32 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

IDI: Saat Ini, Mutlak Pakai Masker

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah mulai memberlakukan kebijakan ‘masker untuk semua’ per 5 April 2020 lalu. Hal ini dilakukan sebagai langkah pencegahan penularan Covid-19 yang kasusnya terus bertambah. Ketua Ikatann

Dokter Indonesia (IDI) Medan, dr Wijaya Juwarna Sp THT-KL, menjelaskan awalnya masker itu dipergunakan untuk orang yang sakit, khususnya penyakit flu, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi paru. Penggunaan masker karena resiko penularan virus atau bakter melalui percikan droplet, ketika si pasien batuk ataupun bersin.

“Namun di tengah wabah Covid-10 sekarang ini, penggunaan masker dianjurkan juga bagi mereka yang sehat. Alasannya, mereka yang sakit masih banyak yang tidak memakai masker karena mungkin belum tahu, lupa, atau tidak peduli. Sehingga ada resiko tinggi bagi yang sehat jadi ikut terpapar. Apalagi saat ini korban dari virus corona terus meningkat,” katanya kepada Sumut Pos, Selasa 7/4).

Kemudiàn, lanjut dr Wijaya, kebiasaan orang sehat menyentuh wajah, khususnya bagian mulut, hidung, dan mata, membuat penggunaan masker diwajibkan, untuk meminimalisir resiko terkena infeksi. Masker juga sebagai proteksi atau perlindungan, ketika mungkin saja infeksi melalui udara.

“Memang pemakaian masker yang berlama-lama, bisa mengakibatkan hipoksia atau kekurangan oksigen. Apalagi jika masker yang digunakan tanpa filter atau penyaring udara,” jelasnya.

Namun di saat harus memilih dari pilihan terburuk, ia menganjurkan masyarakat agar ramai-ramai memakai masker, mengingat resiko penularan virus corona jauh lebih besar jika tidak menggunakan masker. “Ini pilihan yang mutlak saat ini. Dalam kondisi darurat, orang yang sehat boleh mengenakan masker jenis apapun, sepanjang dijamin higienis atau bersih,” katanya.

Masker N-95 dan masker bedah, menurutnya, hanya untuk dokter dan tenaga medis di rumah sakit. Selain dari itu, boleh dipakai masyarakat. “Jadi intinya, silakan pakai masker apa saja, yang penting nyaman dipakai dan higienis. Boleh masker yang sekali pakai atau masker kain. Jika terjadi kesulitan bernafas, hindari keramaian dan buka sementara maskernya,” tukasnya.

Mengenai imbauan pemerintah agar masyarakat mengenakan masker, Khalijah, seorang pegawai di salahsatu rumah sakit swasta di Medan mengungkapkan, sangat setuju. Menurutnya, masker sebagai pelindung diri dari segala penyakit, termasuk virus corona.

“Kita tidak tahu siapa-siapa saja yang sudah terpapar corona, walau orang tersebut kita kenal. Hanya sebagai antisipasi saja kok. Masker jangan dijadikan beban. Itu saja,” ujarnya.

Berbeda dengan Khalijah, Edy Suyono, karyawan swasta di perusahaan garmen di Medan menuturkan, ia hanya menggunakan masker jika sedang berada di jalan raya mengendarai sepeda motor, saat bekerja, atau sedang berada di tengah-tengah keramaian.

“Jika berada di rumah atau bersama orang yang saya kenal, saya tidak pakai. Karena kalau terlalu lama menggunakan masker, saya sesak nafas,” katanya.

Ia juga mengaku, kerap salah mengerti pembicaraan dari lawan bicara karena pakai masker. Selain itu, wajahnya yang tertutup masker menjadi gatal-gatal. “Saya merasa diri saya sehat dan tidak ada ke luar kota. Lagipula pusing juga loh kalau berlama-lama pakai masker. Mana suhu udara panas, kita keringatan, wajah jadi gatal-gatal,” kata warga Jalan SM Raja Medan.

Alasan lainnya tidak selalu mengenakan masker, karena masker yang mampu menyaring sirkulasi udara, seperti merk Sensi, sudah langka. Jika pun ada yang menjual, harganya sangat mahal.

