25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

383 Ribu Warga Sumut Pengangguran, Didominasi Tamatan Sekolah Menengah Kejuruan

JOB FAIR: Sejumlah pencari kerja mengikuti bursa kerja (job fair) di UPU Job Fair 2019. Bursa kerja ini diikuti 30 perusahaan sebagai langkah untuk mengurangi angka pengangguran di Sumut. Bagus/SUMUT POS

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah warga di Sumatera Utara (Sumut) yang belum mendapatkan pekerjaan alias mengganggur tercatat 383 ribu jiwa. Jumlah tersebut terhitung di Agustus 2019. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mengklaim kalau jumlah penggangguran tersebut menurun. Sebab, pada Febuari 2019 lalu, total pengangguran mencapai 414 ribu jiwa.

“Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebanyak 7,06 juta orang, turun 60 ribu orang dibanding Agustus 2018. Sejalan dengan itu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga turun 1,63 poin,” ungkap Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sumut, Mukhamad Mukhanif kepada wartawan di Medan, Kamis (7/11).

Mukhamad menjelaskan, dari total ratusan ribu jiwa menganggur di Sumut, ternyata didominasi oleh tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tapi hal itu juga mengalami penurunan atau berkurang 13.000 orang dibandingkan Agustus 2018 yang mencapai 396.000 orang.

“Berkurangnya jumlah pengangguran di Sumut karena terjadi penurunan jumlah penduduk bekerja sebanyak 47.000 orang menjadi 7,06 juta di Agustus 2019,” tutur Mukhamad.

Mukhamad mengatakan, tingkat pengangguran tamatan SMK pada Agustus merupakan yang tertinggi yakni 8,5%. Kemudian SMA sebesar 7,54%. Itu artinya, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat SMK dan SMA.

“Sedangkan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari tingkat pengangguran SD ke bawah, paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yakni sebesar 2,52%,” paparnya.

Dari hasil data diperoleh BPS Sumut, lanjutnya, dengan melihat tempat tinggal, di mana pengangguran di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di pedesaan. Pada Agustus 2019, pengangguran di perkotaan sebesar 6,89% dan di pedesaan sebesar 3,70%.

Adapun menurut tingkat pendidikannya mayoritas tenaga kerja berpendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) ke bawah dengan 28,56% atau 1.908 orang. “Kemudian, Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada 20,15% atau 1,35 juta orang, Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 23,89 persen atau 1,60 juta orang. Untuk tingkat Universitas ada 10,07 % atau 673 ribu orang,” kata Mukhamad.

Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2019, kata Mukhamad, penduduk paling banyak bekerja pada sektor pertanian (35,54 persen), disusul sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (17,68 persen) dan sektor industri pengolahan (9,91 persen).

“Sebagian besar dari penduduk bekerja yakni 55,16 persen (3,68 juta orang) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir, dari Agustus 2018 pekerja informal turun hingga 1,56 poin,” pungkasnya. (gus/ila)

JOB FAIR: Sejumlah pencari kerja mengikuti bursa kerja (job fair) di UPU Job Fair 2019. Bursa kerja ini diikuti 30 perusahaan sebagai langkah untuk mengurangi angka pengangguran di Sumut. Bagus/SUMUT POS

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah warga di Sumatera Utara (Sumut) yang belum mendapatkan pekerjaan alias mengganggur tercatat 383 ribu jiwa. Jumlah tersebut terhitung di Agustus 2019. Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mengklaim kalau jumlah penggangguran tersebut menurun. Sebab, pada Febuari 2019 lalu, total pengangguran mencapai 414 ribu jiwa.

“Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebanyak 7,06 juta orang, turun 60 ribu orang dibanding Agustus 2018. Sejalan dengan itu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga turun 1,63 poin,” ungkap Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sumut, Mukhamad Mukhanif kepada wartawan di Medan, Kamis (7/11).

Mukhamad menjelaskan, dari total ratusan ribu jiwa menganggur di Sumut, ternyata didominasi oleh tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tapi hal itu juga mengalami penurunan atau berkurang 13.000 orang dibandingkan Agustus 2018 yang mencapai 396.000 orang.

“Berkurangnya jumlah pengangguran di Sumut karena terjadi penurunan jumlah penduduk bekerja sebanyak 47.000 orang menjadi 7,06 juta di Agustus 2019,” tutur Mukhamad.

Mukhamad mengatakan, tingkat pengangguran tamatan SMK pada Agustus merupakan yang tertinggi yakni 8,5%. Kemudian SMA sebesar 7,54%. Itu artinya, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat SMK dan SMA.

“Sedangkan mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari tingkat pengangguran SD ke bawah, paling kecil diantara semua tingkat pendidikan yakni sebesar 2,52%,” paparnya.

Dari hasil data diperoleh BPS Sumut, lanjutnya, dengan melihat tempat tinggal, di mana pengangguran di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di pedesaan. Pada Agustus 2019, pengangguran di perkotaan sebesar 6,89% dan di pedesaan sebesar 3,70%.

Adapun menurut tingkat pendidikannya mayoritas tenaga kerja berpendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) ke bawah dengan 28,56% atau 1.908 orang. “Kemudian, Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada 20,15% atau 1,35 juta orang, Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 23,89 persen atau 1,60 juta orang. Untuk tingkat Universitas ada 10,07 % atau 673 ribu orang,” kata Mukhamad.

Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2019, kata Mukhamad, penduduk paling banyak bekerja pada sektor pertanian (35,54 persen), disusul sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (17,68 persen) dan sektor industri pengolahan (9,91 persen).

“Sebagian besar dari penduduk bekerja yakni 55,16 persen (3,68 juta orang) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir, dari Agustus 2018 pekerja informal turun hingga 1,56 poin,” pungkasnya. (gus/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/