26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Aksi Nyata Mitigasi Perubahan Iklim, PLTA Batang Toru Pilihan Energi Bersih

JELASKAN: Agus Djoko Ismanto, Senior Adviser on Environment and Sustainability PLTA Batang Toru, menjelaskan mengenai PLTA Batang Toru kepada anak-anak pelajar, di booth NSHE pada Indonesia Climate Change Forum & Expo 2019 di Medan, Rabu (5/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dampak perubahan iklim itu nyata. Ada di depan mata. Ada lima pemicu utamanya, yakni deforestasi hutan, degradasi lahan pertanian, energi, industri, dan limbah. Penggunaan energi fosil menjadi salahsatu penyumbang emisi karbon di bumi, yang memicu perubahan iklim. Padahal manusia butuh energi dalam kehidupan sehari-hari.

“Energi fosil banyak menghasilkan emisi karbon, yang akhirnya memicu terjadinya perubahan iklim. Lantas, bagaimana cara menguranginya?

Salahsatunya dengan mengembangkan PLTA sebagai upaya beralih dari energi fosil yang kotor ke energi terbarukan yang bersih,” kata Agus n Djoko Ismanto, Senior Adviser on Environment and Sustainability PLTA Batang Toru, dalam sesi Talkshow Indonesia Climate Change Forum & Expo 2019 yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Medan, Rabu (5/9).

Turut hadir sebagai pembicara lainnya yakni Dr. A. Sonny Keraf, Anggota Dewan Energi Nasional dan Djati Witjaksono Hadi, Kabiro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Talkshow dimoderatori oleh Dr. Ir. Binsar Situmorang selaku Kadis Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Utara.

Kehadiran PLTA Batang Toru, kata Agus, mempunyai peran penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. “PLTA Batang Toru telah melalui kajian-kajian yang dipersyaratkan termasuk Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),” katanya.

PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) selaku pelaksana proyek PLTA Batang Toru, lanjut Agus, juga sangat terbuka untuk berdialog dan bertukar pikiran dengan siapapun untuk mewujudkan Indonesia rendah emisi dari sisi energi dan juga menjaga kelestarian kawasan ekosistem Batang Toru.

“Kehadiran PLTA Batang Toru turut berperan penting untuk mewujudkan pembangunan Indonesia rendah emisi karena pemakaian energi air, bukan fosil, dapat mengurangi emisi karbon dioksida minimal sebesar 1,6 juta ton per tahun. Jumlah ini setara dengan kurang lebih kontribusi penyerapan karbon oleh 120.000 Ha wilayah hutan,” tegasnya.

Dengan memakai energi air, PLTA Batang Toru juga akan berkontribusi terhadap penghematan devisa sebesar USD 400 juta/tahun karena tidak perlu lagi mengimpor bahan bakar diesel (fuel cost avoidance).

Menurut Agus Djoko Ismanto yang akrab dipanggil Adji, pemakaian energi air untuk pembangkit listrik maka otomatis PLTA Batang Toru secara fundamental akan mempertahankan dan selalu berkomitmen untuk menjalankan program kelestarian kawasan yang menghasilkan air sebagai bahan baku operasinya. Salahsatunya dengan rencana replanting seluas 7 ton per hektare per tahun.

Juga merancang pemulihan lahan kritis DAS Batangtoru yang saat ini luasnya mencapai 162.052 hektare dari total 338.177 hektare DAS Batangtoru. Serta merancang perbaikan lahan kritis di ekosistem Batangtoru yang saat ini luasnya mencapai 30.022 hektare.

Adapun pembangunan PLTA Batang Toru sudah melalui kajian-kajian mendalam sesuai persyaratan nasional dan internasional. “PLTA Batang Toru sudah memenuhi standar International Commission on Large Dams (ICOLD) serta AMDAL. Kami juga telah melaksanakan kajian Environmental, Social, and Health Impact Assessment (ESHIA), yang menjadikan kami PLTA pertama di Indonesia yang melaksanakan Equatorial Principle,” tambahnya.

Sonny Keraf dari DEN, dalam paparannya mengatakan, Indonesia menghadirkan energi terbarukan berupa Pembangkit listrik tenaga Air (PLTA) Batang Toru sebagai salah satu upaya pengurangan emisi karbon untuk mewujudkan Indonesia rendah emisi. Penyerapan karbon ini menjadi hal krusial dalam hal pencegahan dampak perubahan iklim yang setiap hari semakin mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di Bumi.

