, kue, juga figur tokoh cartoon seperti Doraemon, Superman, Joker, dan banyak lagi.

Selain sepatu kanvas putih polos tadi, cat akrilik reeves, Sari dkk juga menggunakan pensil dan spidol marker hitam dan putih untuk membuat sketsa, serta kuas berbagai ukuran. Mengawali dengan pembuatan sketsa atau gambar untuk kemudian dilukis dan diwarnai dengan cat akrilik. Design sepatu bisa saja dibuat dengan gambar yang simple seperti dots, bubbles, strips, stars, polkadots. Ada juga design yang lebih rumit tapi tetap dengan kesimpelannya, dengan motif gambar manusia, hewan, tumbuhan. Juga dengan karakter yang terdapat pada film-film kartun seperti pilihan Freddy.
“Yang rumit itu motif figure. Pasalnya dibarengi dengan improvisasi lagi. Tapi kita juga menyiapkan motif lain yang mungkin sesuai dengan selera konsumen. Kalau pembeli punya motif sendiri juga kita bisa bantu lukis kok,” katanya.
Sekalipun berupa lukisan, Sari memastikan karyanya tidak luntur bahkan dapat dicuci dengan sabun lembut tanpa pemutih dan bagian bergambarnya jangan disikat terlalu keras. Untuk perawatan, setelah bersih, sepatu hendaknya disimpan di tempat kering. Bersihkan dengan air apabila kena noda sesegera mungkin, lebih baik usap saja dengan sabun dan air bila diperlukan. Itu dilakukan agar warna serta gambar tidak pudar dan tahan lama.

Tiga tahun kehadirannya di Kota Medan, Sari mengaku mendapat respon positif. Prospek yang cukup besar itu pun menjadi dasar Sari mengajak Peter dan Koto teman-teman lain untuk menggarap bisnis ini dengan serius. “Lumayan juga Bang, cukup-cukup untuk beli BB (Blackbarry). Baru muncul dulu kita juga dapat order borongan untuk motif institusi pemerintahan,” bebernya.

Sepatu kanvas yang dimodifikasi menjadi sepatu lukis kanvas, masuk di Indonesia sekitar 2006 namun sayangnya belum semarak seperti sekarang ini. Yang menarik, tren sepatu lukis kanvas ternyata sudah ada sejak 1990-an, di negeri ‘Paman Sam’. Di Amerika Serikat sana, tepatnya di kota New York sepatu kanvas akrab dikenal dengan nama sneakers.

Sneakers yang sudah dimodifikasi berawal dari street art, seni yang dekat dengan keseharian kita atau seni jalanan. Yang mempopulerkan sepatu kanvas lukis ini para penari breakdance. Sejumlah seniman sneaker seperti Arks dan Tutu menjadi orang-orang yang kerap mempopulerkan sepatu ini. Arks dan Tutu bergabung dalam ‘Sneakers Whothinkfamous’. Tutu dan Arks memilih sepatu untuk dilukis dan mempopulerkannya kembali tahun 2006-an.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/