“Karena saya pakai masker kain, saya sering sesak nafas. Makanya sering saya buka. Susah juga kalau kita malah jadi sakit,” katanya mengakhiri. (mag-1)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah mulai memberlakukan kebijakan ‘masker untuk semua’ per 5 April 2020 lalu. Hal ini dilakukan sebagai langkah pencegahan penularan Covid-19 yang kasusnya terus bertambah. Ketua Ikatann

Dokter Indonesia (IDI) Medan, dr Wijaya Juwarna Sp THT-KL, menjelaskan awalnya masker itu dipergunakan untuk orang yang sakit, khususnya penyakit flu, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi paru. Penggunaan masker karena resiko penularan virus atau bakter melalui percikan droplet, ketika si pasien batuk ataupun bersin.

“Namun di tengah wabah Covid-10 sekarang ini, penggunaan masker dianjurkan juga bagi mereka yang sehat. Alasannya, mereka yang sakit masih banyak yang tidak memakai masker karena mungkin belum tahu, lupa, atau tidak peduli. Sehingga ada resiko tinggi bagi yang sehat jadi ikut terpapar. Apalagi saat ini korban dari virus corona terus meningkat,” katanya kepada Sumut Pos, Selasa 7/4).

Kemudiàn, lanjut dr Wijaya, kebiasaan orang sehat menyentuh wajah, khususnya bagian mulut, hidung, dan mata, membuat penggunaan masker diwajibkan, untuk meminimalisir resiko terkena infeksi. Masker juga sebagai proteksi atau perlindungan, ketika mungkin saja infeksi melalui udara.

“Memang pemakaian masker yang berlama-lama, bisa mengakibatkan hipoksia atau kekurangan oksigen. Apalagi jika masker yang digunakan tanpa filter atau penyaring udara,” jelasnya.

Namun di saat harus memilih dari pilihan terburuk, ia menganjurkan masyarakat agar ramai-ramai memakai masker, mengingat resiko penularan virus corona jauh lebih besar jika tidak menggunakan masker. “Ini pilihan yang mutlak saat ini. Dalam kondisi darurat, orang yang sehat boleh mengenakan masker jenis apapun, sepanjang dijamin higienis atau bersih,” katanya.

Masker N-95 dan masker bedah, menurutnya, hanya untuk dokter dan tenaga medis di rumah sakit. Selain dari itu, boleh dipakai masyarakat. “Jadi intinya, silakan pakai masker apa saja, yang penting nyaman dipakai dan higienis. Boleh masker yang sekali pakai atau masker kain. Jika terjadi kesulitan bernafas, hindari keramaian dan buka sementara maskernya,” tukasnya.

Mengenai imbauan pemerintah agar masyarakat mengenakan masker, Khalijah, seorang pegawai di salahsatu rumah sakit swasta di Medan mengungkapkan, sangat setuju. Menurutnya, masker sebagai pelindung diri dari segala penyakit, termasuk virus corona.

“Kita tidak tahu siapa-siapa saja yang sudah terpapar corona, walau orang tersebut kita kenal. Hanya sebagai antisipasi saja kok. Masker jangan dijadikan beban. Itu saja,” ujarnya.

Berbeda dengan Khalijah, Edy Suyono, karyawan swasta di perusahaan garmen di Medan menuturkan, ia hanya menggunakan masker jika sedang berada di jalan raya mengendarai sepeda motor, saat bekerja, atau sedang berada di tengah-tengah keramaian.

“Jika berada di rumah atau bersama orang yang saya kenal, saya tidak pakai. Karena kalau terlalu lama menggunakan masker, saya sesak nafas,” katanya.

Ia juga mengaku, kerap salah mengerti pembicaraan dari lawan bicara karena pakai masker. Selain itu, wajahnya yang tertutup masker menjadi gatal-gatal. “Saya merasa diri saya sehat dan tidak ada ke luar kota. Lagipula pusing juga loh kalau berlama-lama pakai masker. Mana suhu udara panas, kita keringatan, wajah jadi gatal-gatal,” kata warga Jalan SM Raja Medan.

Alasan lainnya tidak selalu mengenakan masker, karena masker yang mampu menyaring sirkulasi udara, seperti merk Sensi, sudah langka. Jika pun ada yang menjual, harganya sangat mahal.

“Karena saya pakai masker kain, saya sering sesak nafas. Makanya sering saya buka. Susah juga kalau kita malah jadi sakit,” katanya mengakhiri. (mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/