Site icon SumutPos

Sumut Tak Punya Alat Deteksi Tsunami

TERDAMPAR: Buoy tsunami terdampar di pinggir pantai, beberapa waktu lalu. Menurut BNPB, saat ini beberapa alat pendeteksi tsunami tersebut hilang dicuri sejak 2012.

MEDAN,SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara (Sumut) ternyata tidak memiliki alat deteksi tsunami. Sumut hanya punya alat sirine peringatan tsunami sebanyak dua unit yang ditempatkan di Sibolga, dan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.

“Sumut tak punya alat deteksi tsunami. Alat itu adanya di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, Syahnan, Jumat (5/10).

Dikatakan Syahnan, keadaan sirine itu saat ini masih dalam kondisi baik. Bahkan, sirine itu juga beberapa kali dibunyikan sebagai perawatan saja.

Selain itu, kata Syahnan, di Sumut juga ada dipasang alat pengukur gempa. Alat itu dipasang di Medan, Tuntungan, Parapat, Aek Godang, Onowoembo dan Teluk Dalam. “Alat ini kondisinya juga baik. Biasanya, kalau tsunami, kita melihat ukuran gempa dari alat yang terpasang.

Namun, lebih baik lagi memamg kalau dikorelasi dengan alat deteksi tsunami,” papar Syahnan.

Ditanya apakah Sumatera Utara tidak termasuk berpotensi terjadi tsunami, Syahnan mengakui kalau Sumut termasuk daerah gempa aktif. Aktivitas sesar lokal yang memiliki karakteristik kedalaman sumber yang dangkal yang menjadi alasannya. “Sesar-sesar ini sangat aktif yang dapat meyebabkan terjadinya gempa bersifat lokal yang sering kita rasakan,” ungkap Syahnan lagi.

Menurut Syahnan, untuk sumber gempa akibat subduksi lempeng di Pulau Sumatera, mempunyai kisaran kedalaman hingga ratusan kilometer. Dengan begitu, dapat memicu gempa kuat dan luas di Pulau Sumatera. Namun, untuk Sumut umumnya gempayang berpusat di darat dengan kedalaman dangkal, 10-33 Km.

“Meskipun skala kekuatan gempa kecil, tetapi dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur juga. Begitu juga dengan korban jiwa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kali kejadian gempa di Sumut, seperti di Tarutung, di Deliserdang dan di Karo,” sambungnya.

Sementara untuk tsunami berpotensi terjadi di Sumut, Syahnan bilang, berpotensi terjadi pantai barat, termasuk di Kepulauan Nias. Apabila terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami, ada simulasi yang bisa diprediksi tinggi gelombang dan jangkauan tsunami berdasar data-data.


Lanud Soewondo Angkut Bantuan

Masih terkait bencana, TNI Angkatan Udara (AU) mengangkut bantuan untukkorban gempa dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan menggunakan pesawat Hercules dari Lanud Soewondo, Jumat (5/10) siang. Bantuan tersebut dari warga Kota Medan.

Pesawat Hercules C-130-A-1327 dari Skuadron Udara 31 Halim Perdana Kusuma dimanfaatkan untuk mengangkut bantuan itu, berupa minuman, makanan, pakaian, hingga selimut. Seluruh bantuan tersebut, dikumpulkan keluarga besar Lanud Soewondo dan masyarakat Kota Medan.

“Bantuan dari keluarga besar Lanud Soewondo dan masyarakat kita terbangkan dengan pesawat Hercules yang akan pulang dalam keadaan kosong saat datang mengantar sarpras kunjungan Bapak Presiden. Bantuan beras, makanan, minuman, pakaian dan selimut kita kirimkan,” ungkap Komandan Lanud Soewondo, Kolonel Pnb Dirk Poltje Lengkey, kepada wartawan di Medan.

Lengkey menjelaskan, bantuan tersebut dikirim dulu ke Bandara Halim Perdana Kusama. Kemudian, bantuan diterbangkan kembali ke Bandara SIS Al Jufri di Palu, Sulawesi Tengah.

“Bantuan akan kita bawa ke Halim untuk diserahkan ke pos, nanti disortir sesuai jenisnya, lalu dibawa pesawat lain ke Palu,” kata Kapten Pilot A-1327 Skuadron Udara 31 Halim Perdana Kusuma, Mayor Pnb Chandra Danang Jaya.

Meski tidak menjadi bandara pengirim prioritas pada bencana Sulteng, pihak Lanud Soewondo tetap berkoordinasi dengan lembaga sosial dan masyarakat Medan yang ingin membantu di Medan. Dengan itu, bantuan tetap akan disalurkan saat pesawat tersedia.

Bantuan itu diharapkan dapat meringankan beban warga yang menjadi korban gempa dan tsunami di beberapa wilayah di Sulawesi Tengah, seperti Palu, Donggala, dan Sigi. Daerah itu diguncang gempa dan dilanda tsunami pada Jumat sore, 28 Oktober 2018, sekitar pukul 17.02 WIB.

Dampak bencana alam ini, mengakibatkan lebih 1.500 jiwa meninggal dunia dalam peristiwa ini, ribuan lainnya luka berat. Puluhan ribu keluarga terpaksa mengungsi karena rumahnya rusak.(ain/gus)

Exit mobile version