30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

KRI Hasanuddin Dijuluki Penguasa Laut

6 Bulan Bertugas Jaga Perdamaian di Perairan Lebanon

Menjalankan tugas misi perdamaian di daerah konflik bukanlah yang gampang. Setidaknya selama enam bulan bertugas menjaga perdamaian, KRI Sultan Hasanuddin 366 harus melakukan kontak udara sebanyak 135 kali.

Fachrul Rozi , Belawan

BERSIAP - Para kru helikopter KRI Sultan Hasanuddin 366 saat akan melakukan manuver  buritan geladak kapal perang.
BERSIAP - Para kru helikopter KRI Sultan Hasanuddin 366 saat akan melakukan manuver di buritan geladak kapal perang.

“Kontak udara (pesawat) selama menjalankan tugas memboikot keamanan udara di Lebanon, helikopter KRI Sultan Hasanuddin mengalami kontak udara sebanyak 135 kali. Tapi semuanya itu mampu diatasi,” ungkap, Letkol Laut (P) Dato Rusman SN Komandan KRI Sultan Hasanuddin, kemarin.

Ternyata tidak hanya bertugas menjaga perdamaian, KRI Sultan Hasanuddin juga dipercaya untuk mengamankan dan mencegah penyeludupan senjata lewat jalur perairan serta ditugaskan memboikot keamanan udara di wilayah negara konflik tersebut.

Alhasil selain kontak udara, kapal perang yang dibeli Indonesia dari Belanda seharga Rp2,4 triliun itu juga mengalami kontak kapal permukaan sebanyak 686 kali.

“Hailling di peraiaran Lebanon ini terjadi karena KRI Sultan Hasanuddin bertindak sebagai MIO Commander. Ini dimaksudkan mencegah masuknya senjata secara gelap melalui jalur laut. Selama KRI Sultan Hasanuddin menjalankan tugas misi perdamaian,

kita mampu mengamanankan perairan dan tidak ada satupun penyelundupan senjata terjadi melalui jalur laut. Ini dikarenakan prajurit kita tetap mengendepankan profesionalisme dalam setiap menjalan tugasnya, bahkan saat terjadi badai sekalipun cuma kapal perang Indonesia yang tetap berada di laut,” ungkapnya bangga.

Ketangguhan 105 personil prajurit yang terdiri dari 34 perwira, 47 bintara dan 24 tamtama itu juga diakui oleh PBB. Ini dibuktikan dengan berhasilnya para prajurit meraih dan membawa pulang penghargaan Certificate of Appreciation dari organisasi perdamaian dunia, dan diserahkan langsung oleh Force Commander and Head of Mission of the UNIFIL, Major General Paolo Serra di Markas UNIFIL, Naqoara pada tanggal 26 Nopember 2012 lalu.

“Selain penghargaan Certificate af Appreciation , kita juga mendapatkan penghargaan Outstanding Performance Evolution juga dari dari MTF Commander Rear Admiral Wangner Lopes de Moraes Zamith atas dedikasi serta kontribusi dalam mewujudkan mandat PBB nomor 1701 dan 2064,” terang, Rusman.
Tidak hanya PBB yang memberikan apresiasi terhadap kehandalan prajurit TNI, tapi pemerintah Lebanon sendiri juga memberikan penghargaan Lebanesse Armed Force Navy (LAF-NAVY). “Pengharagaan ini berupa mendali dan piagam ‘Medal of Valor’, sekaligus memberi gelar Al Kubro Al Bahri yang bermakna, penguasa laut yang besar. Penyerahannya dilakukan oleh, Commander in Chif of LAF Navy Admiral, Joseph Gadban,” kata, Rusman.(*)

6 Bulan Bertugas Jaga Perdamaian di Perairan Lebanon

Menjalankan tugas misi perdamaian di daerah konflik bukanlah yang gampang. Setidaknya selama enam bulan bertugas menjaga perdamaian, KRI Sultan Hasanuddin 366 harus melakukan kontak udara sebanyak 135 kali.

Fachrul Rozi , Belawan

BERSIAP - Para kru helikopter KRI Sultan Hasanuddin 366 saat akan melakukan manuver  buritan geladak kapal perang.
BERSIAP - Para kru helikopter KRI Sultan Hasanuddin 366 saat akan melakukan manuver di buritan geladak kapal perang.

“Kontak udara (pesawat) selama menjalankan tugas memboikot keamanan udara di Lebanon, helikopter KRI Sultan Hasanuddin mengalami kontak udara sebanyak 135 kali. Tapi semuanya itu mampu diatasi,” ungkap, Letkol Laut (P) Dato Rusman SN Komandan KRI Sultan Hasanuddin, kemarin.

Ternyata tidak hanya bertugas menjaga perdamaian, KRI Sultan Hasanuddin juga dipercaya untuk mengamankan dan mencegah penyeludupan senjata lewat jalur perairan serta ditugaskan memboikot keamanan udara di wilayah negara konflik tersebut.

Alhasil selain kontak udara, kapal perang yang dibeli Indonesia dari Belanda seharga Rp2,4 triliun itu juga mengalami kontak kapal permukaan sebanyak 686 kali.

“Hailling di peraiaran Lebanon ini terjadi karena KRI Sultan Hasanuddin bertindak sebagai MIO Commander. Ini dimaksudkan mencegah masuknya senjata secara gelap melalui jalur laut. Selama KRI Sultan Hasanuddin menjalankan tugas misi perdamaian,

kita mampu mengamanankan perairan dan tidak ada satupun penyelundupan senjata terjadi melalui jalur laut. Ini dikarenakan prajurit kita tetap mengendepankan profesionalisme dalam setiap menjalan tugasnya, bahkan saat terjadi badai sekalipun cuma kapal perang Indonesia yang tetap berada di laut,” ungkapnya bangga.

Ketangguhan 105 personil prajurit yang terdiri dari 34 perwira, 47 bintara dan 24 tamtama itu juga diakui oleh PBB. Ini dibuktikan dengan berhasilnya para prajurit meraih dan membawa pulang penghargaan Certificate of Appreciation dari organisasi perdamaian dunia, dan diserahkan langsung oleh Force Commander and Head of Mission of the UNIFIL, Major General Paolo Serra di Markas UNIFIL, Naqoara pada tanggal 26 Nopember 2012 lalu.

“Selain penghargaan Certificate af Appreciation , kita juga mendapatkan penghargaan Outstanding Performance Evolution juga dari dari MTF Commander Rear Admiral Wangner Lopes de Moraes Zamith atas dedikasi serta kontribusi dalam mewujudkan mandat PBB nomor 1701 dan 2064,” terang, Rusman.
Tidak hanya PBB yang memberikan apresiasi terhadap kehandalan prajurit TNI, tapi pemerintah Lebanon sendiri juga memberikan penghargaan Lebanesse Armed Force Navy (LAF-NAVY). “Pengharagaan ini berupa mendali dan piagam ‘Medal of Valor’, sekaligus memberi gelar Al Kubro Al Bahri yang bermakna, penguasa laut yang besar. Penyerahannya dilakukan oleh, Commander in Chif of LAF Navy Admiral, Joseph Gadban,” kata, Rusman.(*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/