MEDAN – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menerapkan tiga program yang disebut dengan 3 Zero untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS.
3 Zero tersebut, yaitu mengurangi kasus baru, mengurangi kematian dan mengurangi stigma atau diskrimasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Untuk stok obat, tersedia hingga 2015. “Secara nasional, Kemenkes RI menjamin ketersediaan obat bagi ODHA hingga tahun 2015,” kata Proyek Manejer Global Fund Andi Ilham Lubis Selasa (5/2) di ruang kerjanya.
Hingga tahun 2012, sebut Andi, sebanyak 2189 kasus HIV dan 4241 kasus AIDS di Sumatera Utara. Dari jumlah itu, ada 1318 orang yang mendapatkan terapi obat ARV (Antiretroviral) dan 751 orang meninggal.
“Faktor resiko terbesar kasus HIV/ADIS adalah heteroseksual dan untuk faktor resiko narkoba suntik kasusnya mengalami penurunan dari 55 persen menjadi 35 persen. Daerah yang terbesar ialah Medan sekitar 3.392 kasus, Simalungun 1.484, dan Deli Serdang 424 kasus,” sebut Andi.
Dari jumlah kasus itu, sambungnya, berdasarkan kelompok usia disebutkan usia 15 sampai 24 tahun merupakan yang terbesar penderitanya. Hal ini salah satunya disebabkan kurangnya pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.
Makanya dalam MDGs 2010-2015 ditargetkan 95 persen remaja sudah mengetahui apa itu HIV/AIDS. Ini untuk mencegah terjadinya infeksi baru dan diharapkan dengan pengetahuan yang bagus, remaja dapat menghindari resikonya,” ujarnya.
Kembali ke soal ketersediaan obat, Kemenkes sambungnya, menyediakan obat ARV sesuai dengan kasus yang terdata. Namun apabila ada permintaan maka akan dibagikan lagi. Untuk Medan, obat dibagi antara lain ke RSUP H Adam Malik, RS Dr Pirngadi, RS Kesdam, RS Bhayangkara, dan RS Haji Medan. (mag-2)