PLTU Labuhanangin Pulih Medio Maret BISA saja masyarakat di Kota Medan hingga Sumut belum banyak yang tahu apa penyebab terjadinya krisis listrik. General Manager PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara (Kitsbu) Bernadus Sudarmanta pun berusaha menjelaskan penyebab yang dimaksud.
Dia mengatakan, hal ini untuk menindaklanjuti hasil Rakor Kominda Sumut yang merekomendasikan agar PTPLN(Persero) memberikan penjelasan mengenai kondisi kelistrikan di Sumut, sekaligus merangkum hasil pertemuan antara jajaran manajemen PLN di Sumatra Utara dan Diektur Operasi Jawa Bali Sumatera PLN, IG Ngurah Adnyana, dengan Ketua Komisi VII DPR RI, Sutan Bhatoegana, beserta rombongan dan Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho, pada 3 Maret 2014 lalu di Rumah Dinas Gubernur.
Dijelaskan Bernandus, sistem kelistrikan Sumatra Bagian Utara (SBU) meliputi sistem interkoneksi jaringan listrik daerah Aceh dan Sumatera Utara. Saat ini beban puncak pemakaian listrik kedua daerah tersebut secara total pada kisaran 1.700 MW. Sementara, daya yang tersedia hanya 1.400 MW, sehingga terjadi defisit 300 MW. “Idealnya, pada sistem kelistrikan di kedua daerah ini harus terpasang pembangkit listrik dengan total kapasitas 2.100 MW. Karena harus memiliki 510 MW untuk penyediaan cadangan (30 persen di atas beban puncak),” tulis Bernadus dalam rilisnya ke redaksi Sumut Pos, Jumat (7/3), kemarin.
Dikatakannya, kapasitas ini sangat penting untuk menjaga kualitas tegangan, frekuensi, dan keandalan pasokan listrik. Cadangan day atersebut dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan daya dari pertumbuhan permintaan listrik dan daya pengganti kalau ada pembangkit listrik yang perlu di-stop untuk keperluan pemeliharaan dan atau perbaikan. “Tanpa adanya cadangan daya yang mencukupi maka setiap saat ada ancaman terjadinya pemadaman listrik,” tambah Bernandus.
Bernandus memaparkan, medio Agustus 2013 lalu, kondisi kelistrikan SBU sudah mulai membaik dengan masuknya pembangkit Naganraya Aceh unit 1 dengan kapasitas 100 MW, mulai normalnya pasokan listrik dari PLTA Inalum kembali ke kisaran 90 MW yang sebelumnya hanya memasok 40MW danmasuknya tambahan pembangkit sewa (150 MW) yang tersebar di Payapasir, Tanjungmorawa dan Kualanamu.
Dengan tambahan 300MW tersebut praktis kondisi defisit sudah teratasi tetapi belum dapat dikatakan normal karena belum memenuhi kriteria 30 persen cadangan daya, sehingga masih rentan mengalami defisit bila ada pembangkit listrik yang perlu perawatan atau perbaikan.
Menurutnya, harapan untuk menjadi lebih aman dari sisi pasokan listrik pada saat itu digantungkan pada usaha PLN dalam mengejar target agar perbaikan PLTU Labuhanangin unit 1 (100 MW), PLTGU GT22 Belawan (180 MW) dan Pembangkit Sewa PLTD MFO (120 MW) di Belawan yang semula ditagetkan dapat selesai pada Januari 2014, namun tidak sepenuhnya berjalan lancar karena ada kendala teknis dan nonteknis seperti masalah hukum dan sosial yang di luar perkiraan dan perencanaan PLN.
Kemudian, lanjut Bernandus, PLTU Labuhanangin Unit 1 statusnya saat ini sedang dalam proses perbaikan pada poros rotor generator yang mengalami kerusakan, diharapkan pada pertengahan Maret ini baru selesai. Lalu, PLTGU GT22 Belawan statusnya masih dalam penyelesaian pekerjaan pemeliharaan untuk perpanjangan umur pakai atau Life Time Extension (LTE), dimana LTE ini dimaksudkan agar GT22 tersebut mampu kembali mampu beroperasi kedaya nominalnya kembali yaitu 130 MW dan dapat beroperasi selama 100.000 jam lagi.
Pekerjaan LTE dimulai pada 20 September dan tadinya dijadwalkan akan selesai dalam 65 hari, artinya pada awal Desember 2013 semestinya sudah diperoleh tambahan daya sekitar 180MW (berasal dari GT22 130MW ditambah Seam Turbine pasangan dari GT22 menghasilkan 60MW), namun karena pekerjaan LTE GT22 tersebut sempat terhenti selama dua bulan karena harus disita sementara untuk proses hukum yang sedang berjalan. Juga akibat adanya beberapa tambahan pekerjaan yang secara teknis juga harus dipenuhi. Situasi tersebut menyebabkan penyelesaian pekerjaan LTE GT22 mundur dari yang diperkirakan hingga 10 Maret 2014 ini.
Demikian pula untuk pembakit PLTD MFO 120 MW, yang sedang dibangun oleh pihak investor di Pulau Sicanang Belawan untuk disewakan ke PLN. Semula pembangkit listrik ini dijadwalkan selesai Desember2013, namun mengalami kemunduruan penyelesaian karena ada masalah-masalah teknis di dalam proses pembangunannya.
“Informasi terakhir pembangkit tersebut akan siap memasok listrik pada akhir April 2014 ini,’ kata Bernandus.
Memasuki Februari 2014, sistem kelistrikan PLN SBU harus mengalami kehilangan daya 240 MW akibat terhentinya operasi PLTD Sewa Kualanamu (30MW) dan juga karena ada pembangkit yang sudah tidak mungkin lagi ditunda kebutuhannya akan pemeliharaan, antara lainPLTU Labuhanangin Unit 2 (80 MW), PLTG Lot3 Belawan( 80MW), PLTU NaganrayaUnit2(50MW).
Kehilangan daya 240 MW di saat belum ada cadangan kapasitas yang siap dan cukup untuk menutup daya yang hilang tersebut, maka dengan sangat terpaksa harus dilakukan pemadaman bergilir agar operasi sistem kelistrikan PLN dapat dipertahankan dan juga untuk memberi kesempatan berbenah menjelang even penting nasional seperti Ujian Nasional, Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden, Bulan Ramadhan, dan lainnya. “Atas pemadaman bergilir tersebut dengan segenap kerendahan hati, kami, PLN, mohon maaf yang sebesar-besarnya,” tutur Bernandus.
Berdasarkan atas perkembangan usaha mengatasi krisis yang sudah dan sedang berjalan, antara lain upaya PLN dengan dibantu oleh Pemprov Sumut dan Komisi VII DPR RI akan mengajukan penambahan pasokan daya dari 90MW menjadi 135 MW dari PLTA Inalum, pengoperasian kembali PLTD Kualanamu sejak ada persetujuan masyarakat sekitarnya pada 28 Februari lalu, rencana pengoperasian kembali PLTU Labuhanangin Unit 1 yang hampir selesai diperbaiki, rencana pengoperasian kembali PLTGU GT22 Belawan yang akan selesai pekerjaan LTE pada tanggal 10 Maret ini, maka kami perkirakan hingga pada medio Maret ini total daya yang disuntikan pascakrisis daya Februari lalu mencapai hampir 400 MW, sehingga pemadaman sudah dapat teratasi.(ila/rbb)