25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dirjen Kemenkes RI Kunjungi Bayi Atresia

MEDAN- Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI Dr Supriyantoro SpP MARS, mengunjungi Zaneta  (6 bulan), bayi penderita Atresia Biller di Lantai III Ruang Rindu, RSU Adam Malik, Medan, Kamis (7/7), bersama tim dokter RSCM Jakarta Pusat.

Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI Dr Supriyantoro SpP MARS mengungkapkan, kasus Atresia Biller, merupakan kasus langka yang terjadi dengan perbandingan 1:1.000 hingga 1.500.

“Atresia Biller merupakan penyumpatan saluran empedu yang menyebabkan gangguan fungsi hati. Kondisi Zaneta dan Tirta pada saat ini kurang baik, karena mereka baru mendapatkan penanganan pada usia 6 bulan. Sedangkan usia yang cocok untuk operasi, dilakukan pada bayi usia 2 bulan,” ucap Supriyantoro.

Supriyantoro menambahkan, operasi kasai diatas dua bulan, tergantung dengan kondisi hati pasien. “RSCM Jakarta Pusat sendiri telah melakukan operasi pada empat kasus, sejak 7 bulan lalu, dibantu dengan supervisi serta pakar dari China. Lanjut Supriyantoro, operasi kasai ini, memakan biaya Rp500-Rp800 juta. Mengenai gejalanya, diawali mata dan kulit kuning disertai BAB berwarna putih. (jon)

MEDAN- Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI Dr Supriyantoro SpP MARS, mengunjungi Zaneta  (6 bulan), bayi penderita Atresia Biller di Lantai III Ruang Rindu, RSU Adam Malik, Medan, Kamis (7/7), bersama tim dokter RSCM Jakarta Pusat.

Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes RI Dr Supriyantoro SpP MARS mengungkapkan, kasus Atresia Biller, merupakan kasus langka yang terjadi dengan perbandingan 1:1.000 hingga 1.500.

“Atresia Biller merupakan penyumpatan saluran empedu yang menyebabkan gangguan fungsi hati. Kondisi Zaneta dan Tirta pada saat ini kurang baik, karena mereka baru mendapatkan penanganan pada usia 6 bulan. Sedangkan usia yang cocok untuk operasi, dilakukan pada bayi usia 2 bulan,” ucap Supriyantoro.

Supriyantoro menambahkan, operasi kasai diatas dua bulan, tergantung dengan kondisi hati pasien. “RSCM Jakarta Pusat sendiri telah melakukan operasi pada empat kasus, sejak 7 bulan lalu, dibantu dengan supervisi serta pakar dari China. Lanjut Supriyantoro, operasi kasai ini, memakan biaya Rp500-Rp800 juta. Mengenai gejalanya, diawali mata dan kulit kuning disertai BAB berwarna putih. (jon)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/