“Dampak perubahan iklim yang paling nyata adalah kenaikan suhu global yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan. Hari ini tercatat 28 provinsi mengalami kekeringan dan kesulitan air hingga yang paling ekstrem adalah kebakaran lahan. Karenanya, setiap orang harus menjadi agen perubahan dari kebiasaan dan gaya hidup ramah lingkungan dengan cara yang mudah, sederhana, cepat dan menimbulkan hasil nyata. Contohnya dengan menggiatkan penghematan energi, menanam dan merawat pohon, praktek 3R (reduce, reuse, recycle) untuk limbah domestik, serta penerapan eco-office, dan eco-driving dalam kehidupan sehari-hari.” kata Sonny.

Menurut Djati Witjaksono Hadi, Penggunaan Energi Terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan seperti PLTA akan menurunkan kadar emisi karbon sekaligus meningkatkan kualitas kelestarian lingkungan guna memitigasi dampak perubahan iklim sesuai dengan target pemerintah Indonesia dalam pemenuhan Perjanjian Paris yaitu menurunkan emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030.

“Perjanjian Paris sifatnya mengikat secara hukum dan merupakan tanggung jawab semua negara, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kapasitas masing-masing negara. Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi bersih, dapat berkontribusi nyata dalam mengurangi emisi karbon dengan beralih menggunakan energi bersih yang sumbernya dari alam, seperti PLTA Batang Toru,” kata Djati.

PLTA Batang Toru menyatakan, berkomitmen untuk senantiasa memberikan manfaat nyata bagi lingkungan hidup dan masyarakat sekitar kawasan Batang Toru. Selain melakukan revegetasi terhadap tanaman-tanaman langka yang hampir punah, PLTA Batang Toru juga turut membangun ekonomi masyarakat. Yakni dengan memberikan pendampingan dan pembinaan masyarakat dalam hal pengembangan tanaman Kopi Sipirok. Sebagai specialty coffee, budidaya spesies Ikan Jurung, pengolahan potensi gula aren, serta usaha skala kecil lainnya.

Hal ini dilakukan PLTA Batang Toru sebagai wujud nyata mitigasi dampak perubahan iklim yang berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat. (rel/mea)

JELASKAN: Agus Djoko Ismanto, Senior Adviser on Environment and Sustainability PLTA Batang Toru, menjelaskan mengenai PLTA Batang Toru kepada anak-anak pelajar, di booth NSHE pada Indonesia Climate Change Forum & Expo 2019 di Medan, Rabu (5/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dampak perubahan iklim itu nyata. Ada di depan mata. Ada lima pemicu utamanya, yakni deforestasi hutan, degradasi lahan pertanian, energi, industri, dan limbah. Penggunaan energi fosil menjadi salahsatu penyumbang emisi karbon di bumi, yang memicu perubahan iklim. Padahal manusia butuh energi dalam kehidupan sehari-hari.

“Energi fosil banyak menghasilkan emisi karbon, yang akhirnya memicu terjadinya perubahan iklim. Lantas, bagaimana cara menguranginya?

Salahsatunya dengan mengembangkan PLTA sebagai upaya beralih dari energi fosil yang kotor ke energi terbarukan yang bersih,” kata Agus n Djoko Ismanto, Senior Adviser on Environment and Sustainability PLTA Batang Toru, dalam sesi Talkshow Indonesia Climate Change Forum & Expo 2019 yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Medan, Rabu (5/9).

Turut hadir sebagai pembicara lainnya yakni Dr. A. Sonny Keraf, Anggota Dewan Energi Nasional dan Djati Witjaksono Hadi, Kabiro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Talkshow dimoderatori oleh Dr. Ir. Binsar Situmorang selaku Kadis Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Utara.

Kehadiran PLTA Batang Toru, kata Agus, mempunyai peran penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. “PLTA Batang Toru telah melalui kajian-kajian yang dipersyaratkan termasuk Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),” katanya.

PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) selaku pelaksana proyek PLTA Batang Toru, lanjut Agus, juga sangat terbuka untuk berdialog dan bertukar pikiran dengan siapapun untuk mewujudkan Indonesia rendah emisi dari sisi energi dan juga menjaga kelestarian kawasan ekosistem Batang Toru.

“Kehadiran PLTA Batang Toru turut berperan penting untuk mewujudkan pembangunan Indonesia rendah emisi karena pemakaian energi air, bukan fosil, dapat mengurangi emisi karbon dioksida minimal sebesar 1,6 juta ton per tahun. Jumlah ini setara dengan kurang lebih kontribusi penyerapan karbon oleh 120.000 Ha wilayah hutan,” tegasnya.

Dengan memakai energi air, PLTA Batang Toru juga akan berkontribusi terhadap penghematan devisa sebesar USD 400 juta/tahun karena tidak perlu lagi mengimpor bahan bakar diesel (fuel cost avoidance).

Menurut Agus Djoko Ismanto yang akrab dipanggil Adji, pemakaian energi air untuk pembangkit listrik maka otomatis PLTA Batang Toru secara fundamental akan mempertahankan dan selalu berkomitmen untuk menjalankan program kelestarian kawasan yang menghasilkan air sebagai bahan baku operasinya. Salahsatunya dengan rencana replanting seluas 7 ton per hektare per tahun.

Juga merancang pemulihan lahan kritis DAS Batangtoru yang saat ini luasnya mencapai 162.052 hektare dari total 338.177 hektare DAS Batangtoru. Serta merancang perbaikan lahan kritis di ekosistem Batangtoru yang saat ini luasnya mencapai 30.022 hektare.

Adapun pembangunan PLTA Batang Toru sudah melalui kajian-kajian mendalam sesuai persyaratan nasional dan internasional. “PLTA Batang Toru sudah memenuhi standar International Commission on Large Dams (ICOLD) serta AMDAL. Kami juga telah melaksanakan kajian Environmental, Social, and Health Impact Assessment (ESHIA), yang menjadikan kami PLTA pertama di Indonesia yang melaksanakan Equatorial Principle,” tambahnya.

Sonny Keraf dari DEN, dalam paparannya mengatakan, Indonesia menghadirkan energi terbarukan berupa Pembangkit listrik tenaga Air (PLTA) Batang Toru sebagai salah satu upaya pengurangan emisi karbon untuk mewujudkan Indonesia rendah emisi. Penyerapan karbon ini menjadi hal krusial dalam hal pencegahan dampak perubahan iklim yang setiap hari semakin mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di Bumi.

“Dampak perubahan iklim yang paling nyata adalah kenaikan suhu global yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan. Hari ini tercatat 28 provinsi mengalami kekeringan dan kesulitan air hingga yang paling ekstrem adalah kebakaran lahan. Karenanya, setiap orang harus menjadi agen perubahan dari kebiasaan dan gaya hidup ramah lingkungan dengan cara yang mudah, sederhana, cepat dan menimbulkan hasil nyata. Contohnya dengan menggiatkan penghematan energi, menanam dan merawat pohon, praktek 3R (reduce, reuse, recycle) untuk limbah domestik, serta penerapan eco-office, dan eco-driving dalam kehidupan sehari-hari.” kata Sonny.

Menurut Djati Witjaksono Hadi, Penggunaan Energi Terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan seperti PLTA akan menurunkan kadar emisi karbon sekaligus meningkatkan kualitas kelestarian lingkungan guna memitigasi dampak perubahan iklim sesuai dengan target pemerintah Indonesia dalam pemenuhan Perjanjian Paris yaitu menurunkan emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030.

“Perjanjian Paris sifatnya mengikat secara hukum dan merupakan tanggung jawab semua negara, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kapasitas masing-masing negara. Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi bersih, dapat berkontribusi nyata dalam mengurangi emisi karbon dengan beralih menggunakan energi bersih yang sumbernya dari alam, seperti PLTA Batang Toru,” kata Djati.

PLTA Batang Toru menyatakan, berkomitmen untuk senantiasa memberikan manfaat nyata bagi lingkungan hidup dan masyarakat sekitar kawasan Batang Toru. Selain melakukan revegetasi terhadap tanaman-tanaman langka yang hampir punah, PLTA Batang Toru juga turut membangun ekonomi masyarakat. Yakni dengan memberikan pendampingan dan pembinaan masyarakat dalam hal pengembangan tanaman Kopi Sipirok. Sebagai specialty coffee, budidaya spesies Ikan Jurung, pengolahan potensi gula aren, serta usaha skala kecil lainnya.

Hal ini dilakukan PLTA Batang Toru sebagai wujud nyata mitigasi dampak perubahan iklim yang berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat. (rel/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/